Ajak Hargai Hak Difabel, JYPA Gelar Drama Musikal Orisinal
A
A
A
JAKARTA - Komunitas anak muda yang bergerak di bidang seni Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA) melakukan kolaborasi dengan Saraswati Learning Center dalam mementaskan drama musikal Still Life: The Story Of Vincent Van Gogh di Usmar Ismail Theater Hall, Jakarta, pada 19 dan 20 Juni 2019.
Drama musikal tersebut melibatkan sejumlah generasi muda dari JYPA seperti Divanka Larastessya Djamalus (produser dan sutradara), Raka Ramadhani (rekan sutradara), Muhammad Irfan (komposer), dan Sabrina Dinara Firmansyah (sutradara vokal). Mereka mencoba menghadirkan kisah tentang orang-orang yang berada dalam hidupnya dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupannya.
Drama musikal ini mencoba menggabungkan berbagai bentuk seni seperti melukis, bernyanyi, akting, dan menari untuk menceritakan kisah tentang penerimaan dan inklusivitas. Ini adalah musikal pertama yang sepenuhnya orisinal yang pernah dilakukan Jakarta Youth for Performing Arts.
Kisah kehidupan seorang pelukis pasca impresionis yang dikenal karena karya ekspresifnya seperti The Starry Night dan Self-Portrait, telah menjadi subjek adaptasi naratif ganda karena reputasi artistik dan kehidupan dramatisnya sendiri. Baru-baru ini, kehidupan van Gogh diadaptasi menjadi film biografi At Eternity's Gate (2018, dibintangi Willem Dafoe) dan animasi Loving Vincent (2017).
Divanka mengatakan, drama musikal ini dihadirkan bertujuan untuk menghadirkan secara jujur kehidupan van Gogh dan orang-orang di sekitarnya, di mana Van Gogh merupakan sosok yang memberikan inspirasi bagi semua terutama mereka yang mendapatkan pengucilan dari sesama. Kisah dari van Gogh diharapkan bisa memberikan inspirasi dan membawa pesan yang kuat untuk bisa bertoleransi dan menghargai hak hidup orang lain terutama dari kalangan disabilitas dan down syndrome.
"Walaupun tujuan utama JYPA adalah untuk memajukan pemuda, mereka juga mempunyai tujuan dan tanggung jawab untuk menyebarkan pesan sosial melalui komunitas mereka. Meski komunitas ini tak terbatas pada musik seni dan tari, tapi juga ikut menyebarkan pesan positif tentang masalah-masalah yang kerap perhatian dalam masyarakat," ungkap COO Jakarta Youth for Performing Arts itu.
"Dengan adanya kolaborasi dengan Sarawati Learning Center, mereka juga akan menyebarkan kesadaran terhadap kesehatan mental dan kecacatan mobilitas kognitif seperti celebral palsy, down syndrome dan lain-lain," tambahnya.
Raka Ramadhani, yang bertindak sebagai asisten sutradara, mengaku tertarik untuk membuat sebuah script bisa dijadikan sebuah karya nyata pertunjukan musikal dan lukisan. "Kita pastikan dalam tiap gerakan dan lirik lagu punya makna sehingga memang butuh proses hingga 5 bulan dengan revisi selama lima kali script yang kita research mengenai perjananan hidup Van Gogh untuk bisa memastikan pentas ini," terangnya.
Drama musikal tersebut melibatkan sejumlah generasi muda dari JYPA seperti Divanka Larastessya Djamalus (produser dan sutradara), Raka Ramadhani (rekan sutradara), Muhammad Irfan (komposer), dan Sabrina Dinara Firmansyah (sutradara vokal). Mereka mencoba menghadirkan kisah tentang orang-orang yang berada dalam hidupnya dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupannya.
Drama musikal ini mencoba menggabungkan berbagai bentuk seni seperti melukis, bernyanyi, akting, dan menari untuk menceritakan kisah tentang penerimaan dan inklusivitas. Ini adalah musikal pertama yang sepenuhnya orisinal yang pernah dilakukan Jakarta Youth for Performing Arts.
Kisah kehidupan seorang pelukis pasca impresionis yang dikenal karena karya ekspresifnya seperti The Starry Night dan Self-Portrait, telah menjadi subjek adaptasi naratif ganda karena reputasi artistik dan kehidupan dramatisnya sendiri. Baru-baru ini, kehidupan van Gogh diadaptasi menjadi film biografi At Eternity's Gate (2018, dibintangi Willem Dafoe) dan animasi Loving Vincent (2017).
Divanka mengatakan, drama musikal ini dihadirkan bertujuan untuk menghadirkan secara jujur kehidupan van Gogh dan orang-orang di sekitarnya, di mana Van Gogh merupakan sosok yang memberikan inspirasi bagi semua terutama mereka yang mendapatkan pengucilan dari sesama. Kisah dari van Gogh diharapkan bisa memberikan inspirasi dan membawa pesan yang kuat untuk bisa bertoleransi dan menghargai hak hidup orang lain terutama dari kalangan disabilitas dan down syndrome.
"Walaupun tujuan utama JYPA adalah untuk memajukan pemuda, mereka juga mempunyai tujuan dan tanggung jawab untuk menyebarkan pesan sosial melalui komunitas mereka. Meski komunitas ini tak terbatas pada musik seni dan tari, tapi juga ikut menyebarkan pesan positif tentang masalah-masalah yang kerap perhatian dalam masyarakat," ungkap COO Jakarta Youth for Performing Arts itu.
"Dengan adanya kolaborasi dengan Sarawati Learning Center, mereka juga akan menyebarkan kesadaran terhadap kesehatan mental dan kecacatan mobilitas kognitif seperti celebral palsy, down syndrome dan lain-lain," tambahnya.
Raka Ramadhani, yang bertindak sebagai asisten sutradara, mengaku tertarik untuk membuat sebuah script bisa dijadikan sebuah karya nyata pertunjukan musikal dan lukisan. "Kita pastikan dalam tiap gerakan dan lirik lagu punya makna sehingga memang butuh proses hingga 5 bulan dengan revisi selama lima kali script yang kita research mengenai perjananan hidup Van Gogh untuk bisa memastikan pentas ini," terangnya.
(nug)