7 Remedi Psikis untuk Lawan Corona
A
A
A
JAKARTA - Kekhawatiran terhadap virus corona yang sudah menjadi pandemi global memang tak bisa dihindari. Namun, kita pasti mampu meminimalisirnya.
Dr Michael Sinclair, seorang konsultan psikologi asal Inggris mengatakan, dapat dimengerti bila muncul kekhawatiran seputar pandemi COVID-19 ini karena pikiran kita sedang dipenuhi hal-hal yang menakutkan dan menelannya mentah-mentah di dalam otak. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan agar kekhawatiran terhadap wabah tersebut tak sampai memengaruhi kesehatan jiwa kita?
Ada sejumlah langkah atau remedi yang bisa diterapkan untuk mengurangi kepanikan agar kesehatan mental tidak ikut-ikutan turun. Berikut langkah-langkah yang dapat Anda praktikkan, sesuai saran Dr Sinclair dan sejumlah ahli lain yang disampaikan melalui laman The Independent.
1. Jangan selalu dengar "bisikan" di pikiran Anda.
Yang benar adalah, dengarkan perkataan dalam pikiran Anda lalu lihat bukti-buktinya di lapangan. "Kita sering kali mendengarkan apa yang ada di pikiran saja, tanpa melihat kenyataannya," kata Dr Sinclair.
"Untuk mengatasi hal tersebut, coba lakukan hal-hal seperti misalnya, daripada mengatakan "saya akan sakit" lebih baik bilang "saya punya pikiran bahwa saya akan sakit". Cara ini membantu kita untuk sadar bahwa itu perkataan dalam pikiran saja, bukan kenyataan," saran Dr Sinclair.
Psychotherapist asal Inggris Silva Neves menambahkan, manusia mampu mengontrol seberapa sering kita harus memikirkan suatu hal. "Kita bisa mengontrol pikiran, meskipun itu sulit dilakukan. Cemas itu sebenarnya hanya muncul karena kita tidak melihat adanya jaminan bahwa semua akan lebih baik ke depannya. Jadi, cobalah untuk menyisakan ruang di dalam otak kita untuk memikirkan hal penting dan positif," ujar Neves.
2. Jangan abaikan gejala fisik saat stres.
Terkadang kita membuat diri sendiri merasa tidak sehat saat sedang panik dan cemas. Ciri fisiknya adalah, napas menjadi pendek dan jantung berdetak lebih cepat.
"Ketika hal itu terjadi, daripada berusaha untuk membuang atau mengabaikan perasaan tersebut, lebih baik biarkan kecemasan muncul. Gambarkan seolah-olah Anda sedang mengalami hal yang dicemaskan itu," beber Dr Sinclair.
Untuk mengatasinya, Anda bisa mempraktikkan langkah mengurangi stres seperti dengan menarik napas yang dalam, duduk tenang, lalu hitung berapa kali helaan napas Anda yang keluar dan masuk selama 10 detik. Lakukan terapi ini secara berulang.
3. Pertahankan rekaman kecemasan Anda.
Elizabeth Turp dari British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP) mengatakan, Anda bisa melakukan sesuatu yang praktikal, yang dapat Anda kontrol, untuk membantu mengekspresikan kecemasan. Salah satunya dengan menulis jurnal.
"Biarkan diri Anda merasa khawatir, sampaikan itu melalui tulisan, lalu buang. Jadi, tulis dan buang tulisan tersebut," saran Turp.
Atau, Anda juga bisa coba menggambar dua buah lingkaran. Satu lingkaran untuk hal-hal yang bisa dikontrol, satu lagi untuk hal-hal yang dapat mempengaruhi Anda. Lalu, isi lingkaran tersebut dengan persoalan-persoalan dalam hidup yang Anda khawatirkan. Cara ini akan membantu Anda melihat hal-hal mana saja yang mampu Anda atasi dan mana yang tidak.
4. Hanya serap hal-hal yang bisa Anda hadapi.
Neves mengatakan, ketika sedang berusaha keras mengatasi kecemasan terhadap wabah corona, Anda tak perlu sampai tidak melihat berita di media massa, mematikan media sosial, atau platform apapun yang dapat memberikan update informasi. Yang perlu dilakukan adalah, Anda membatasi diri sendiri, memutuskan hanya mau melihat berita atau membaca update mengenai virus corona setiap hari, bukan hal lain.
"Saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan berita di media secara total. Ini serius. Artinya, Anda tetap perlu melihat perkembangan virus corona, tapi harus mengurangi kecemasan dengan cara tidak terus-menerus memikirkannya," ujar Neves.
5. Ambil langkah praktikal.
Ada sejumlah langkah fisik yang bisa diambil untuk membuat kita merasa tenang. Misalnya dengan mengikuti semua nasihat dari WHO dan otoritas kesehatan setempat, seperti rajin mencuci tangan pakai sabun, hand sanitizer, jaga jarak, dan lain-lain.
"Intinya, ikutilah apapun nasihat dari para ahli," tandas Neves.
6. Tetap terkoneksi dengan support network.
Gerard Barnes, CEO mental health specialists Smart TMS mengatakan, saat stres seseorang biasanya lebih cenderung mengisolasi diri. Padahal, penting untuk tetap menjaga interaki sosial demi mengurangi tingkat kecemasan. Interaksi ini tentu lebih baik dilakukan lewat teknologi alias tanpa tatap muka langsung, mengingat saat ini physical distancing lebih diutamakan.
"Terkoneksi dengan orang lain akan membantu Anda merasa didukung serta dikelilingi hal positif dan energi baik," kata Barnes.
Anda bisa berdiskusi atau bahkan mendengar sesuatu yang lucu tentang corona. Hal tersebut, kata Barnes, akan membantu Anda merasa nyaman dan tidak cemas lagi.
7. Jangan percaya spekulasi, fokuslah pada fakta.
Peredaran informasi di media massa ataupun media sosial soal corona selama 24 jam non-stop dapat menimbulkan banyak spekulasi. Barnes mengingatkan, cobalah untuk tidak terjebak ke dalam informasi-informasi yang masih bersifat spekulatif. Dan, tetaplah respek pada website kesehatan terpercaya agar tahu bagaimana menghadapi wabah ini.
"Ingat, Anda tak bisa menghentikan penyebaran virus itu sendiri, tapi komunitas Anda bisa. Jadi, Anda dapat ambil bagian bersama komunitas untuk menyetop kepanikan," pungkas Neves.
Dr Michael Sinclair, seorang konsultan psikologi asal Inggris mengatakan, dapat dimengerti bila muncul kekhawatiran seputar pandemi COVID-19 ini karena pikiran kita sedang dipenuhi hal-hal yang menakutkan dan menelannya mentah-mentah di dalam otak. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan agar kekhawatiran terhadap wabah tersebut tak sampai memengaruhi kesehatan jiwa kita?
Ada sejumlah langkah atau remedi yang bisa diterapkan untuk mengurangi kepanikan agar kesehatan mental tidak ikut-ikutan turun. Berikut langkah-langkah yang dapat Anda praktikkan, sesuai saran Dr Sinclair dan sejumlah ahli lain yang disampaikan melalui laman The Independent.
1. Jangan selalu dengar "bisikan" di pikiran Anda.
Yang benar adalah, dengarkan perkataan dalam pikiran Anda lalu lihat bukti-buktinya di lapangan. "Kita sering kali mendengarkan apa yang ada di pikiran saja, tanpa melihat kenyataannya," kata Dr Sinclair.
"Untuk mengatasi hal tersebut, coba lakukan hal-hal seperti misalnya, daripada mengatakan "saya akan sakit" lebih baik bilang "saya punya pikiran bahwa saya akan sakit". Cara ini membantu kita untuk sadar bahwa itu perkataan dalam pikiran saja, bukan kenyataan," saran Dr Sinclair.
Psychotherapist asal Inggris Silva Neves menambahkan, manusia mampu mengontrol seberapa sering kita harus memikirkan suatu hal. "Kita bisa mengontrol pikiran, meskipun itu sulit dilakukan. Cemas itu sebenarnya hanya muncul karena kita tidak melihat adanya jaminan bahwa semua akan lebih baik ke depannya. Jadi, cobalah untuk menyisakan ruang di dalam otak kita untuk memikirkan hal penting dan positif," ujar Neves.
