Eksim Meningkat Akibat Perubahan Gaya Hidup
A
A
A
YOGYAKARTA - Penyakit dermatitis atopik atau yang biasa dikenal eksim ditemukan meningkat 2-3 kali lipat dalam 3 dekade pada negara-negara industri di dunia. Hal ini juga yang terjadi di Indonesia. Dan meningkatnya penyakit kulit ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat.
"Meskipun ini tergolong penyakit ringan dan seringkali diabaikan, ternyata dampaknya juga cukup luas. Penyakit kulit itu sangat tampak sehingga dampak sosial bagi penderitanya. Uniknya, makin tinggi kesejahteraan sebuah keluarga, makin tinggi potensi penyakit eksim diderita oleh anggota keluarganya," ujar Pakar Dermatologi Anak UGM Dr Niken Trisnowati MSc SpKK, di Yogyakarta.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, inflamatif dan kambuh-kambuhan, yang ditandai dengan gatal dan ruam kulit. DA pada umumnya merupakan manifestasi awal dari suatu pola penyakit alergi yang disebut dengan atomic march.
Ditemui di Fakultas Kedokteran UGM, Niken mengatakan, penyakit eksim dipicu adanya bakat genetik dan lingkungan. Kebanyakan dari penderitanya pun adalah anak-anak.
Faktor lingkungan inilah yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyakit eksim terjadi diawali dengan kerusakan lapisan kulit terluar yang tersusun dari protein filaggrin.
"Penderita eksim seringnya lapisan kulit terluar mereka mengalami kerusakan, sehingga partikel-partikel dari luar hingga memicu eksim. Kerusakan filaggrin ini biasanya dikarenakan seringnya berada di ruang AC, sering mandi air panas atau sauna, seringnya penggunaan sabun pencuci tangan dan pemakaian karpet yang mampu menjadi sumber debu tungau," jelasnya.
Karenanya, untuk menghindari penyakit eksim, satu-satunya yang dapat dilakukan ialah dengan menjaga kelembaban kulit dan menjaga lapisan terluar kulit agar tidak rusak.
Jikapun terlanjur rusak, Niken menyarankan untuk segera memperbaikinya. "Cukup dengan menggunakan pelembab yang ada dipasaran. Asalkan sudah lulus BPOM, pelembab biasa sudah cukup," imbuhnya.
Sementara itu, untuk para dokter, Niken menyarankan pengobatan bagi penderita eksim tidak hanya dilakukan pada pengobatan penyakitnya saja, tapi juga pengobatan untuk perbaikan pada kulitnya.
Dengan disertai perbaikan kulit, menurutnya kesembuhan akan lebih cepat dan biaya pengobatan pun bisa ditekan.
"Meskipun ini tergolong penyakit ringan dan seringkali diabaikan, ternyata dampaknya juga cukup luas. Penyakit kulit itu sangat tampak sehingga dampak sosial bagi penderitanya. Uniknya, makin tinggi kesejahteraan sebuah keluarga, makin tinggi potensi penyakit eksim diderita oleh anggota keluarganya," ujar Pakar Dermatologi Anak UGM Dr Niken Trisnowati MSc SpKK, di Yogyakarta.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, inflamatif dan kambuh-kambuhan, yang ditandai dengan gatal dan ruam kulit. DA pada umumnya merupakan manifestasi awal dari suatu pola penyakit alergi yang disebut dengan atomic march.
Ditemui di Fakultas Kedokteran UGM, Niken mengatakan, penyakit eksim dipicu adanya bakat genetik dan lingkungan. Kebanyakan dari penderitanya pun adalah anak-anak.
Faktor lingkungan inilah yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyakit eksim terjadi diawali dengan kerusakan lapisan kulit terluar yang tersusun dari protein filaggrin.
"Penderita eksim seringnya lapisan kulit terluar mereka mengalami kerusakan, sehingga partikel-partikel dari luar hingga memicu eksim. Kerusakan filaggrin ini biasanya dikarenakan seringnya berada di ruang AC, sering mandi air panas atau sauna, seringnya penggunaan sabun pencuci tangan dan pemakaian karpet yang mampu menjadi sumber debu tungau," jelasnya.
Karenanya, untuk menghindari penyakit eksim, satu-satunya yang dapat dilakukan ialah dengan menjaga kelembaban kulit dan menjaga lapisan terluar kulit agar tidak rusak.
Jikapun terlanjur rusak, Niken menyarankan untuk segera memperbaikinya. "Cukup dengan menggunakan pelembab yang ada dipasaran. Asalkan sudah lulus BPOM, pelembab biasa sudah cukup," imbuhnya.
Sementara itu, untuk para dokter, Niken menyarankan pengobatan bagi penderita eksim tidak hanya dilakukan pada pengobatan penyakitnya saja, tapi juga pengobatan untuk perbaikan pada kulitnya.
Dengan disertai perbaikan kulit, menurutnya kesembuhan akan lebih cepat dan biaya pengobatan pun bisa ditekan.
(nfl)