Jason Wu, Desainer Papan Atas yang Out Of The Box
A
A
A
JASON WU adalah desainer pakaian papan atas yang terkenal. Siapa sangka kariernya sebagai desainer dimulai dengan merancang baju untuk boneka. Jason Wu lahir di Taipei, Taiwan dan beremigrasi ke Vancouver, British Columbia, Kanada pada usia sembilan tahun.
Dia menempuh pendidikan di Eaglebrook School di Deerfield, Massachusetts dan Loomis Chaffee di Windsor, Connecticut. Dia pernah belajar di luar negeri dengan SYA France of School Year Abroad untuk tahun seniornya di sekolah menengah. “Saat emigrasi, saya perlu menemukan sesuatu yang berhubungan dengan bahasa.
Saya menemukan tumpukan majalah mode yang ditinggalkan ibu saya. Saat itulah saya mulai menyukai fashion,” ujar Wu seperti dilansir dari Vogue.com. Sebagai seorang anak, Wu mulai menggunakan boneka untuk belajar cara menjahit setelah ibunya membeli mesin jahit pertamanya.
Skala miniatur dari boneka itu melatihnya untuk selaras dengan setiap detail desainnya. “Saya belajar desain dengan merancang dan menjahit boneka, dan melanjutkan belajar patung di Tokyo,” ujar Wu. Wu menjelaskan, melalui mendesain pakaian boneka, dia jadi tahu bagaimana membuat pola. Bukan boneka sembarangan, namun boneka yang harganya mahal, jadi dia memperlakukannya sebagai pekerjaan yang serius.
Dia pun belajar bagaimana anatomi sebuah gaun bekerja dari boneka. Pada usia enam belas, Wu melanjutkan jalur karier ini dengan belajar membuat desain pakaian boneka freelance untuk mainan perusahaan Integrity Toys pada tahun 2000. Wu mulai mendesain aksesori dan kostum untuk boneka-boneka itu. Dari pekerjaan ini, dia menghasilkan hingga USD500 (Rp7 juta) per bulan.
Dia menciptakan lini pakaian boneka, yakni Jason Wu Dolls dan kemudian Fashion Royalty. “Tahun berikutnya, saya diangkat sebagai direktur kreatif Integrity Toys,” ujar Wu. Saat menghabiskan tahun terakhir sekolah menengahnya di Rennes, Prancis, dan sebelum lulus dari Loomis Chaffee School pada tahun 2001, dia memutuskan untuk menjadi perancang busana.
Dia kemudian belajar di Parsons The New School for Design, sebuah divisi dari The New School di New York City. Pada tahun 2006 Wu menggunakan tabungan dari pekerjaan desain bonekanya untuk mendanai peluncuran label fashion -nya sendiri. Dia pun memulai koleksi ready to wear pada tahun 2007. Dia pun secara rutin melakukan pertunjukan di New York Fashion Week.
Dari 2013 hingga 2018 dia pun terpilih sebagai direktur kreatif di Hugo Boss. Dalam waktu yang relatif singkat, dia berhasil memenangi penghargaan Fashion Star International Rising Star pada tahun 2008. Pada tahun yang sama dia dinominasikan untuk penghargaan CFDA/Vogue Fashion Fund. Pada tahun 2017 untuk menandai satu dekade berkarya di bidang fashion Wu meluncurkan lima varian boneka.
Boneka tersebut mengenakan busana rancangan-rancangannya terdahulu. Boneka-boneka tersebut tak diluncurkan secara sekaligus, melainkan bertahap. Boneka pertama dijual di Net-a-Porter dan kini sudah habis terjual. Boneka kedua dan ketiga dijual di department store mewah Bergdorf Goodman. “Boneka kedua tampil dengan sweter sutra motif garis dan celana gaberdine.
Sementara, boneka ketiga mengenakan blus bordir dan rok silk chiffon,” ujar Wu. Ini bukan pertama kalinya Wu bekerja sama dengan Bergdorf Goodman dalam membuat boneka. Selain dengan department store itu, sebelumnya Wu juga membuat boneka untuk fashion store Colette. Masing-masing varian dari boneka itu dibuat dalam jumlah terbatas, yakni hanya sebanyak 200 buah. Boneka-boneka ini dipasarkan dengan harga USD225 (Rp3,1 juta).
“Boneka-boneka segera habis dari rak toko. Sangat menyenangkan melihat bagaimana reaksi orang-orang terhadap mereka,” ucap Wu. Wu menerangkan bahwa dia sudah punya pengalaman kerja sepuluh tahun sebelumnya di industri fashion. Walau demikian, tetap ada hal yang mengagetkan dalam bisnis fashion, tapi dia sudah siap.
Dia sudah paham tentang manufaktur dan juga terbiasa membuat hak paten nama mainan. “Saya tahu bagaimana berurusan dengan seluk beluk hak paten, yakni mainan baru, daftar dan patenkan. Hal pertama yang saya lakukan adalah mendaftarkan nama saya. Itu adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan. Cara itu tidak diajarkan di sekolah fashion ,” ujar Wu.
