Giambattista Valli, Sosok Pencipta Gaun Mewah
A
A
A
SOSOK Giambattista Valli terkenal dengan kepiawaiannya dalam merancang gaun-gaun yang cantik dan mewah. Detail seperti ruffles , siluet bervolume, material lace atau tule jadi salah satu ciri khas desainer asal Italia ini.
Laki-laki yang akrab disapa Valli ini lahir di Roma, Italia, pada 27 Juni 1966. Dia dibesarkan dalam keluarga kelas menengah di Roma. Pada 1980 Valli belajar seni di Roman liceo scientifico. Di sekolah ini Valli diperkenalkan dengan Jean Cocteau, seorang seniman ilustrasi mode untuk Dior dan Yves Saint Laurent.
Sejak saat itulah, Valli mulai tertarik pada sisi seni dalam fashion. Pada 1986 Valli melanjutkan pendidikan di Institut Desain Eropa di Roma. Setelah itu, dia pindah ke London dan mendaftar kursus ilustrasi di Sekolah Seni dan Desain Central Saint Martins.
“Setelah belajar di Italia dan Inggris, saya kembali ke Roma untuk bekerja untuk Cecilia Fanfani. Melalui Fanfani, saya juga mendapatkan pekerjaan untuk Roberto Capucci pada tahun 1988,” ujar Valli, seperti dilansir Vogue.com.
Saat bekerja dengan Capucci, Valli dipromosikan menjadi bagian dari tim desain. Di tim ini dia lebih banyak belajar tentang komposisi warna, volume, dan berani untuk menciptakan busana yang dramatis. “Capucci adalah sekolah terbesar yang saya miliki. Ini bukan hanya tentang pengetahuan teknis, seperti warna dan volume, tetapi juga tentang aturan rahasia, dan kode penghormatan yang indah antara atelier dan master,” ujar Valli.
Dua tahun kemudian Valli diangkat sebagai desainer senior untuk lini Fendissime. Pada tahun 1955 dia diangkat sebagai desainer senior untuk Pret-a-Porter di Krizia. Valli pindah ke Paris pada tahun 1997 untuk bekerja dengan Emanuel Ungaro sebagai art director untuk koleksi siap pakai.
Tahun berikutnya Valli diangkat sebagai direktur kreatif Emanuel Ungaro hingga 2004. Pada tahun 2004 pula Valli menandatangani kontrak lima tahun dengan perusahaan Italia, Gilmar. Di perusahaan ini dia memproduksi dan mendistribusikan koleksi labelnya sendiri yang bernama Giambattista Valli. Koleksi debut labelnya diluncurkan pada 2005 dan mendapat pujian kritis. “Banyak yang menilai karya saya mirip dengan karya desainer legendaris Italia Stefano Pilati,” sebut Valli.
Pada 2004 Valli diangkat sebagai direktur kreatif Iceberg bersama Paolo Gerani. Valli sempat menolak tawaran posisi direktur kreatif di Valentino pada tahun 2007 karena lebih ingin fokus di labelnya sendiri. Tahun berikutnya Valli menambahkan lini aksesori dan koleksi pakaian pengantin ke labelnya.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada 2009, kontrak Valli dengan Gilmar berakhir. Dia kemudian menandatangani perjanjian lima tahun dengan Mariella Burani Fashion Group. Tahun berikutnya Valli mengakhiri kontraknya dengan Mariella Burani dan membeli hak produksinya sendiri. “Saya kemudian memproduksi koleksi haute couture pertama pada tahun 2011 di Paris,” ujar Valli.
Selama bertahun-tahun, Valli dikenal karena keanggunan busana yang abadi. Dia menawarkan pakaian apik untuk gaya hidup kaum jetset. Beberapa pakaian siap pakai disamakan dengan desain haute couture. Tak heran, koleksi busananya yang terdiri dari lini ready to wear dan haute couture disajikan setiap tahun selama Paris Fashion Week. “Busana haute couture klasik saya beri kesan sensualitas yang ramping dan sikap percaya diri, serta kemudahan mewah yang memiliki daya tarik segar,” ujar Valli.
Dari setiap koleksi labelnya, Valli selalu menemukan rasa keseimbangan yang canggih, mewah, dan juga modern. Beberapa kali dia menciptakan gaun yang didesain pendek dan ketat, lengkap dengan hiasan dan sulaman dari tangan yang terlatih.
Volume busana di koleksi terbarunya tampak luar biasa. Valli memainkan permainan yang saling bertentangan di seluruh koleksi. Dengan pergantian siluet yang rapi, kompak, berkontur dengan hiasan imajinatif, memanjakan kegemarannya pada haute couture dalam serangkaian pliss etulle bertingkat atau jubah sutra taffeta dengan panjang yang asimetris.
