Bangga Jadi Keturunan Tionghoa
A
A
A
MODEL dan presenter Aline Adita tidak ragu lagi mengatakan, dirinya keturunan Tionghoa. Hal itu dilakukan setelah tidak ada lagi diskriminasi terhadap warga negara Indonesia berdarah China.
Aline, dalam jumpa pers Konvensi Baba Nyonya pertama di Indonesia, di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, mengaku pernah mengalami diskriminasi ras atau perlakuan rasis saat masih duduk di bangku sekolah. Pengalaman itu membuat dia sempat tidak mau mengakui dirinya keturunan Tionghoa.
“Zaman dulu saat masih sekolah SMP-SMA kan tidak seperti sekarang. Kalau dulu, ditanya Lu ada keturunan China (Tionghoa) ya? Aku jawabnya, Enggak!” kata Aline. Teman-temannya banyak yang suka mengejek. Beruntung, era pemerintahan almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), hal-hal tersebut sudah tidak dialaminya lagi. Bahkan, kini dia bangga dan berani mengakui dirinya adalah keturunan Tionghoa.
“Sampai di bully sih enggak. Paling diledekledekin aja waktu kecil,” ujarnya.
Pengalaman yang melekat itulah yang membuatnya tidak pikir panjang untuk terlibat sebagai host Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 . Pemilik nama lengkap Caroline Ingrid Adita ini malah senang bisa terlibat dalam acara tersebut.
“Untuk bisa bawakan acara ini dengan baik, aku masuk ke komunitas peranakan Tionghoa dan sudah mulai belajar bahasa sapaan untuk orang Tionghoa. Kemarin juga cek website,” ungkapnya.
Pada acara tersebut, Aline mengaku punya misi khusus supaya generasi muda bisa lebih bertoleransi menghargai perbedaan dan memandang masyarakat peranakan Tionghoa juga merupakan warga negara Indonesia.
Acara Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 ini digelar bersamaan dengan Konvensi Baba Nyonya 2014 ke 27 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada Jumat-Minggu (28-30/11). Indonesia menjadi tuan rumah pertama kalinya untuk perhelatan.
Konvensi Internasional Baba Nyonya dan Kondangan Peranakan Tionghoa . Konvensi akan dihadiri 14 federasi asosiasi-asosiasi peranakan dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia.
Thomas manggalla
Aline, dalam jumpa pers Konvensi Baba Nyonya pertama di Indonesia, di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, mengaku pernah mengalami diskriminasi ras atau perlakuan rasis saat masih duduk di bangku sekolah. Pengalaman itu membuat dia sempat tidak mau mengakui dirinya keturunan Tionghoa.
“Zaman dulu saat masih sekolah SMP-SMA kan tidak seperti sekarang. Kalau dulu, ditanya Lu ada keturunan China (Tionghoa) ya? Aku jawabnya, Enggak!” kata Aline. Teman-temannya banyak yang suka mengejek. Beruntung, era pemerintahan almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), hal-hal tersebut sudah tidak dialaminya lagi. Bahkan, kini dia bangga dan berani mengakui dirinya adalah keturunan Tionghoa.
“Sampai di bully sih enggak. Paling diledekledekin aja waktu kecil,” ujarnya.
Pengalaman yang melekat itulah yang membuatnya tidak pikir panjang untuk terlibat sebagai host Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 . Pemilik nama lengkap Caroline Ingrid Adita ini malah senang bisa terlibat dalam acara tersebut.
“Untuk bisa bawakan acara ini dengan baik, aku masuk ke komunitas peranakan Tionghoa dan sudah mulai belajar bahasa sapaan untuk orang Tionghoa. Kemarin juga cek website,” ungkapnya.
Pada acara tersebut, Aline mengaku punya misi khusus supaya generasi muda bisa lebih bertoleransi menghargai perbedaan dan memandang masyarakat peranakan Tionghoa juga merupakan warga negara Indonesia.
Acara Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 ini digelar bersamaan dengan Konvensi Baba Nyonya 2014 ke 27 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada Jumat-Minggu (28-30/11). Indonesia menjadi tuan rumah pertama kalinya untuk perhelatan.
Konvensi Internasional Baba Nyonya dan Kondangan Peranakan Tionghoa . Konvensi akan dihadiri 14 federasi asosiasi-asosiasi peranakan dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia.
Thomas manggalla
(bbg)