Parade Koleksi Tenun Pringgasela Tampilkan Fashion Muslim
A
A
A
UNTUK turut mewujudkan menjadikan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia, Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah digiatkan dengan progam “NTB Goesto Moslem Fashion Industry”.
Upaya pengembangan industri fashion muslim di NTB mengingat daerah NTB memiliki produk unggulan di bidang tekstil dan produk tekstil(TPT) yang layak untuk dikembangkan, yaitu kain tenun. Beraneka ragam jenis dan motif kain tenun khas dihasilkan oleh masing-masing daerah di penjuru NTB.
Dengan meraih penghargaan sebagai World's Best Halal Tourism Destination serta konsumsi belanja busana muslim di Indonesia tahun 2017 mencapai USD20 miliar (sumber:data Global Islamic Economic Index, SWA17 I XXV I 5-18 September 2019), maka NTB memiliki kesempatan besar menjadi pelaku utama industri fashion, khususnya fashion muslim karena didukung ketersediaan bahan baku dan konsumen potensial.
Sejalan dengan target tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat bersinergi dengan desainer Wignyo Rahadi sebagai instruktur menerapkan program Fashion Product Incubator (FPI) dan Fashion Design Incubator (FDI) yang melibatkan perajin busana/penjahit dan perancang busana/desainer sebagai peserta program.
Program FPI ditujukan untuk melatih dan meningkatkan keahlian para perajin busana/penjahit di NTB, khususnya para lulusan SMK agar dapat menjadi penjahit yang mandiri. Adapun program FDI dihadirkan untuk melatih para perancang busana di NTB agar dapat mengeksplorasi kreativitas dan membuat desain; dan diharapkan dapat mengembangkan diri sebagai desainer yang siap bersaing diindustri fashion dalam dan luar negeri.
Bank Indonesia bersinergi dengan Dekranasda NTB menyelenggarakan kegiatan fashion show bertema “NTB-Goes to Moslem Fashion Industry” yang bertempat di pelataran Masjid Raya HubbulWathan Islamic Center NTB pada awal November 2019. Kegiatan dimaksud menjadi puncak dari serangkaian acara dalam rangka upaya pengembangan industri fashion muslim di NTB.
Dalam fashionshow ini menampilkan sepuluh outfit karya para peserta program FPI dan FDI. Selain itu, pelaksanaan fashionshow menampilkan busana karya desainer binaan BI,yaitu Linda Hamidy Grander dan desainer mitra BI, Wignyo Rahadi. Dalam perhelatan “NTB Goes to Moslem Fashion Industry” ini, Linda Hamidy Grander menampilkan koleksi busana tenun bertajuk “Lifein Black and White” yang menggambarkan kemewahan dalam kesederhanaan hidup. Linda terinspirasi dengan kesederhanaan warna hitam putih, namun begitu mewah dan kuat mampu menggugah emosi.
Selanjutnya, desainer Wignyo Rahadi menghadirkan parade koleksi busana muslim bertema “TropicalVibes” dengan menggunakan tenun pringgasela. Koleksi ini terinspirasi dari keindahan warna alami pulau tropis dipadukan secara harmonis dengan warna alami tenun pringgasela, seperti cokelat muda, cokelat tua, hijau, dan lime green yang dituangkan dalam desain berupa longdress, outer, blouse, dan celana panjang. Dengan sentuhan modernisasi yang tinggi serta kekuatan dalam memadukanragam motif dan tekstur tenun serta kombinasi dengan berbagai bahan menjadi ciri khas koleksi dari para desainer tersebut.
“Dengan adanya program FDI ini dapat menetaskan para desainer bertalenta untuk mengolah kain tenun buatan perajin tenun di NTB menjadi busana muslim siap pakai. Lulusan FDI dapat berkolaborasi dengan lulusan FPI dan UKM tenun untuk memproduksi busana muslim siap pakai. Lebih lanjut, kolaborasi ini mendorong pengembangan pemakaian kain tenun NTB yang tak hanya digunakan sebagai kain, juga sebagai busana muslim siap pakai dengan beragam pilihan desain dan standar kualitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar domestik, nasional, hingga internasional,” tutur Wignyo Rahadi. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Upaya pengembangan industri fashion muslim di NTB mengingat daerah NTB memiliki produk unggulan di bidang tekstil dan produk tekstil(TPT) yang layak untuk dikembangkan, yaitu kain tenun. Beraneka ragam jenis dan motif kain tenun khas dihasilkan oleh masing-masing daerah di penjuru NTB.
