6 Prediksi Bagaimana Serial Game of Thrones Akan Berakhir
A
A
A
JAKARTA - Serial Game of Thrones bakal menuju akhir pada bulan ini. Namun, setelah apa yang terjadi di episode The Bells, nasib banyak karakter utama di serial ini jadi tidak menentu. Meski begitu, apa yang akan terjadi masih bisa diprediksikan.
Cleganebowl akhirnya muncul dan menghilang dengan duo bersaudara Sandor dan Gregor Clegane sekarat bersama-sama. Sementara, kembar Cersei dan Jaimie Lancaster juga mati bersama-sama, bukan sebagai pejuang, tapi sebagai kekasih. Sementara, Varys dieksekusi oleh api naga oleh Daenerys dan Euron Greyjoy mati dengan seringai besar di wajahnya. Pengabdian Qyburn juga tidak lagi diperlukan.
Momen yang menentukan The Bells muncul ketika Daenerys Targayen mengabaikan lonceng tanda menyerah yang sudah diberitahukan semua orang. Dia malahan membuat kekacauan di King’s Landing dengan Naga yang menewaskan ribuan orang tak bersalah dan membuat takut semua orang karena dia telah berubah menjadi Mad Queen.
Dengan semua ini, tidak mungkin episode akhir Game of Thrones tidak akan penuh bersimbah darah dan tragedi. Dikutip dari Screen Rant, ada sejumlah prediksi terkait apa yang akan terjadi di seri akhir serial produksi HBO tersebut.
1. Daenerys dikhianati Tyrion
Secara konsisten, Game of Thrones musim 8 ini menyiratkan kalau Tyrion bakal mengkhianati Daenerys dan ini terasa tidak bisa terhindarkan. Bahkan Daenerys menyadarinya dengan mengancam Tyrion di episode terakhir. Ketika membahas kualitas kepemimpinan Jon dan Daenerys dengan pengkhianat betulan, Varys, sikap pasif-agresif Tyrion mengungkapkan dia tidak cukup siap untuk pindah aliansi.
Pembantaian massal Daenerys di King’s Landing mengubah semuanya. Tyrion berualng kali menasihati Daenerys agar tidak melakukan serangan yang akan menyakiti kota dan populasinya, tapi Daenerys tetap bertindak karena kemarahannya. Pada saat ini, jelas bahwa dia bukanlah Khaleesi yang dipikirkan Tryrion. Selain itu, serangan itu menewaskan saudara Tyrion, Jaime dan Cersei. Ini adalah sesuatu yang telah dia antisipasi, tapi tetap membuatnya kaget.
Dengan Daenerys telah menjadi Mad Queen, Tyrion jelas akan bertindak, entah lewat kesepakatan pintu belakang atau lainnya. Game of Thrones season 8 telah memperlihatkan Tyrion gagal lagi dan lagi, tapi ini juga memperlihatkan bagaimana dia membangun kembali hubungan. Sekarang sudah saatnya menagih utang-utang itu.
2. Arya Stark membunuh Daenerys di King’s Landing
Game of Thrones season 8 menekankan jiwa kemanusiaan dan kedewasaan Arya Stark. Dia berhasil mempertahankan hubungan dengan memegang teguh keyakinannya, dia benar-benar jujur. Dia mengalami malam harinya bersama Gendry, kemudian membunuh Night King dan meskipun dia urung membunuh Cersei, ada Ratu lain yang masuk perhitungannya.
Dengan karakter Arya sebagai seorang pembunuh, dia adalah karakter yang pas untuk menggulingkan Daenerys. Kuda putih di The Bells sepertinya menyimbolkan niat Arya, dengan mendengarkan kedua kuda yang diberikan Drogo kepada Dany di hari pernikahan mereka dan membangkitkan citra Injil yang kuat.
Ada beberapa petunjuk jika Arya mampu membunuh Daenerys. Di Game of Thrones season 1, Arya melihat dari bayangan ketika ayahnya, Ned Stark, dipenggal di King’s Landing. Di trailer akhir Game of Thrones season 8, Arya terlihat mengintai ketika Daenerys mengamati kerumuman orang. Eksekusi publik yang sama atau serangan akan mengingatkan kembali pada kematian Ned Stark dan mengubah karakter Arya.
