Buang Jauh Mitos Popok Sekali Pakai
A
A
A
Sudah waktunya Anda menutup mata dan telinga terhadap mitosmitos keliru terkait popok sekali pakai. Popok jenis ini terbukti tidak menyebabkan kaki bayi bengkok atau ruam kulit, justru dapat melindungi tidur bayi yang berguna bagi tumbuh kembangnya.
Mengasuh bayi yang baru lahir memang menjadi tantangan tersendiri. Terutama bagi Anda yang baru pertama kali menjalaninya. Apalagi, saat itu merupakan momen berharga di mana para ibu harus memberikan perhatian lebih dikarenakan kondisi bayi yang masih sangat sensitif.
Saat ini ada berbagai mitos, tradisi, dan kepercayaan seputar perawatan bayi di masyarakat, termasuk dalam penggunaan popok. Kebiasaan keluarga dari generasi ke generasi dan bahkan budaya sekitar terkadang memiliki pengaruh signifikan dalam keputusan ibu selama perawatan bayinya yang baru lahir.
Menurut dr Rosalina Dewi Roeslani SpA (K), dokter spesialis anak dari Divisi Perinatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), kebiasaan tersebut umumnya muncul karena alasan tertentu. Namun, beberapa tindakan memang harus dikonfirmasikan ulang secara bijaksana kepada ibu dan masyarakat.
“Bayi baru lahir sangat sensitif terhadap penyakit. Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan,” ujarnya, beberapa waktu lalu. Salah satu yang paling mengemuka, lanjut dia, adalah mitos yang menyebutkan popok sekali pakai menyebabkan kaki bayi bengkok menyerupai huruf O.
Padahal, kelainan kaki yang disebut juga dengan bow leg itu termasuk normal hingga usia kurang lebih 18 bulan. Bow leg adalah suatu deformitas fisik dengan gambaran tulang paha melengkung ke arah lateral. “Bow leg atau kaki seperti katak adalah normal karena dia menyesuaikan dengan area rahim yang sempit. Namun, setelah bayi mulai berjalan atau sekitar dua tahun, kakinya akan secara otomatis lurus dan mulai hilang sama sekali pada usia empat hingga enam tahun. Belum ada penelitian ilmiah yang menyebutkan, penggunaan popok sekali pakai menyebabkan kelainan pada kaki bayi,” tuturnya.
Meski begitu, kata Rosalina, Anda mesti waspada jika kaki bayi bengkok pada satu sisi, bengkoknya makin jelas dan progresif, terasa sakit pada kaki, ada perbedaan dengan tungkai bawah lain, atau adanya riwayat keluarga yang bow leg . “Jika sudah ada tanda-tanda seperti itu berarti dia mengalami gangguan pertumbuhan tulang. Segera periksa ke dokter,” imbuhnya.
Rosalina mengemukakan, mitos lain yang berkembang adalah memakai popok sekali pakai dapat membuat ruam popok pada kulit bayi. Ruam popok adalah sejumlah kondisi peradangan pada kulit yang terjadi di sekitar popok. Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan ruam popok. Yang paling sering adalah seringnya kontak dengan feses dan urine dalam jangka waktu lama.
Bayi yang baru berusia dua minggu sampai satu bulan, kata dia, biasanya sering buang air besar (BAB), meskipun jumlahnya tidak banyak. Terutama bayi peminum air susu ibu (ASI) yang tidak hanya mengeluarkan feses, juga bilirubin. Bentuknya padat kecil-kecil seperti biji cabai. “Sehari normalnya bisa sampai 10 kali,” ungkap Rosalina.
Proses kontak antara kulit yang lembap dan feses dan urine inilah yang membuat risiko ruam kulit meningkat. Oleh karena itu, Rosalina menyarankan Anda untuk sesering mungkin mengganti popok sekali pakai. Pilih yang daya serapnya juga tinggi. “Begitu bayi BAB, segera bersihkan dan ganti popok dalam dua hingga tiga jam sekali. Usahakan kulit bayi tetap kering,” katanya.
Apabila bayi sudah terlanjur mengalami iritasi akibat ruam popok, dia menganjurkan untuk mengoleskan krim atau salep yang berbahan dasar zinc . Jika masih ringan, gangguannya akan membaik sendiri dan kulit bayi menjadi mulus kembali. Tetapi jika tidak kunjung sembuh, cepat bawa bayi ke dokter. “Jika tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan akan menjadi infeksi karena bakteri atau jamur,” tandasnya.
Selain kontak kulit dengan feses dan urine, ruam popok juga dapat terjadi karena makanan tambahan yang dikonsumsi sang ibu, pemakaian popok yang terlalu ketat, atau pemakaian zat tertentu seperti tisu basah sebelum menggunakan popok. Rosalina mengutarakan, penggunaan popok sekali pakai berdaya serap tinggi justru banyak keuntungannya.
Yang paling krusial tentu saja mengurangi kelembapan kulit daerah inguinal yang pada akhirnya menghilangkan risiko iritasi kulit. Dengan begitu, kegiatan tidur bayi yang berguna bagi perkembangan dan pertumbuhan otaknya pun akan terlindungi. Di awal kehidupannya, papar dia, bayi baru lahir memiliki waktu tidur yang panjang. Tidur pada bayi berdampak pada perkembangan perilaku dan mentalnya di kemudian hari.
“Saat tidur, bayi mengingat stimulasi yang dia peroleh waktu terjaga sehingga tidur yang berkualitas sangat membantu tumbuh kembang anak,” ucap Rosalina. Pada sebuah studi, kata Rosa, bayi prematur yang harus berada di inkubator dan banyak bersentuhan dengan perawatan sering kekurangan tidur dan memengaruhi perkembangannya kelak. “Mereka jadi cenderung mengalami kesulitan konsentrasi atau terkena ADHD di kemudian hari. Sebab, saat inilah sel neuron otak saling terhubung,” ujarnya.