Meski menjalankan labelnya sendiri, dari 2008 hingga 2017 Valli juga menjadi direktur kreatif Moncler Gamme Rouge. Dia membangun bahasa baru dari pakaian aktif yang disempurnakan untuk merek dan memperluas penggunaan jaket puffer untuk perempuan. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Laki-laki yang akrab disapa Valli ini lahir di Roma, Italia, pada 27 Juni 1966. Dia dibesarkan dalam keluarga kelas menengah di Roma. Pada 1980 Valli belajar seni di Roman liceo scientifico. Di sekolah ini Valli diperkenalkan dengan Jean Cocteau, seorang seniman ilustrasi mode untuk Dior dan Yves Saint Laurent.
Sejak saat itulah, Valli mulai tertarik pada sisi seni dalam fashion. Pada 1986 Valli melanjutkan pendidikan di Institut Desain Eropa di Roma. Setelah itu, dia pindah ke London dan mendaftar kursus ilustrasi di Sekolah Seni dan Desain Central Saint Martins.
“Setelah belajar di Italia dan Inggris, saya kembali ke Roma untuk bekerja untuk Cecilia Fanfani. Melalui Fanfani, saya juga mendapatkan pekerjaan untuk Roberto Capucci pada tahun 1988,” ujar Valli, seperti dilansir Vogue.com.
Saat bekerja dengan Capucci, Valli dipromosikan menjadi bagian dari tim desain. Di tim ini dia lebih banyak belajar tentang komposisi warna, volume, dan berani untuk menciptakan busana yang dramatis. “Capucci adalah sekolah terbesar yang saya miliki. Ini bukan hanya tentang pengetahuan teknis, seperti warna dan volume, tetapi juga tentang aturan rahasia, dan kode penghormatan yang indah antara atelier dan master,” ujar Valli.
Dua tahun kemudian Valli diangkat sebagai desainer senior untuk lini Fendissime. Pada tahun 1955 dia diangkat sebagai desainer senior untuk Pret-a-Porter di Krizia. Valli pindah ke Paris pada tahun 1997 untuk bekerja dengan Emanuel Ungaro sebagai art director untuk koleksi siap pakai.
Tahun berikutnya Valli diangkat sebagai direktur kreatif Emanuel Ungaro hingga 2004. Pada tahun 2004 pula Valli menandatangani kontrak lima tahun dengan perusahaan Italia, Gilmar. Di perusahaan ini dia memproduksi dan mendistribusikan koleksi labelnya sendiri yang bernama Giambattista Valli. Koleksi debut labelnya diluncurkan pada 2005 dan mendapat pujian kritis. “Banyak yang menilai karya saya mirip dengan karya desainer legendaris Italia Stefano Pilati,” sebut Valli.
Pada 2004 Valli diangkat sebagai direktur kreatif Iceberg bersama Paolo Gerani. Valli sempat menolak tawaran posisi direktur kreatif di Valentino pada tahun 2007 karena lebih ingin fokus di labelnya sendiri. Tahun berikutnya Valli menambahkan lini aksesori dan koleksi pakaian pengantin ke labelnya.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada 2009, kontrak Valli dengan Gilmar berakhir. Dia kemudian menandatangani perjanjian lima tahun dengan Mariella Burani Fashion Group. Tahun berikutnya Valli mengakhiri kontraknya dengan Mariella Burani dan membeli hak produksinya sendiri. “Saya kemudian memproduksi koleksi haute couture pertama pada tahun 2011 di Paris,” ujar Valli.
Selama bertahun-tahun, Valli dikenal karena keanggunan busana yang abadi. Dia menawarkan pakaian apik untuk gaya hidup kaum jetset. Beberapa pakaian siap pakai disamakan dengan desain haute couture. Tak heran, koleksi busananya yang terdiri dari lini ready to wear dan haute couture disajikan setiap tahun selama Paris Fashion Week. “Busana haute couture klasik saya beri kesan sensualitas yang ramping dan sikap percaya diri, serta kemudahan mewah yang memiliki daya tarik segar,” ujar Valli.
Dari setiap koleksi labelnya, Valli selalu menemukan rasa keseimbangan yang canggih, mewah, dan juga modern. Beberapa kali dia menciptakan gaun yang didesain pendek dan ketat, lengkap dengan hiasan dan sulaman dari tangan yang terlatih.
Volume busana di koleksi terbarunya tampak luar biasa. Valli memainkan permainan yang saling bertentangan di seluruh koleksi. Dengan pergantian siluet yang rapi, kompak, berkontur dengan hiasan imajinatif, memanjakan kegemarannya pada haute couture dalam serangkaian pliss etulle bertingkat atau jubah sutra taffeta dengan panjang yang asimetris.
Meski menjalankan labelnya sendiri, dari 2008 hingga 2017 Valli juga menjadi direktur kreatif Moncler Gamme Rouge. Dia membangun bahasa baru dari pakaian aktif yang disempurnakan untuk merek dan memperluas penggunaan jaket puffer untuk perempuan. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)