Naik Haji ke Prancis
A
A
A
MEDAN yang semakin sulit di pegunungan membuat kecelakaan bisa terjadi pada trail runner dan sky runner.
Mayoritas cedera terjadi di ankle kaki karena pelari sudah tidak konsentrasi. Hal itu disebabkan gejala hipoksia yang dialami pelari. Gejala lainnya, yakni pusing serta mual-mual. Hipoksia adalah kekurangan oksigen akibat pelari berada di ketinggian. Tubuh yang tidak terbiasa akan susah beradaptasi, terlebih bagi mereka pelari pemula karena dibutuhkan energi lebih lagi untuk terus berlari.
Bila sudah terkena hipoksia, seseorang harus banyak minum air putih, istirahat, dan segera turun. Walau cukup ekstrem dan butuh stamina yang sangat kuat, toh para pelari tetap memburu kompetisi ini. Kompetisi sky running misalnya, marak diselenggarakan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Di Tanah Air, ada Bromo Tengger Semeru 100 Ultra Race dan Mount Rinjani Ultra .
“Ultra” adalah sebutan untuk kompetisi lari lebih dari 70 km. Jepang juga kerap mengadakan kompetisi lari dengan nama Ultra Trail Mount Fuji . Adapun kompetisi internasional yang merupakan puncak dari seluruh trail dan sky running, yakni Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB) di Prancis. Inilah ibadah puncak yang paling diinginkan oleh para pelari trail dan sky running , mirip seperti seorang muslim yang menginginkan bisa naik haji ke Mekkah.
“Pelari trail pasti bercita-cita mengikuti kompetisi UTMB . Perlu pengalaman karena mereka juga melihat dari poin yang kita kumpulkan saat mengikuti kompetisi trail di mana saja,” ujar Wisnu. Jarak pada kompetisi trail running di setiap kompetisi memiliki poin tersendiri. Untuk mengikuti UTMB , tiap pelari wajib mengumpulkan 16 poin.
Pelari yang berhasil mengikuti kompetisi trail running dengan jarak 70 km akan mendapatkan 2 poin, 102 km 4 poin, dan 4 poin lagi jika menyelesaikan 170 km. Sangat sulit memang, tapi bisa mengikuti UTMB tentu menjadi sangat bergengsi.
Ananda nararya
Mayoritas cedera terjadi di ankle kaki karena pelari sudah tidak konsentrasi. Hal itu disebabkan gejala hipoksia yang dialami pelari. Gejala lainnya, yakni pusing serta mual-mual. Hipoksia adalah kekurangan oksigen akibat pelari berada di ketinggian. Tubuh yang tidak terbiasa akan susah beradaptasi, terlebih bagi mereka pelari pemula karena dibutuhkan energi lebih lagi untuk terus berlari.
Bila sudah terkena hipoksia, seseorang harus banyak minum air putih, istirahat, dan segera turun. Walau cukup ekstrem dan butuh stamina yang sangat kuat, toh para pelari tetap memburu kompetisi ini. Kompetisi sky running misalnya, marak diselenggarakan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Di Tanah Air, ada Bromo Tengger Semeru 100 Ultra Race dan Mount Rinjani Ultra .
“Ultra” adalah sebutan untuk kompetisi lari lebih dari 70 km. Jepang juga kerap mengadakan kompetisi lari dengan nama Ultra Trail Mount Fuji . Adapun kompetisi internasional yang merupakan puncak dari seluruh trail dan sky running, yakni Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB) di Prancis. Inilah ibadah puncak yang paling diinginkan oleh para pelari trail dan sky running , mirip seperti seorang muslim yang menginginkan bisa naik haji ke Mekkah.
“Pelari trail pasti bercita-cita mengikuti kompetisi UTMB . Perlu pengalaman karena mereka juga melihat dari poin yang kita kumpulkan saat mengikuti kompetisi trail di mana saja,” ujar Wisnu. Jarak pada kompetisi trail running di setiap kompetisi memiliki poin tersendiri. Untuk mengikuti UTMB , tiap pelari wajib mengumpulkan 16 poin.
Pelari yang berhasil mengikuti kompetisi trail running dengan jarak 70 km akan mendapatkan 2 poin, 102 km 4 poin, dan 4 poin lagi jika menyelesaikan 170 km. Sangat sulit memang, tapi bisa mengikuti UTMB tentu menjadi sangat bergengsi.
Ananda nararya
(ars)