Abdikan Diri Bantu Anak dengan HIV/AIDS

Senin, 09 Desember 2019 - 22:25 WIB
Abdikan Diri Bantu Anak...
Abdikan Diri Bantu Anak dengan HIV/AIDS
A A A
YOGYAKARTA - Hingga saat ini orang dengan HIV/AIDS (ODHA) kerap dijauhkan dari masyarakat ataupun tak dianggap oleh keluarga. ODHA biasanya hidup dalam kesendirian, tanpa teman, atau dukungan dari lingkungan. Ironisnya, sebagian besar ODHA tidak memiliki pemahaman serta jaringan yang cukup untuk mencari informasi dan pengobatan karena masih ada stigma negatif dari masyarakat yang menimbulkan rasa malu bagi mereka.

Namun, hal tersebut tak berlaku bagi Puger Mulyono. Berprofesi sebagai tukang parkir, pria yang akrab disapa Pak Puger itu menyisihkan pendapatan dan waktunya untuk mendirikan yayasan lentera demi merawat anak dengan HIV/AIDS. Di saat orang lain memiliki stigma terhadap anak-anak tersebut, Puger rela mengabdikan diri tanpa pamrih untuk mereka dan membiayai pendidikan mereka.

Apa yang dilakukan pria asal Surakarta ini dinilai berani mendobrak stigma demi kesehatan masyarakat Indonesia hingga dirinya mendapatkan apresiasi dari DKT Indonesia. Saat ditemui di Hotel GAIA, Yogyakarta, baru-baru ini, Puger mengatakan bahwa anak-anak tersebut tidak hanya mendapatkan penolakan dari masyarakat sekitar, namun juga keluarga sendiri.

"Tanggal 12 November 2012, kami merawat anak terdampak HIV untuk pertama kalinya. Umur 1 tahun 4 bulan. Anak itu dirujuk dari rumah sakit. Kami secara spontan merawat bayi itu. Dia sudah tak punya orangtua. Dia yatim piatu, tak diakui keluarga besarnya. Akhirnya bayi itu kami tanggung jawabi semuanya," kata Puger, yang sudah menjadi petugas pendampimg ODHA sejak 2006 sampai sekarang.

Apa yang dilakukan Puger lantas tersebar dari mulut ke mulut hingga saat ini dirinya terus menampung banyak anak ODHA. Seluruh anak asuhnya itu, menurut Puger, merupakan rujukan dari pemerintah, Dinas Sosial, dan rumah sakit yang tidak memiliki tenaga ahli untuk menangani masalah ODHA. Karena itu, Puger bersama beberapa teman bertekad menampung dan mengurus anak-anak tersebut.

Namun, niat mulia Puger itu tidak berjalan lancar begitu saja. Di saat anak asuhnya sudah mulai banyak, Puger justru mendapat sejumlah tantangan. Mulai ditolak dan diusir oleh warga sekitar, mendapatkan hinaan juga cacian hingga mengharuskannya berpindah-pindah tempat tinggal. Belum lagi masalah ekonomi yang membuat Puger mau tidak mau menjual barang-barang pribadi untuk menghidupi keluarga utama dan seluruh anak asuhnya.

"Setelah 2015 akhirnya kami punya rumah HIV/AIDS. Tadinya mau dapat bantuan, tapi masih lembaga lentera. Kalau mau dikasih bantuan, kami harus jadi yayasan. Cuma RT/RW nggak mau tanda tangan dan kami harus pergi. Nggak ada uang, pindah ke rumah pribadi. 16 anak, relawan, dan pengasuh. Ketahuan orang lagi, diusir lagi. Jalan (ke rumah) diportal dan tak bsia masuk. Itu rumah warisan istri saya. Akhirnya pindah ke rumah kontrak pertama dengan minta islah bayar harian selama 1 minggu dan ada yang bantu kami kontrakkan rumah. Dikontrakkan orang selama 2 tahun," jelasnya.

"Tahun 2018 pindah dan sekarang di rumah fasilitas pemerintah di taman makam pahlawan. Tanah fasilitasi Solo, bangunan Kemensos, rumahnya di bangunan Lottemart. Saya pernah jual motor untuk kontrak rumah. Kemarin ada masalah di sekolah, ketahuan HIV dikeluarkan sampai 23 kali. Satu anak sampai 4-5 kali (keluar sekolah). Akhirnya nggak sekolah dan dibantu semua pihak, sampai UNICEF datang dan oleh Walikota Solo disekolahkan di SD negeri sekitar, sekarang di-backup Walikota," tambahnya.

Sementara untuk urusan obat, Puger bersyukur mendapat bantuan dari pemerintah sehingga ia yang harus menebus obat satu bulan sekali tidak mengeluarkan biaya alias gratis. "Sebulan sekali kontrol ke rumah sakif dan ambil obat. Dulu bayar Rp25.000. Cuma setelah pemerintah ikut campur, gratis. Selama 3 tahun bayar. Setelah 2015 gratis sampai sekarang. Ada yang pakai BPJS dan KIS, yang nggak punya akte pakai fasilitas Dinas Sosial," papar Puger.

Tidak hanya merawat anak-anak ODHA di yayasannya, Puger juga memantau dan memberikan bantuan pada anak dengan ODHA di luar yayasan. Di sisi lain, jika anak sudah dalam keadaan baik, Puger mempersilahkan pihak keluarga untuk mengambil alih dan tinggal bersamanya. Lebih dari itu, Puger juga memberikan bimbingan kepada keluarga terkait merawat anak ODHA dan memantau serta memberikan obat secara rutin.

Saat ini, Puger memiliki tim di berbagai provinsi yang siap membantu dan mendata anak ODHA. Puger juga telah bekerja sama dengan Dimas Beck dan Young Lex untuk mendirikan Kampung Lentera. Puger tak lupa berpesan kepada usia muda untuk berhati-hati dalam bergaul. Meski berpacaran, Puger menekankan kepada remaja untuk menjauhi seks bebas yang dapat menyebabkan HIV/AIDS.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1701 seconds (0.1#10.140)