Menikmati Eksotisme Rumah Pohon Anping di Tainan City
A
A
A
TAINAN - Rumah Pohon Anping di Kota Tainan, Taiwan, dulunya merupakan bangunan gudang peninggalan Belanda dan Portugis untuk menyimpan gula dan kamper. Setelah Pulau Formosa dikuasai Jepang, bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan garam.
Rumah pohon Anping salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Taiwan. Terletak di Whangcheng Road, Tainan City, tempat wisata ini menyimpan suasana eksotisme rumah pohon yang terjaga bentuk aslinya.
SINDOnews sempat mengunjungi Rumah Pohon Anping ketika melakukan Media Fam Trip, bersama Taiwan Tourism Bureau awal Desember 2019. Di sini, wisatawan akan dibuat tercengang dengan gudang tua yang sudah diselimuti pohon beringin besar.
Untuk masuk ke Rumah Pohon Anping, pengunjung dikenakan harga tiket sebesar 50 dolar Taiwan (NTD) atau sekitar Rp25.000. Ada tiga bangunan yang berada di kompleks tersebut yang wajib dikunjungi. Tepat di depan pintu masuk, terdapat rumah ahli kaligrafi China, Chu Jeou-Yin. Di sini, pengunjung bisa melihat bagaimana seni kaligrafi China dibuat dan dipamerkan lengkap dengan filosofinya.
Bergeser ke sebelahnya, terdapat museum yang sebelumnya merupakan kantor Tait & Company peninggalan bangsa Eropa. Bangunan dua lantai bergaya kolonial ini berisi pameran tentang pendatang dan penjajah tempo dulu di lantai satu. Sedangkan di lantai dua dipamerkan sejumlah patung lilin.
Begitu masuk ke Rumah Pohon Anping, pengunjung akan dibuat terpesona dengan pemandangan menakjubkan yang dibuat langsung oleh alam. Bangunan yang terbuat dari bata merah itu begitu kontras dengan akar beringin yang nyaris menutupi seluruh bangunan.
Pohon beringin besar yang menutupi Rumah Pohon Anping berasal dari family Ficus Benjamina. Jenis ini sama dengan yang berada di Angkor Wat Kamboja. Entah apa yang membawa biji pohon beringin tersebut hingga menutupi hampir 90% bangunan.
Di dalam bangunan, terdapat jalur setapak yang terbuat dari papan kayu selebar 1,5 meter yang menghubungkan seluruh ruangan. Tepat di tengah bangunan, dari ribuan akar pohon yang menjuntai terdapat satu akar besar yang menyerupai kaki manusia.
Untuk melihat Rumah Pohon Anping dari atas tersedia platform dengan pengaman pagar. Dari atas, penampakan Rumah Pohon Anping terlihat makin keren. Di sini sejumah wisatawan langsung meraih kamera untuk berfoto di spot-spot yang cukup eksotis.
Agar bangunan tidak roboh karena cengkeraman akar pohon, seluruh kuda-kuda atap ditopang kerangka besi. Beberapa akar beringin yang cukup besar dan dan dikhawatirkan merusak bangunan juga disanggah dengan kerangka besi.
Di belakang Rumah Pohon Anping terdapat danau kecil yang terdapat kincir angin mini untuk menunjukkan suasana pedesaan zaman dulu. Di kawasan ini, ada pulau skybridge yang tingginya cukup untuk melihat hamparan pohon bakau di muara yang menghubungkan langsung ke laut.
Penampakan Rumah Pohon Anping dari skybridge juga cukup misterius. Pantas saja sebelum Rumah Pohon Anping dijadikan objek wisata, banyak warga sekitar yang menghindari berada di sana. Menurut kepercayaan warga Taiwan, akar pohon beringin mengeluarkan energi negatif. Tapi itu dulu. Kini, Rumah Pohon Anping menjadi salah satu destinasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Anping Kota Pelabuhan Pertama di Taiwan
Pelabuhan Anping di Tainan City ini merupakan pelabuhan pertama yang dimiliki Taiwan. Dibangun Pemerintahan Zheng dari Dinasti Ming yang kemudian dilanjutkan Dinasti Qing, Pelabuhan Anping menjadi urat nadi perekonomian di Taiwan pada masa itu.
Melihat pesatnya perekonomian di Anping, pada tahun 1858, Kaisar Xiangfeng membuka beberapa pelabuhan baru di Taiwan, seperti Pelabuhan Danshui dan Pelabuhan Keelung. Perdagangan terus berkembang hingga pemerintah saat itu kembali membuka Pelabuhan Takao dan Prefektur.
Sekitar tahun 1865, di tahun ketiga pemerintahan Kaisar Tongzhi, sejumlah perusahaan asing tertarik berkantor di sekitar Pelabuhan Anping. Tercatat beberapa perusahaan besar seperti British Tait & Co, Elles & Co, Boyd & Co, US Wright & Co, dan Mannich & Co dari Jerman pernah membuka kantor perwakilan di Pelabuhan Anping.
Namun, Pelabuhan Anping sempat ditinggal sejumlah perusahaan asing. Ini terjadi ketika masa kependudukan Jepang. Sejumlah perusahaan asing itu menarik diri secara bertahap karena Jepang mengambil alih bisnis pelayaran dan memonopoli perdagangan opium.
Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, Pelabuhan Anping dibiarkan terbengkalai hingga lambat laun tertutup pohon beringin besar. Sejumlah bangunan mengalami kerusakan hingga hanya menyisakan dua bangunan utuh, yakni bekas kantor Tait & Co dan Mannic & Co yang kini difungsikan sebagai museum. Sedangkan Rumah Pohon Anping yang dulunya merupakan gudang gula, gudang kamper, dan gudang penyimpanan garam oleh Jepang, kini dipenuhi akar pohon beringin dan justru menjadi obyek wisata yang menarik.