3. Jon Snow mengungkap garis darah dan enggan menerima Iron Throne
Sebelum dieksekusi, Varys terlihat menulis surat yang mengumumkan kalau Jon adalah pewaris asli Iron Throne. Belum jelas berapa surat yang ditulis Varys atau kepada siapa surat itu dikirimkan. Namun, sebuah bisikan yang pas akan memicu reaksi rantai yang memaksa Jon untuk mengungkapkan dirinya sebagai seorang Targaryen kepada publik di seri terakhir Game of Thrones. Mengklaim Iron Throne akan membuat cerita karakternya menjadi utuh—seorang begundal Stark yang menjadi Raja Targaryen.
Selain perubahan Daenerys menjadi Mad Queen dan pengkhianatan Tyrion yang sudah diindikasikan di season 8 ini, ketidaktertarikan Jon terharap mahkota itu juga terlihat. Jon secara konsisten mengatakan, “Aku tidak menginginkannya” ketika topik itu dibahas. Namun, pasca-Dany, dia adalah satu-satunya anggota garis darah itu dan tidak akan punya pilihan lain. Ketika Jon merefleksikan kematian dan kebangkitannya, naiknya dia ke Iron Throne akan memberikan penutup bagi serangkaian peristiwa kehidupan yang sebelumnya tidak masuk akal.
4. Tujuh Kerajaan akan pecah
Secara alamiah, seorang Targaryen di Iron Throne tidak akan selaras dengan Westeros. Semua diskusi pemerintahan belum memasukkan Tujuh Kerajaan, terutama Utara. Sansa, secara khusus, belum tampil di beberapa jam terakhir show itu, tapi itu bisa berubah.
Untuk menjadi raja, Jon sepertinya akan memilih Targaryen dan ini bukan yang kali pertama. Di season 6, Jon diangkat sebagai Raja Utara, tapi kemudian menyerahkan titelnya di season 7 setelah memilih mendukung Daenerys di Perang Besar. Reaksi dari para Bangsawan Utara tidaklah positif dan akan berkurang sekarang. Dan, Jon akan berdebat dengan cara lain: Targaryen berkorelasi dengan kegilaan dan pembunuhan, dan meskipun memiliki kemampuan memimpin yang kuat, Jon punya sejarah panjang membentuk aliansi yang dipertanyakan.
Akibatnya, perpecahan di Tujuh Kerajaan—perubahan yang tidak bisa dibatalkan di politik Westeros—sepertinya tidak terhindarkan. Malahan, ketika Jaime dan Cersei berusaha lari dari Red Keep, sebuah retakan di peta Westeros meramalkan perpecahan ideologis di dunia itu.
Dengan semua itu, Sansa akan tampil sebagai kandidat Ratu sejati di Utara. Season 8 memposisikan Sansa sebagai pemimpin yang mempertimbangkan detil terkecil seperti rasio makanan selama perang. Setelah Perang Winterfell, dia meminta Daenerys untuk memberikan waktu istirahat bagi para tentara sebelum menuju perang selanjutnya. Sansa memahami gambar yang lebih besar, yang terbukti dengan kemauannya mengungkap identitas asli Jon kepada Tyrion.
5. Tyrion dan Bran mengusulkan sistem pemerintahan baru
Di episode 2 season 8, Tyrion meminta Bran menjelakan perjalanannya. Kedua karakter itu dikenal atas pengetahuannya. Tyrion menghargai pendidikan dan fakta dan Bran bisa meliat semuanya sebagai Three-Eyed Raven. Sementara Tyrion belum tahu kalau dia selamat dari Perang, dia sekarang memiliki informasi historis yang bernilai.
Dengan naiknya Jon ke Iron Throne dan perpecahan di Westeros, Tyrion bisa menggunakan pengetahuan sociopolitiknya untuk mengusulkan sistem pemerintahan baru. Sebagai Three-Eyed Raven, Bran memiliki kemampuan menyediakan keseimbangan dunia, sementara Tyrion memahami bagaimana menyenangkan massa melalui kompromi dan negosiasi.
6. Samwell Tarly menulis lagu tentang es dan api
Akhirnya dengan sistem pemerintahan baru berlaku, seseorang harus menulis sebuah cerita sejarah tentang Westeros lama. Jadi, tidak ada yang lebih baik bagi Game of Thrones untuk berakhir dengan Samwell Tarly menulis A Song of Ice and Fire. Gagasan cerita ini adalah ide yang berakar dari The Lord of the Rings dan diindikasikan selama masa Sam di Citadel. Ini akan menjadi cara yang rapi bagi Game of Thrones membungkus ceritanya yang agak longgar.