Dia menempuh pendidikan di Eaglebrook School di Deerfield, Massachusetts dan Loomis Chaffee di Windsor, Connecticut. Dia pernah belajar di luar negeri dengan SYA France of School Year Abroad untuk tahun seniornya di sekolah menengah. “Saat emigrasi, saya perlu menemukan sesuatu yang berhubungan dengan bahasa.
Saya menemukan tumpukan majalah mode yang ditinggalkan ibu saya. Saat itulah saya mulai menyukai fashion,” ujar Wu seperti dilansir dari Vogue.com. Sebagai seorang anak, Wu mulai menggunakan boneka untuk belajar cara menjahit setelah ibunya membeli mesin jahit pertamanya.
Skala miniatur dari boneka itu melatihnya untuk selaras dengan setiap detail desainnya. “Saya belajar desain dengan merancang dan menjahit boneka, dan melanjutkan belajar patung di Tokyo,” ujar Wu. Wu menjelaskan, melalui mendesain pakaian boneka, dia jadi tahu bagaimana membuat pola. Bukan boneka sembarangan, namun boneka yang harganya mahal, jadi dia memperlakukannya sebagai pekerjaan yang serius.
Dia pun belajar bagaimana anatomi sebuah gaun bekerja dari boneka. Pada usia enam belas, Wu melanjutkan jalur karier ini dengan belajar membuat desain pakaian boneka freelance untuk mainan perusahaan Integrity Toys pada tahun 2000. Wu mulai mendesain aksesori dan kostum untuk boneka-boneka itu. Dari pekerjaan ini, dia menghasilkan hingga USD500 (Rp7 juta) per bulan.
Dia menciptakan lini pakaian boneka, yakni Jason Wu Dolls dan kemudian Fashion Royalty. “Tahun berikutnya, saya diangkat sebagai direktur kreatif Integrity Toys,” ujar Wu. Saat menghabiskan tahun terakhir sekolah menengahnya di Rennes, Prancis, dan sebelum lulus dari Loomis Chaffee School pada tahun 2001, dia memutuskan untuk menjadi perancang busana.
Dia kemudian belajar di Parsons The New School for Design, sebuah divisi dari The New School di New York City. Pada tahun 2006 Wu menggunakan tabungan dari pekerjaan desain bonekanya untuk mendanai peluncuran label fashion -nya sendiri. Dia pun memulai koleksi ready to wear pada tahun 2007. Dia pun secara rutin melakukan pertunjukan di New York Fashion Week.
Dari 2013 hingga 2018 dia pun terpilih sebagai direktur kreatif di Hugo Boss. Dalam waktu yang relatif singkat, dia berhasil memenangi penghargaan Fashion Star International Rising Star pada tahun 2008. Pada tahun yang sama dia dinominasikan untuk penghargaan CFDA/Vogue Fashion Fund. Pada tahun 2017 untuk menandai satu dekade berkarya di bidang fashion Wu meluncurkan lima varian boneka.
Boneka tersebut mengenakan busana rancangan-rancangannya terdahulu. Boneka-boneka tersebut tak diluncurkan secara sekaligus, melainkan bertahap. Boneka pertama dijual di Net-a-Porter dan kini sudah habis terjual. Boneka kedua dan ketiga dijual di department store mewah Bergdorf Goodman. “Boneka kedua tampil dengan sweter sutra motif garis dan celana gaberdine.
Sementara, boneka ketiga mengenakan blus bordir dan rok silk chiffon,” ujar Wu. Ini bukan pertama kalinya Wu bekerja sama dengan Bergdorf Goodman dalam membuat boneka. Selain dengan department store itu, sebelumnya Wu juga membuat boneka untuk fashion store Colette. Masing-masing varian dari boneka itu dibuat dalam jumlah terbatas, yakni hanya sebanyak 200 buah. Boneka-boneka ini dipasarkan dengan harga USD225 (Rp3,1 juta).
“Boneka-boneka segera habis dari rak toko. Sangat menyenangkan melihat bagaimana reaksi orang-orang terhadap mereka,” ucap Wu. Wu menerangkan bahwa dia sudah punya pengalaman kerja sepuluh tahun sebelumnya di industri fashion. Walau demikian, tetap ada hal yang mengagetkan dalam bisnis fashion, tapi dia sudah siap.
Dia sudah paham tentang manufaktur dan juga terbiasa membuat hak paten nama mainan. “Saya tahu bagaimana berurusan dengan seluk beluk hak paten, yakni mainan baru, daftar dan patenkan. Hal pertama yang saya lakukan adalah mendaftarkan nama saya. Itu adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan. Cara itu tidak diajarkan di sekolah fashion ,” ujar Wu.
(don)