Dengan meraih penghargaan sebagai World's Best Halal Tourism Destination serta konsumsi belanja busana muslim di Indonesia tahun 2017 mencapai USD20 miliar (sumber:data Global Islamic Economic Index, SWA17 I XXV I 5-18 September 2019), maka NTB memiliki kesempatan besar menjadi pelaku utama industri fashion, khususnya fashion muslim karena didukung ketersediaan bahan baku dan konsumen potensial.
Sejalan dengan target tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat bersinergi dengan desainer Wignyo Rahadi sebagai instruktur menerapkan program Fashion Product Incubator (FPI) dan Fashion Design Incubator (FDI) yang melibatkan perajin busana/penjahit dan perancang busana/desainer sebagai peserta program.
Program FPI ditujukan untuk melatih dan meningkatkan keahlian para perajin busana/penjahit di NTB, khususnya para lulusan SMK agar dapat menjadi penjahit yang mandiri. Adapun program FDI dihadirkan untuk melatih para perancang busana di NTB agar dapat mengeksplorasi kreativitas dan membuat desain; dan diharapkan dapat mengembangkan diri sebagai desainer yang siap bersaing diindustri fashion dalam dan luar negeri.
Bank Indonesia bersinergi dengan Dekranasda NTB menyelenggarakan kegiatan fashion show bertema “NTB-Goes to Moslem Fashion Industry” yang bertempat di pelataran Masjid Raya HubbulWathan Islamic Center NTB pada awal November 2019. Kegiatan dimaksud menjadi puncak dari serangkaian acara dalam rangka upaya pengembangan industri fashion muslim di NTB.
Dalam fashionshow ini menampilkan sepuluh outfit karya para peserta program FPI dan FDI. Selain itu, pelaksanaan fashionshow menampilkan busana karya desainer binaan BI,yaitu Linda Hamidy Grander dan desainer mitra BI, Wignyo Rahadi. Dalam perhelatan “NTB Goes to Moslem Fashion Industry” ini, Linda Hamidy Grander menampilkan koleksi busana tenun bertajuk “Lifein Black and White” yang menggambarkan kemewahan dalam kesederhanaan hidup. Linda terinspirasi dengan kesederhanaan warna hitam putih, namun begitu mewah dan kuat mampu menggugah emosi.
Selanjutnya, desainer Wignyo Rahadi menghadirkan parade koleksi busana muslim bertema “TropicalVibes” dengan menggunakan tenun pringgasela. Koleksi ini terinspirasi dari keindahan warna alami pulau tropis dipadukan secara harmonis dengan warna alami tenun pringgasela, seperti cokelat muda, cokelat tua, hijau, dan lime green yang dituangkan dalam desain berupa longdress, outer, blouse, dan celana panjang. Dengan sentuhan modernisasi yang tinggi serta kekuatan dalam memadukanragam motif dan tekstur tenun serta kombinasi dengan berbagai bahan menjadi ciri khas koleksi dari para desainer tersebut.
“Dengan adanya program FDI ini dapat menetaskan para desainer bertalenta untuk mengolah kain tenun buatan perajin tenun di NTB menjadi busana muslim siap pakai. Lulusan FDI dapat berkolaborasi dengan lulusan FPI dan UKM tenun untuk memproduksi busana muslim siap pakai. Lebih lanjut, kolaborasi ini mendorong pengembangan pemakaian kain tenun NTB yang tak hanya digunakan sebagai kain, juga sebagai busana muslim siap pakai dengan beragam pilihan desain dan standar kualitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar domestik, nasional, hingga internasional,” tutur Wignyo Rahadi. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)