Cleganebowl akhirnya muncul dan menghilang dengan duo bersaudara Sandor dan Gregor Clegane sekarat bersama-sama. Sementara, kembar Cersei dan Jaimie Lancaster juga mati bersama-sama, bukan sebagai pejuang, tapi sebagai kekasih. Sementara, Varys dieksekusi oleh api naga oleh Daenerys dan Euron Greyjoy mati dengan seringai besar di wajahnya. Pengabdian Qyburn juga tidak lagi diperlukan.
Momen yang menentukan The Bells muncul ketika Daenerys Targayen mengabaikan lonceng tanda menyerah yang sudah diberitahukan semua orang. Dia malahan membuat kekacauan di King’s Landing dengan Naga yang menewaskan ribuan orang tak bersalah dan membuat takut semua orang karena dia telah berubah menjadi Mad Queen.
Dengan semua ini, tidak mungkin episode akhir Game of Thrones tidak akan penuh bersimbah darah dan tragedi. Dikutip dari Screen Rant, ada sejumlah prediksi terkait apa yang akan terjadi di seri akhir serial produksi HBO tersebut.
1. Daenerys dikhianati Tyrion
Secara konsisten, Game of Thrones musim 8 ini menyiratkan kalau Tyrion bakal mengkhianati Daenerys dan ini terasa tidak bisa terhindarkan. Bahkan Daenerys menyadarinya dengan mengancam Tyrion di episode terakhir. Ketika membahas kualitas kepemimpinan Jon dan Daenerys dengan pengkhianat betulan, Varys, sikap pasif-agresif Tyrion mengungkapkan dia tidak cukup siap untuk pindah aliansi.
Pembantaian massal Daenerys di King’s Landing mengubah semuanya. Tyrion berualng kali menasihati Daenerys agar tidak melakukan serangan yang akan menyakiti kota dan populasinya, tapi Daenerys tetap bertindak karena kemarahannya. Pada saat ini, jelas bahwa dia bukanlah Khaleesi yang dipikirkan Tryrion. Selain itu, serangan itu menewaskan saudara Tyrion, Jaime dan Cersei. Ini adalah sesuatu yang telah dia antisipasi, tapi tetap membuatnya kaget.
Dengan Daenerys telah menjadi Mad Queen, Tyrion jelas akan bertindak, entah lewat kesepakatan pintu belakang atau lainnya. Game of Thrones season 8 telah memperlihatkan Tyrion gagal lagi dan lagi, tapi ini juga memperlihatkan bagaimana dia membangun kembali hubungan. Sekarang sudah saatnya menagih utang-utang itu.
2. Arya Stark membunuh Daenerys di King’s Landing
Game of Thrones season 8 menekankan jiwa kemanusiaan dan kedewasaan Arya Stark. Dia berhasil mempertahankan hubungan dengan memegang teguh keyakinannya, dia benar-benar jujur. Dia mengalami malam harinya bersama Gendry, kemudian membunuh Night King dan meskipun dia urung membunuh Cersei, ada Ratu lain yang masuk perhitungannya.
Dengan karakter Arya sebagai seorang pembunuh, dia adalah karakter yang pas untuk menggulingkan Daenerys. Kuda putih di The Bells sepertinya menyimbolkan niat Arya, dengan mendengarkan kedua kuda yang diberikan Drogo kepada Dany di hari pernikahan mereka dan membangkitkan citra Injil yang kuat.
Ada beberapa petunjuk jika Arya mampu membunuh Daenerys. Di Game of Thrones season 1, Arya melihat dari bayangan ketika ayahnya, Ned Stark, dipenggal di King’s Landing. Di trailer akhir Game of Thrones season 8, Arya terlihat mengintai ketika Daenerys mengamati kerumuman orang. Eksekusi publik yang sama atau serangan akan mengingatkan kembali pada kematian Ned Stark dan mengubah karakter Arya.