2. Jangan abaikan gejala fisik saat stres.
Terkadang kita membuat diri sendiri merasa tidak sehat saat sedang panik dan cemas. Ciri fisiknya adalah, napas menjadi pendek dan jantung berdetak lebih cepat.
"Ketika hal itu terjadi, daripada berusaha untuk membuang atau mengabaikan perasaan tersebut, lebih baik biarkan kecemasan muncul. Gambarkan seolah-olah Anda sedang mengalami hal yang dicemaskan itu," beber Dr Sinclair.
Untuk mengatasinya, Anda bisa mempraktikkan langkah mengurangi stres seperti dengan menarik napas yang dalam, duduk tenang, lalu hitung berapa kali helaan napas Anda yang keluar dan masuk selama 10 detik. Lakukan terapi ini secara berulang.
3. Pertahankan rekaman kecemasan Anda.
Elizabeth Turp dari British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP) mengatakan, Anda bisa melakukan sesuatu yang praktikal, yang dapat Anda kontrol, untuk membantu mengekspresikan kecemasan. Salah satunya dengan menulis jurnal.
"Biarkan diri Anda merasa khawatir, sampaikan itu melalui tulisan, lalu buang. Jadi, tulis dan buang tulisan tersebut," saran Turp.
Atau, Anda juga bisa coba menggambar dua buah lingkaran. Satu lingkaran untuk hal-hal yang bisa dikontrol, satu lagi untuk hal-hal yang dapat mempengaruhi Anda. Lalu, isi lingkaran tersebut dengan persoalan-persoalan dalam hidup yang Anda khawatirkan. Cara ini akan membantu Anda melihat hal-hal mana saja yang mampu Anda atasi dan mana yang tidak.
4. Hanya serap hal-hal yang bisa Anda hadapi.
Neves mengatakan, ketika sedang berusaha keras mengatasi kecemasan terhadap wabah corona, Anda tak perlu sampai tidak melihat berita di media massa, mematikan media sosial, atau platform apapun yang dapat memberikan update informasi. Yang perlu dilakukan adalah, Anda membatasi diri sendiri, memutuskan hanya mau melihat berita atau membaca update mengenai virus corona setiap hari, bukan hal lain.
"Saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan berita di media secara total. Ini serius. Artinya, Anda tetap perlu melihat perkembangan virus corona, tapi harus mengurangi kecemasan dengan cara tidak terus-menerus memikirkannya," ujar Neves.
5. Ambil langkah praktikal.
Ada sejumlah langkah fisik yang bisa diambil untuk membuat kita merasa tenang. Misalnya dengan mengikuti semua nasihat dari WHO dan otoritas kesehatan setempat, seperti rajin mencuci tangan pakai sabun, hand sanitizer, jaga jarak, dan lain-lain.
"Intinya, ikutilah apapun nasihat dari para ahli," tandas Neves.
6. Tetap terkoneksi dengan support network.
Gerard Barnes, CEO mental health specialists Smart TMS mengatakan, saat stres seseorang biasanya lebih cenderung mengisolasi diri. Padahal, penting untuk tetap menjaga interaki sosial demi mengurangi tingkat kecemasan. Interaksi ini tentu lebih baik dilakukan lewat teknologi alias tanpa tatap muka langsung, mengingat saat ini physical distancing lebih diutamakan.
"Terkoneksi dengan orang lain akan membantu Anda merasa didukung serta dikelilingi hal positif dan energi baik," kata Barnes.
Anda bisa berdiskusi atau bahkan mendengar sesuatu yang lucu tentang corona. Hal tersebut, kata Barnes, akan membantu Anda merasa nyaman dan tidak cemas lagi.
7. Jangan percaya spekulasi, fokuslah pada fakta.
Peredaran informasi di media massa ataupun media sosial soal corona selama 24 jam non-stop dapat menimbulkan banyak spekulasi. Barnes mengingatkan, cobalah untuk tidak terjebak ke dalam informasi-informasi yang masih bersifat spekulatif. Dan, tetaplah respek pada website kesehatan terpercaya agar tahu bagaimana menghadapi wabah ini.
"Ingat, Anda tak bisa menghentikan penyebaran virus itu sendiri, tapi komunitas Anda bisa. Jadi, Anda dapat ambil bagian bersama komunitas untuk menyetop kepanikan," pungkas Neves.
(tsa)