Bijak Kelola Keuangan Keluarga

Minggu, 21 Desember 2014 - 13:06 WIB
Bijak Kelola Keuangan Keluarga
Bijak Kelola Keuangan Keluarga
A A A
Mengelola keuangan keluarga menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Pasalnya masalah finansial, ternyata berhubungan juga dengan kebahagiaan pernikahan. Untuk itu, penting melakukan pengelolaan keuangan keluargasecara bijak yang dapat dimulai dengan cara-cara sederhana.

Mungkin di awal pernikahan, masalah keuangan belum menjadi hal yang dipusingkan dalam berumah tangga. Namun, seiring berjalannya waktu dan umur pernikahan, masalah pun bermunculan, di antaranya masalah pengelolaan keuangan.

Tidak jarang juga kita temukan masalah tentang “perselingkuhan keuangan” dalam rumah tangga. M. Kharisma, perencana keuangan dari Aidil Akbar Madjid and Associates mengatakan, dalam sebuah hubungan rumah tangga masalah keuangan bukan melulu terletak pada penghasilan pasangan, tetapi masalah yang timbul lebih karena kurangnya kesadaran dari sisi pengelolaan keuangan.

Misalnya, tidak saling terbuka antara pasangan suami istri terkait pemasukan dan pengeluaran, masih menggunakan cara-cara tradisional dalam mengelola keuangan seperti mempercayakan sepenuhnya kepada salah satu pihak, termasuk pada permasalahan “hanya” menyimpan uang untuk kebutuhan mendatang.

“Kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam mengelola uang itulah yang bisa menimbulkan konflik dalam rumahtangga,” tuturnya ketika dihubungi KORAN SINDO. Kharisma melanjutkan, untuk menghindari konflik tersebut setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Seperti mengenali dengan baik keadaan keuangan keluarga. Juga melakukan pencatatan yang bersifat realistis tentang pemasukan dan pengeluaran. Hal tersebut berguna untuk mengidentifikasi apa saja keperluan yang harus dipenuhi pada setiap bulannya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka menyusun rencana keuangan bulanan sangatlah penting dilakukan.

Dia mengutarakan, tidak ada salahnya untuk mengajarkan secara bijak dan sederhana kepada seluruhkeluarga tentang pentingnya perencanaan keuangan yang dimulai dari pengelolaan yang bertanggung jawab. Semisal dalam berkeluarga sudah mempunyai anak, maka berikan anak uang jajan bukan secara harian, tetapi mingguan atau bisa juga bulanan.

Ini bisa dilakukan untuk melatih pengelolaan keuangan yang ada pada kurun waktu tertentu. Berikan rewardatau hadiah apabila anak berhasil menyisihkan uang tersebut. “Lakukan pengelolaan secara bijak, seperti mengetahui tujuan keuangan dan gunakan tools yang tepat untuk mencapai tujuan keuangannya,” tandas Kharisma.

Komunikasi mengenai keuangan, ujar Kharisma, juga perlu dilakukan. Adanya budaya dominasi, seperti istilah ‘uang suami itu uang istri dan uang istri itu uang milik istri juga’ bisa menjadi pemicu terjadinya konflik keuangankeluarga. Sehingga yang terjadi adalah semua uang yang dihasilkan setelah perkawinan, adalah uang bersama.

“Bisa dikatakan pandangan tersebut tampaknya seperti lelucon, akan tetapi tanpa disadari ternyata itu sudah menjadi budaya,” lanjut pria yang juga menjadi pengajar di kelas perencana keuangan di International Association of Registered Financial Consultant (IARFC) Indonesia.

Itu sebabnya, Kharisma menyarankan agar setiap pasangan memiliki rasa kepercayaan dan saling terbuka atautransparan terutama setelah rumah tangga dibentuk. Lakukan keputusan yang didasarkan pada kesepakatan bersama, diputuskan oleh kedua belah pihak, seperti siapa yang harus mengurus keuangan, siapa yang harus membayar kebutuhan keluarga.

Tidak hanya pemasukan saja yang diketahui oleh kedua belah pihak, sebaiknya segala jenis pengeluaran juga harus diketahui, seperti biaya asuransi, belanja bulanan, tagihan listrik dan telepon, biaya cicilan, kebutuhan investasi sampai kepada biaya tak terduga lainnya. Hal yang sama juga diungkapkan Psikolog Keluarga Kasandra Putranto dari Kasandra & Associates.

Menurut dia, dalam berkeluarga, komitmen penting sekali diperhatikan. “Suami istri harus komitmen dalam hal apa saja,” tandasnya. Kasandra mengemukakan, kenapa akhirnya jadi masalah, karena sebelum menikah belum ada obrolan tentang hal yang akhirnya diperdebatkan.

Seharusnya, sebelum menikah semua dibicarakan, termasuk masalah keuangan yang akan seperti apa nanti dikelola oleh pasangan tersebut. Pasalnya, jika hal tersebut tidak dibicarakan, bisa saja menimbulkan hal yang berdampak negatif. “Perselingkuhan keuangan, bisa berujung pada kekerasan yang akhirnya terjadi perceraian.Dan sayangnya, banyak yang terjadi seperti itu dalam kehidupan berumah tangga,” tukasnya.

Dengan mengelola keuangan secara bijak, kata Kasandra, maka diharapkan bisa menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan bersama dalam keluarga. Itu bisa dilakukan dengan menyusun target keuangan yang akan dituju bersama pasangan. Lakukan perhitungan yang matang dan fokus pada tujuan.

Ambil langkah yang sesuai untuk mencukupi tujuan ini, yang tidak melulu harus menabung, tetapi juga mulai mempelajari instrumeninstrumen investasi yang ada di tengah masyarakat. Tidak ada salahnya memiliki rekening terpisah dalam proses mencapai tujuan ini.

Memiliki keluarga bahagia menjadi impian setiap keluarga, untuk itu, bagi pasangan yang ingin meminimalisir pertengkaran terutama dalam hal keuangan, ada baiknya pasangan pintar mengelola keuangan, saling percaya dan saling terbuka.

Rendra hanggara
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5607 seconds (0.1#10.140)