Serunya Naik Balon Udara di Taitung Taiwan International Balloon Festival
A
A
A
TAITUNG - Salah satu daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara ke Taiwan adalah Festival Balon Udara di Taitung atau lebih dikenal dengan Taitung Taiwan International Balloon Festival. Festival ini biasa diselenggarakan di Luye Highland atau Bukit Luye pada liburan musim panas di bulan Juni hingga Agustus. Jika kita berkunjung ke Taiwan pada bulan-bulan tersebut, tentunya bisa menikmati indahnya pemandangan alam di Taitung dari atas udara dengan naik balon udara.
Taitung merupakan kabupaten terbesar ke tiga di negara tersebut. Taitung terletak di Pantai Tenggara Taiwan dengan populasi penduduk sekitar 300.000 jiwa. Taitung selain kaya akan potensi pertanian dan perkebunan juga memiliki sumber daya alam dan pemandangan yang indah.
Tak heran jika daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata alam di Taiwan. Jarak Taitung ke Taipei kurang lebih 150 kilometer yang dapat ditempuh lewat jalur darat dan udara. Lewat jalur darat perjalanan Taipei ke Taitung dapat ditempuh dengan waktu 7 jam dengan menggunakan bus. Sedangkan lewat udara dengan penerbangan domestik hanya butuh waktu 1 jam lewat Bandara Internasional Taipei menuju Bandara Taitung.
Beruntung pada penyelenggaraan Taitung Taiwan International Balloon Festival tahun 2019 ini, SINDOnews yang ikut dalam rombongan Taiwan Familiaritazion Tour for Indonesian KOL & Media sempat menjajal naik balon udara selama beberapa menit. SINDOnews mendapat kesempatan pertama untuk menjajal naik balon udara dengan seorang jurnalis lainnya bersama pengemudi balon udara karena space-nya hanya cukup untuk tiga orang.
Balon udara yang dinaiki pun perlahan meninggi, kita pun sempat saling bertukar tempat untuk melihat pemandangan alam dari atas balon udara. Walau hanya sekitar 7 menit mengudara di atas langit Bukit Luye, namun sensasinya begitu luar biasa. Langit semakin tampak lebih dekat sementara di bawah terlihat balon-balon udara lainnya mulai naik secara perlahan dengan pemandangan alam. Warna-warni dan model serta bentuk-bentuk unik dari balon udara lainnya turut memeriahkan suasana pagi itu.
Selain itu dari ketinggian ratusan kaki kita bisa melihat keindahan panorama alam Bukit Luye yang diapit dua gunung dan matahari terbit (sunrise).
"Sanxiantai artinya adalah batu tiga dewa dewi, dimana menurut legenda di Taitung ada delapan dewa dewi yang melintas di laut. Lalu tiga diantaranya sempat singgah dan meninggalkan jejak pada tiga batu raksasa yang menghadap ke Samudera Pasifik tersebut. Selain tiga batu raksasa juga terdapat jembatan naga yang menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Karena selain anak tangganya berwarna merah, jembatan dengan sisi berwarna putih ini mempunyai delapan lekuk layaknya naga sedang berjalan menuju samudera. Di saat liburan musim panas tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun dari Indonesia," kata Adi Carlo tour guide wisata yang menemani SINDOnews di Taiwan.
Dari Sanxiantai, menurut Adi, wisatawan juga dapat melihat Water Running Upward. Di tempat ini wisatawan dapat melihat sebuah parit sempit terletak di sebelah batu. Yang menarik air di dalam parit mengalir ke atas seolah melawan gaya gravitasi. Adi lalu meminta meletakkan daun di atas air dan benar daun tersebut malah naik ke atas menanjak menyusuri aliran yang semakin kencang ke atas. "Fenomena ini sampai sekarang belum ada yang bisa menjelaskan secara ilmiah," ujar Adi.
Setelah Water Running Upward, wisatawan dapat menuju Xiaoyeliu. Di tempat ini wisatawan akan disuguhkan pemandangan bebatuan unik yang terbentuk dari perubahan struktur geologis dengan latar belakang laut lepas, Samudera Pasifik. Bebatuan unik tersebut ada yang menyerupai jamur, tahu, dan terumbu karang. Walaupun hanya dipenuhi bebatuan besar tanpa pasir, namun pantai ini nampak sangat bersih dari sampah plastik tidak seperti pantai-pantai di Indonesia.