Rendra hanggara
Mengasuh bayi yang baru lahir memang menjadi tantangan tersendiri. Terutama bagi Anda yang baru pertama kali menjalaninya. Apalagi, saat itu merupakan momen berharga di mana para ibu harus memberikan perhatian lebih dikarenakan kondisi bayi yang masih sangat sensitif.
Saat ini ada berbagai mitos, tradisi, dan kepercayaan seputar perawatan bayi di masyarakat, termasuk dalam penggunaan popok. Kebiasaan keluarga dari generasi ke generasi dan bahkan budaya sekitar terkadang memiliki pengaruh signifikan dalam keputusan ibu selama perawatan bayinya yang baru lahir.
Menurut dr Rosalina Dewi Roeslani SpA (K), dokter spesialis anak dari Divisi Perinatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), kebiasaan tersebut umumnya muncul karena alasan tertentu. Namun, beberapa tindakan memang harus dikonfirmasikan ulang secara bijaksana kepada ibu dan masyarakat.
“Bayi baru lahir sangat sensitif terhadap penyakit. Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan,” ujarnya, beberapa waktu lalu. Salah satu yang paling mengemuka, lanjut dia, adalah mitos yang menyebutkan popok sekali pakai menyebabkan kaki bayi bengkok menyerupai huruf O.
Padahal, kelainan kaki yang disebut juga dengan bow leg itu termasuk normal hingga usia kurang lebih 18 bulan. Bow leg adalah suatu deformitas fisik dengan gambaran tulang paha melengkung ke arah lateral. “Bow leg atau kaki seperti katak adalah normal karena dia menyesuaikan dengan area rahim yang sempit. Namun, setelah bayi mulai berjalan atau sekitar dua tahun, kakinya akan secara otomatis lurus dan mulai hilang sama sekali pada usia empat hingga enam tahun. Belum ada penelitian ilmiah yang menyebutkan, penggunaan popok sekali pakai menyebabkan kelainan pada kaki bayi,” tuturnya.
Meski begitu, kata Rosalina, Anda mesti waspada jika kaki bayi bengkok pada satu sisi, bengkoknya makin jelas dan progresif, terasa sakit pada kaki, ada perbedaan dengan tungkai bawah lain, atau adanya riwayat keluarga yang bow leg . “Jika sudah ada tanda-tanda seperti itu berarti dia mengalami gangguan pertumbuhan tulang. Segera periksa ke dokter,” imbuhnya.
Rosalina mengemukakan, mitos lain yang berkembang adalah memakai popok sekali pakai dapat membuat ruam popok pada kulit bayi. Ruam popok adalah sejumlah kondisi peradangan pada kulit yang terjadi di sekitar popok. Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan ruam popok. Yang paling sering adalah seringnya kontak dengan feses dan urine dalam jangka waktu lama.
Bayi yang baru berusia dua minggu sampai satu bulan, kata dia, biasanya sering buang air besar (BAB), meskipun jumlahnya tidak banyak. Terutama bayi peminum air susu ibu (ASI) yang tidak hanya mengeluarkan feses, juga bilirubin. Bentuknya padat kecil-kecil seperti biji cabai. “Sehari normalnya bisa sampai 10 kali,” ungkap Rosalina.
Proses kontak antara kulit yang lembap dan feses dan urine inilah yang membuat risiko ruam kulit meningkat. Oleh karena itu, Rosalina menyarankan Anda untuk sesering mungkin mengganti popok sekali pakai. Pilih yang daya serapnya juga tinggi. “Begitu bayi BAB, segera bersihkan dan ganti popok dalam dua hingga tiga jam sekali. Usahakan kulit bayi tetap kering,” katanya.
Apabila bayi sudah terlanjur mengalami iritasi akibat ruam popok, dia menganjurkan untuk mengoleskan krim atau salep yang berbahan dasar zinc . Jika masih ringan, gangguannya akan membaik sendiri dan kulit bayi menjadi mulus kembali. Tetapi jika tidak kunjung sembuh, cepat bawa bayi ke dokter. “Jika tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan akan menjadi infeksi karena bakteri atau jamur,” tandasnya.
Selain kontak kulit dengan feses dan urine, ruam popok juga dapat terjadi karena makanan tambahan yang dikonsumsi sang ibu, pemakaian popok yang terlalu ketat, atau pemakaian zat tertentu seperti tisu basah sebelum menggunakan popok. Rosalina mengutarakan, penggunaan popok sekali pakai berdaya serap tinggi justru banyak keuntungannya.
Yang paling krusial tentu saja mengurangi kelembapan kulit daerah inguinal yang pada akhirnya menghilangkan risiko iritasi kulit. Dengan begitu, kegiatan tidur bayi yang berguna bagi perkembangan dan pertumbuhan otaknya pun akan terlindungi. Di awal kehidupannya, papar dia, bayi baru lahir memiliki waktu tidur yang panjang. Tidur pada bayi berdampak pada perkembangan perilaku dan mentalnya di kemudian hari.
“Saat tidur, bayi mengingat stimulasi yang dia peroleh waktu terjaga sehingga tidur yang berkualitas sangat membantu tumbuh kembang anak,” ucap Rosalina. Pada sebuah studi, kata Rosa, bayi prematur yang harus berada di inkubator dan banyak bersentuhan dengan perawatan sering kekurangan tidur dan memengaruhi perkembangannya kelak. “Mereka jadi cenderung mengalami kesulitan konsentrasi atau terkena ADHD di kemudian hari. Sebab, saat inilah sel neuron otak saling terhubung,” ujarnya.
Rendra hanggara
(bbg)