Tiga Penghargaan Rinaldy dari The Lady Warrior
A
A
A
KARYA rancangan Rinaldy A Yunardi berhasil menyabet tiga penghargaan di ajang World of Wearable Art (WOW) Awards 2019 yang diselenggarakan di Wellington, New Zealand, belum lama ini. Ketiga penghargaantersebut didapat dari busana rancangannya yang diberi nama The Lady Warrior.
Ketiga penghargaan yang didapat Rinaldy adalah Supreme WOW Award, Avant-Garde Section Award, dan International Design Award: Asia. Dalam menciptakan The Lady Warrior, Rinaldy terinspirasi pejuang yang paling tangguh,yaitu para perempuan. "The Lady Warrior bukan menggambarkan kekuatan fisik, melainkan kekuatan dalam diri yang dimiliki seorang anak perempuan, istri, dan ibu,” ujar Rinaldy di Seia, Menara Astra, Selasa (29/10).
Dalam menciptakan The Lady Warrior, Rinaldy menggunakan berbagai macam bahan untuk merepresentasikan elemen berbeda. "Saya menggunakan kertas daur ulang yang dibuat menjadi tali, kemudian ditenun erat. Ini merupakansimbol kemanusiaan dan kekuatan dalam diri yang dibangun dari pengalamanperempuan," kata Rinaldy.
Pendiri WOW yang juga merupakan juri tetap kompetisi ini, Dame Suzie Moncrieff, mengatakan, The Lady Warrior merupakan busana yang dideskripsikan para juri sebagai metamorfosis luar biasa dari bahan organik yang rapuh menjadi sesuatu yang sangat indah. Dengan membangun keseimbangan danbentuk yang sempurna,didukung keahlian apik, TheLady Warrior menggambarkanharmoni antara kerapuhan yangmemesona dan kekuatan yanghalus. “Para juri sangat menyukai penggunaan teknik tenun tradisional untuk membuat bahan yang sangat kontemporer,” ujar Moncrieff.
Dia menambahkan, tahun ini 115 desainer finalis dihadapkan pada enam tantangan desain yang kemudian dijadikan pertunjukan busana enam dunia. Tiga tema tetap yang selalu dipakai setiap tahunnya adalahAotearoa yaitu sebutan suku Mori untuk New Zealand, Avant-garde yang berarti hal yang baru dan tidak biasa, serta terbuka. Tiga tema lainnya adalah tema baru pada 2019, yaitu Mitos, Transformasi, dan Putih.
Pada WOW 2019, Rinaldy harus bersaing ketat. Apalagi, ada 108 finalis di kompetisi WOW 2019. Para finalis tersebut berasal dari 22 negara yang saling bersaing untuk memenangi satu dari 34 penghargaan dan hadiah sebesar NZD180.000 (Rp1,6 miliar).
Rinaldy berhasil mengalahkan desainer aksesori lainnya, seperti The Maw bt Bariness Varcra III dari New York, Amerika Serikat, serta Luna Roschach by Natasha dan Tatyanna Meharry dari Selandia Baru. "Para perancang busana yang karyanya menjadi finalis memiliki latar belakang yang bervariasi, baik perancang busana profesional maupunbukan profesional yang bekerja di bidang fashion, seni, kostum, teater, juga mahasiswa dan kontestan perdana," ujar Rinaldy.Selama tiga pekan setiap tahunnya, kompetisi Wearable Art yang tersohor didunia ini menampilkan karya finalis dengan pertunjukan teatrikal spektakuler di ibu kota New Zealand, Wellington. Sekitar 60.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri akan hadir untuk menyaksikan acara tahunan WOW 2019.Laki-laki yang akrab disapa Yungyung itu mengulang prestasinya pada 2017 dalamajang yang sama. Meski demikian, Rinaldy mengatakan, awalnya dia ragu untuk kembali berpartisipasi pada ajang WOW 2019. "Saya awalnya menolak karena saya tidak berani, takut bagaimana mengalahkan diri sendiri,” ujar Rinaldy. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Ketiga penghargaan yang didapat Rinaldy adalah Supreme WOW Award, Avant-Garde Section Award, dan International Design Award: Asia. Dalam menciptakan The Lady Warrior, Rinaldy terinspirasi pejuang yang paling tangguh,yaitu para perempuan. "The Lady Warrior bukan menggambarkan kekuatan fisik, melainkan kekuatan dalam diri yang dimiliki seorang anak perempuan, istri, dan ibu,” ujar Rinaldy di Seia, Menara Astra, Selasa (29/10).
Dalam menciptakan The Lady Warrior, Rinaldy menggunakan berbagai macam bahan untuk merepresentasikan elemen berbeda. "Saya menggunakan kertas daur ulang yang dibuat menjadi tali, kemudian ditenun erat. Ini merupakansimbol kemanusiaan dan kekuatan dalam diri yang dibangun dari pengalamanperempuan," kata Rinaldy.
Pendiri WOW yang juga merupakan juri tetap kompetisi ini, Dame Suzie Moncrieff, mengatakan, The Lady Warrior merupakan busana yang dideskripsikan para juri sebagai metamorfosis luar biasa dari bahan organik yang rapuh menjadi sesuatu yang sangat indah. Dengan membangun keseimbangan danbentuk yang sempurna,didukung keahlian apik, TheLady Warrior menggambarkanharmoni antara kerapuhan yangmemesona dan kekuatan yanghalus. “Para juri sangat menyukai penggunaan teknik tenun tradisional untuk membuat bahan yang sangat kontemporer,” ujar Moncrieff.
Dia menambahkan, tahun ini 115 desainer finalis dihadapkan pada enam tantangan desain yang kemudian dijadikan pertunjukan busana enam dunia. Tiga tema tetap yang selalu dipakai setiap tahunnya adalahAotearoa yaitu sebutan suku Mori untuk New Zealand, Avant-garde yang berarti hal yang baru dan tidak biasa, serta terbuka. Tiga tema lainnya adalah tema baru pada 2019, yaitu Mitos, Transformasi, dan Putih.
Pada WOW 2019, Rinaldy harus bersaing ketat. Apalagi, ada 108 finalis di kompetisi WOW 2019. Para finalis tersebut berasal dari 22 negara yang saling bersaing untuk memenangi satu dari 34 penghargaan dan hadiah sebesar NZD180.000 (Rp1,6 miliar).
Rinaldy berhasil mengalahkan desainer aksesori lainnya, seperti The Maw bt Bariness Varcra III dari New York, Amerika Serikat, serta Luna Roschach by Natasha dan Tatyanna Meharry dari Selandia Baru. "Para perancang busana yang karyanya menjadi finalis memiliki latar belakang yang bervariasi, baik perancang busana profesional maupunbukan profesional yang bekerja di bidang fashion, seni, kostum, teater, juga mahasiswa dan kontestan perdana," ujar Rinaldy.Selama tiga pekan setiap tahunnya, kompetisi Wearable Art yang tersohor didunia ini menampilkan karya finalis dengan pertunjukan teatrikal spektakuler di ibu kota New Zealand, Wellington. Sekitar 60.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri akan hadir untuk menyaksikan acara tahunan WOW 2019.Laki-laki yang akrab disapa Yungyung itu mengulang prestasinya pada 2017 dalamajang yang sama. Meski demikian, Rinaldy mengatakan, awalnya dia ragu untuk kembali berpartisipasi pada ajang WOW 2019. "Saya awalnya menolak karena saya tidak berani, takut bagaimana mengalahkan diri sendiri,” ujar Rinaldy. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)