Selain jelajah wisata alam, Taitung juga menyimpan sejumlah tempat wisata kuliner. Salah satunya adalah Mibaai Restoran yang terletak di Taitung City, Chuan Guang Road No470. Jarak tempuhnya tak begitu jauh dari Bandara Taitung.
Selain menyajikan makanan halal, restoran ini juga menawarkan makanan khas Suku Aborigin, yang merupakan salah satu suku asli di Taitung. Tak heran jika tempat yang buka mulai jam 11.00—14.00 dan sore mulai jam 17.00—21.00 waktu setempat ini kerap menjadi tujuan grup wisata. Baik wisatawan lokal mancanegara termasuk dari Indonesia.
Makanan khas Suku Aborigin yang ditawarkan yaitu gan ze xin (hati tebu) dan ping lang hua (bunga pinang). Selain itu pengunjung juga dapat menikmati shan jiang rou (daging rusa yang ditumis dengan bumbu bawang putih); kao tu ji (ayam kampung panggang layaknya bebek peking); shan di ban yu (ikan pegunungan yang dibakar); shu chai tang (sup aneka sayuran ditambah jamur); hung to fu (tahu merah). Tak hanya itu restoran ini juga menyajikan makanan favorit berupa nai kao mo yu (cumi panggang susu) dan za yu kuai (ikan goreng).
"Bagi warga muslim, jangan takut makan di restoran ini karena makanannya halal yang telah mendapat lisensi dari Islamic Assosiation of Taiwan," timpal Adi. Saat ini, lanjut Adi, ada tiga jenis restoran yang mengadopsi kepentingan umat muslim, yaitu Muslim Restoran (MR), Muslim Friendly Restoran (MFR) dan Halal Menu Include (HMI).
Sebelum meninggalkan Taitung para wisatawan biasanya menyempatkan diri ke lokasi Mr Brown Avenue di Chihshang, yang merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Hualien. Di tempat ini kita bisa melepaskan penat dengan menjajal becak motor yang merupakan perpaduan sepeda dengan becak namun dibekali mesin layaknya motor.
Di sini kita bisa menyewa becak motor seharga 500 dolar Taiwan (Rp223.000) untuk kapasitas dua orang. Sementara untuk kapasitas 4 orang dikenakan biaya hingga 800 dolar Taiwan (Rp363.000). Dengan kendaraan becak motor ini kita bisa menjelajahi sekitar 2—3 kilometer alam pedesaan asri yang dipenuhi sawah menguning dengan latar belakang pegunungan nan indah.
Taitung merupakan kabupaten terbesar ke tiga di negara tersebut. Taitung terletak di Pantai Tenggara Taiwan dengan populasi penduduk sekitar 300.000 jiwa. Taitung selain kaya akan potensi pertanian dan perkebunan juga memiliki sumber daya alam dan pemandangan yang indah.
Tak heran jika daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata alam di Taiwan. Jarak Taitung ke Taipei kurang lebih 150 kilometer yang dapat ditempuh lewat jalur darat dan udara. Lewat jalur darat perjalanan Taipei ke Taitung dapat ditempuh dengan waktu 7 jam dengan menggunakan bus. Sedangkan lewat udara dengan penerbangan domestik hanya butuh waktu 1 jam lewat Bandara Internasional Taipei menuju Bandara Taitung.
Beruntung pada penyelenggaraan Taitung Taiwan International Balloon Festival tahun 2019 ini, SINDOnews yang ikut dalam rombongan Taiwan Familiaritazion Tour for Indonesian KOL & Media sempat menjajal naik balon udara selama beberapa menit. SINDOnews mendapat kesempatan pertama untuk menjajal naik balon udara dengan seorang jurnalis lainnya bersama pengemudi balon udara karena space-nya hanya cukup untuk tiga orang.
Balon udara yang dinaiki pun perlahan meninggi, kita pun sempat saling bertukar tempat untuk melihat pemandangan alam dari atas balon udara. Walau hanya sekitar 7 menit mengudara di atas langit Bukit Luye, namun sensasinya begitu luar biasa. Langit semakin tampak lebih dekat sementara di bawah terlihat balon-balon udara lainnya mulai naik secara perlahan dengan pemandangan alam. Warna-warni dan model serta bentuk-bentuk unik dari balon udara lainnya turut memeriahkan suasana pagi itu.
Selain itu dari ketinggian ratusan kaki kita bisa melihat keindahan panorama alam Bukit Luye yang diapit dua gunung dan matahari terbit (sunrise).