Rumah pohon Anping salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Taiwan. Terletak di Whangcheng Road, Tainan City, tempat wisata ini menyimpan suasana eksotisme rumah pohon yang terjaga bentuk aslinya.
SINDOnews sempat mengunjungi Rumah Pohon Anping ketika melakukan Media Fam Trip, bersama Taiwan Tourism Bureau awal Desember 2019. Di sini, wisatawan akan dibuat tercengang dengan gudang tua yang sudah diselimuti pohon beringin besar.
Untuk masuk ke Rumah Pohon Anping, pengunjung dikenakan harga tiket sebesar 50 dolar Taiwan (NTD) atau sekitar Rp25.000. Ada tiga bangunan yang berada di kompleks tersebut yang wajib dikunjungi. Tepat di depan pintu masuk, terdapat rumah ahli kaligrafi China, Chu Jeou-Yin. Di sini, pengunjung bisa melihat bagaimana seni kaligrafi China dibuat dan dipamerkan lengkap dengan filosofinya.
Bergeser ke sebelahnya, terdapat museum yang sebelumnya merupakan kantor Tait & Company peninggalan bangsa Eropa. Bangunan dua lantai bergaya kolonial ini berisi pameran tentang pendatang dan penjajah tempo dulu di lantai satu. Sedangkan di lantai dua dipamerkan sejumlah patung lilin.
Begitu masuk ke Rumah Pohon Anping, pengunjung akan dibuat terpesona dengan pemandangan menakjubkan yang dibuat langsung oleh alam. Bangunan yang terbuat dari bata merah itu begitu kontras dengan akar beringin yang nyaris menutupi seluruh bangunan.
Pohon beringin besar yang menutupi Rumah Pohon Anping berasal dari family Ficus Benjamina. Jenis ini sama dengan yang berada di Angkor Wat Kamboja. Entah apa yang membawa biji pohon beringin tersebut hingga menutupi hampir 90% bangunan.
Di dalam bangunan, terdapat jalur setapak yang terbuat dari papan kayu selebar 1,5 meter yang menghubungkan seluruh ruangan. Tepat di tengah bangunan, dari ribuan akar pohon yang menjuntai terdapat satu akar besar yang menyerupai kaki manusia.
Untuk melihat Rumah Pohon Anping dari atas tersedia platform dengan pengaman pagar. Dari atas, penampakan Rumah Pohon Anping terlihat makin keren. Di sini sejumah wisatawan langsung meraih kamera untuk berfoto di spot-spot yang cukup eksotis.
Agar bangunan tidak roboh karena cengkeraman akar pohon, seluruh kuda-kuda atap ditopang kerangka besi. Beberapa akar beringin yang cukup besar dan dan dikhawatirkan merusak bangunan juga disanggah dengan kerangka besi.
Di belakang Rumah Pohon Anping terdapat danau kecil yang terdapat kincir angin mini untuk menunjukkan suasana pedesaan zaman dulu. Di kawasan ini, ada pulau skybridge yang tingginya cukup untuk melihat hamparan pohon bakau di muara yang menghubungkan langsung ke laut.
Penampakan Rumah Pohon Anping dari skybridge juga cukup misterius. Pantas saja sebelum Rumah Pohon Anping dijadikan objek wisata, banyak warga sekitar yang menghindari berada di sana. Menurut kepercayaan warga Taiwan, akar pohon beringin mengeluarkan energi negatif. Tapi itu dulu. Kini, Rumah Pohon Anping menjadi salah satu destinasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Anping Kota Pelabuhan Pertama di Taiwan
Pelabuhan Anping di Tainan City ini merupakan pelabuhan pertama yang dimiliki Taiwan. Dibangun Pemerintahan Zheng dari Dinasti Ming yang kemudian dilanjutkan Dinasti Qing, Pelabuhan Anping menjadi urat nadi perekonomian di Taiwan pada masa itu.
Melihat pesatnya perekonomian di Anping, pada tahun 1858, Kaisar Xiangfeng membuka beberapa pelabuhan baru di Taiwan, seperti Pelabuhan Danshui dan Pelabuhan Keelung. Perdagangan terus berkembang hingga pemerintah saat itu kembali membuka Pelabuhan Takao dan Prefektur.
Sekitar tahun 1865, di tahun ketiga pemerintahan Kaisar Tongzhi, sejumlah perusahaan asing tertarik berkantor di sekitar Pelabuhan Anping. Tercatat beberapa perusahaan besar seperti British Tait & Co, Elles & Co, Boyd & Co, US Wright & Co, dan Mannich & Co dari Jerman pernah membuka kantor perwakilan di Pelabuhan Anping.
Namun, Pelabuhan Anping sempat ditinggal sejumlah perusahaan asing. Ini terjadi ketika masa kependudukan Jepang. Sejumlah perusahaan asing itu menarik diri secara bertahap karena Jepang mengambil alih bisnis pelayaran dan memonopoli perdagangan opium.
Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, Pelabuhan Anping dibiarkan terbengkalai hingga lambat laun tertutup pohon beringin besar. Sejumlah bangunan mengalami kerusakan hingga hanya menyisakan dua bangunan utuh, yakni bekas kantor Tait & Co dan Mannic & Co yang kini difungsikan sebagai museum. Sedangkan Rumah Pohon Anping yang dulunya merupakan gudang gula, gudang kamper, dan gudang penyimpanan garam oleh Jepang, kini dipenuhi akar pohon beringin dan justru menjadi obyek wisata yang menarik.
(alv)