3. Jon Snow mengungkap garis darah dan enggan menerima Iron Throne
Sebelum dieksekusi, Varys terlihat menulis surat yang mengumumkan kalau Jon adalah pewaris asli Iron Throne. Belum jelas berapa surat yang ditulis Varys atau kepada siapa surat itu dikirimkan. Namun, sebuah bisikan yang pas akan memicu reaksi rantai yang memaksa Jon untuk mengungkapkan dirinya sebagai seorang Targaryen kepada publik di seri terakhir Game of Thrones. Mengklaim Iron Throne akan membuat cerita karakternya menjadi utuh—seorang begundal Stark yang menjadi Raja Targaryen.
Selain perubahan Daenerys menjadi Mad Queen dan pengkhianatan Tyrion yang sudah diindikasikan di season 8 ini, ketidaktertarikan Jon terharap mahkota itu juga terlihat. Jon secara konsisten mengatakan, “Aku tidak menginginkannya” ketika topik itu dibahas. Namun, pasca-Dany, dia adalah satu-satunya anggota garis darah itu dan tidak akan punya pilihan lain. Ketika Jon merefleksikan kematian dan kebangkitannya, naiknya dia ke Iron Throne akan memberikan penutup bagi serangkaian peristiwa kehidupan yang sebelumnya tidak masuk akal.
4. Tujuh Kerajaan akan pecah
Secara alamiah, seorang Targaryen di Iron Throne tidak akan selaras dengan Westeros. Semua diskusi pemerintahan belum memasukkan Tujuh Kerajaan, terutama Utara. Sansa, secara khusus, belum tampil di beberapa jam terakhir show itu, tapi itu bisa berubah.
Untuk menjadi raja, Jon sepertinya akan memilih Targaryen dan ini bukan yang kali pertama. Di season 6, Jon diangkat sebagai Raja Utara, tapi kemudian menyerahkan titelnya di season 7 setelah memilih mendukung Daenerys di Perang Besar. Reaksi dari para Bangsawan Utara tidaklah positif dan akan berkurang sekarang. Dan, Jon akan berdebat dengan cara lain: Targaryen berkorelasi dengan kegilaan dan pembunuhan, dan meskipun memiliki kemampuan memimpin yang kuat, Jon punya sejarah panjang membentuk aliansi yang dipertanyakan.
Akibatnya, perpecahan di Tujuh Kerajaan—perubahan yang tidak bisa dibatalkan di politik Westeros—sepertinya tidak terhindarkan. Malahan, ketika Jaime dan Cersei berusaha lari dari Red Keep, sebuah retakan di peta Westeros meramalkan perpecahan ideologis di dunia itu.
Dengan semua itu, Sansa akan tampil sebagai kandidat Ratu sejati di Utara. Season 8 memposisikan Sansa sebagai pemimpin yang mempertimbangkan detil terkecil seperti rasio makanan selama perang. Setelah Perang Winterfell, dia meminta Daenerys untuk memberikan waktu istirahat bagi para tentara sebelum menuju perang selanjutnya. Sansa memahami gambar yang lebih besar, yang terbukti dengan kemauannya mengungkap identitas asli Jon kepada Tyrion.
5. Tyrion dan Bran mengusulkan sistem pemerintahan baru
Di episode 2 season 8, Tyrion meminta Bran menjelakan perjalanannya. Kedua karakter itu dikenal atas pengetahuannya. Tyrion menghargai pendidikan dan fakta dan Bran bisa meliat semuanya sebagai Three-Eyed Raven. Sementara Tyrion belum tahu kalau dia selamat dari Perang, dia sekarang memiliki informasi historis yang bernilai.
Dengan naiknya Jon ke Iron Throne dan perpecahan di Westeros, Tyrion bisa menggunakan pengetahuan sociopolitiknya untuk mengusulkan sistem pemerintahan baru. Sebagai Three-Eyed Raven, Bran memiliki kemampuan menyediakan keseimbangan dunia, sementara Tyrion memahami bagaimana menyenangkan massa melalui kompromi dan negosiasi.
6. Samwell Tarly menulis lagu tentang es dan api
Akhirnya dengan sistem pemerintahan baru berlaku, seseorang harus menulis sebuah cerita sejarah tentang Westeros lama. Jadi, tidak ada yang lebih baik bagi Game of Thrones untuk berakhir dengan Samwell Tarly menulis A Song of Ice and Fire. Gagasan cerita ini adalah ide yang berakar dari The Lord of the Rings dan diindikasikan selama masa Sam di Citadel. Ini akan menjadi cara yang rapi bagi Game of Thrones membungkus ceritanya yang agak longgar.
(alv)