"Sanxiantai artinya adalah batu tiga dewa dewi, dimana menurut legenda di Taitung ada delapan dewa dewi yang melintas di laut. Lalu tiga diantaranya sempat singgah dan meninggalkan jejak pada tiga batu raksasa yang menghadap ke Samudera Pasifik tersebut. Selain tiga batu raksasa juga terdapat jembatan naga yang menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Karena selain anak tangganya berwarna merah, jembatan dengan sisi berwarna putih ini mempunyai delapan lekuk layaknya naga sedang berjalan menuju samudera. Di saat liburan musim panas tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun dari Indonesia," kata Adi Carlo tour guide wisata yang menemani SINDOnews di Taiwan.
Dari Sanxiantai, menurut Adi, wisatawan juga dapat melihat Water Running Upward. Di tempat ini wisatawan dapat melihat sebuah parit sempit terletak di sebelah batu. Yang menarik air di dalam parit mengalir ke atas seolah melawan gaya gravitasi. Adi lalu meminta meletakkan daun di atas air dan benar daun tersebut malah naik ke atas menanjak menyusuri aliran yang semakin kencang ke atas. "Fenomena ini sampai sekarang belum ada yang bisa menjelaskan secara ilmiah," ujar Adi.
Setelah Water Running Upward, wisatawan dapat menuju Xiaoyeliu. Di tempat ini wisatawan akan disuguhkan pemandangan bebatuan unik yang terbentuk dari perubahan struktur geologis dengan latar belakang laut lepas, Samudera Pasifik. Bebatuan unik tersebut ada yang menyerupai jamur, tahu, dan terumbu karang. Walaupun hanya dipenuhi bebatuan besar tanpa pasir, namun pantai ini nampak sangat bersih dari sampah plastik tidak seperti pantai-pantai di Indonesia.
Selain jelajah wisata alam, Taitung juga menyimpan sejumlah tempat wisata kuliner. Salah satunya adalah Mibaai Restoran yang terletak di Taitung City, Chuan Guang Road No470. Jarak tempuhnya tak begitu jauh dari Bandara Taitung.
Selain menyajikan makanan halal, restoran ini juga menawarkan makanan khas Suku Aborigin, yang merupakan salah satu suku asli di Taitung. Tak heran jika tempat yang buka mulai jam 11.00—14.00 dan sore mulai jam 17.00—21.00 waktu setempat ini kerap menjadi tujuan grup wisata. Baik wisatawan lokal mancanegara termasuk dari Indonesia.
Makanan khas Suku Aborigin yang ditawarkan yaitu gan ze xin (hati tebu) dan ping lang hua (bunga pinang). Selain itu pengunjung juga dapat menikmati shan jiang rou (daging rusa yang ditumis dengan bumbu bawang putih); kao tu ji (ayam kampung panggang layaknya bebek peking); shan di ban yu (ikan pegunungan yang dibakar); shu chai tang (sup aneka sayuran ditambah jamur); hung to fu (tahu merah). Tak hanya itu restoran ini juga menyajikan makanan favorit berupa nai kao mo yu (cumi panggang susu) dan za yu kuai (ikan goreng).
"Bagi warga muslim, jangan takut makan di restoran ini karena makanannya halal yang telah mendapat lisensi dari Islamic Assosiation of Taiwan," timpal Adi. Saat ini, lanjut Adi, ada tiga jenis restoran yang mengadopsi kepentingan umat muslim, yaitu Muslim Restoran (MR), Muslim Friendly Restoran (MFR) dan Halal Menu Include (HMI).
Sebelum meninggalkan Taitung para wisatawan biasanya menyempatkan diri ke lokasi Mr Brown Avenue di Chihshang, yang merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Hualien. Di tempat ini kita bisa melepaskan penat dengan menjajal becak motor yang merupakan perpaduan sepeda dengan becak namun dibekali mesin layaknya motor.
Di sini kita bisa menyewa becak motor seharga 500 dolar Taiwan (Rp223.000) untuk kapasitas dua orang. Sementara untuk kapasitas 4 orang dikenakan biaya hingga 800 dolar Taiwan (Rp363.000). Dengan kendaraan becak motor ini kita bisa menjelajahi sekitar 2—3 kilometer alam pedesaan asri yang dipenuhi sawah menguning dengan latar belakang pegunungan nan indah.
(sms)