Mengurangi Dampak Perceraian pada Anak

Selasa, 27 Januari 2015 - 09:49 WIB
Mengurangi Dampak Perceraian pada Anak
Mengurangi Dampak Perceraian pada Anak
A A A
Perceraian tak hanya mengubah kehidupan kedua belah pihak, juga kehidupan sang anak. Agar emosi anak tak terganggu, orang tua harus bijak bertindak. Pada dasarnya pernikahan adalah sesuatu yang sakral karena terjadinya penyatuan dua individu yang berbeda latar belakang.

Mungkin tahun-tahun awal, semua masih terasa baik-baik saja. Namun, tahun berikutnya belum tentu keharmonisan masih ada dalam keluarga. Perbedaan prinsip, pola pikir, sikap, status sosial, bahkan penghasilan mampu memicu terjadinya keretakan dalam rumah tangga.

Berawal dari pertengkaran kecil dalam skala sering, berlanjut ke pertengkaran besar yang tak kunjung reda, dan berakhir pada perceraian. Sudah pasti bahwa perpisahan ini akan berdampak pada psikis anak yang berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi kepada orang tuanya dan mengapa.

Anak akan merasa kasih sayang orang tua tidak lagi diraih secara utuh, perkembangan psikis anak menjadi terganggu. Pihak yang paling terpukul dengan perceraian ialah anak. Beberapa dari mereka tidak menerima perceraian orang tuanya begitu saja, perdamaian merupakan keinginan anak-anak yang sesungguhnya. Anak-anak akan merasa kehilangan.

Keluarga tak lagi menjadi tempat ternyaman dan terpercaya untuk mereka karena orang yang mereka yakini akan selalu bersama-sama dengan mereka ternyata memilih untuk berpisah. Banyak anak-anak yang membawa bekas luka perceraian kedua orang tuanya hingga dewasa.

Mereka menjadi tak percaya cinta dan sulit memercayai orang lain. Namun, jika memang perceraian adalah jalan terbaik, Anda sebagai orang tua bisa meminimalkan terjadinya perubahan perilaku pada anak Anda sebelum tinta di kertas perceraian mengering. M Gary Neuman LMHC, ahli perceraian dan permasalahan keluarga, memberikan beberapa saran tentang bagaimana berpisah tanpa menghancurkan psikis dan emosional anak-anak dalam jangka panjang.

Ia menyarankan agar anak tidak dijadikan sebagai penyambung mulut orang tua. Banyak orang tua mencoba untuk berkomunikasi melalui anak-anak mereka. “Yang menyebabkan emosional ialah menjadikan dan memaksa anak untuk menyampaikan perkataan Anda kepada dia yang merupakan orang tua si anak dan mantan pasangan Anda. Tidak semestinya anak dijadikan penyambung mulut Anda dalam bernegosiasi mengenai perpisahan Anda dan dia, “ kata Neuman.

Menurut Neuman, e-mailadalah sarana yang tepat saat ini untuk berkomunikasi dengan mantan pasangan. Hal ini memungkinkan Anda untuk secara khusus membicarakan tentang perceraian Anda dan kesepakatan dalam mengurus anak-anak kalian. Cobalah untuk membahas mengenai perpisahan Anda tanpa melibatkan anak.

Jangan bahas di depan anak, bicarakan berdua saja atau dengan pihak yang lebih pantas dan tepat untuk dijadikan konsultan atau pendengar kalian. Jaga perasaan anak, jangan sampai ada pertengkaran yang terlihat dan terdengar oleh mereka. Masa remaja ialah masa yang labil. Emosi mereka masih naik turun.

“Jangan mencoba untuk bercerita mengenai masalah perceraian Anda kepada anak sulung Anda. Mereka mungkin memahami perasaan Anda, tetapi cerita Anda bisa memengaruhi pemikiran anak sulung Anda,” ucap Neuman. Temuilah konsultan atau pihak luar yang cocok sebagai pendengar dan pemberi saran terhadap permasalahan Anda.

Boleh menceritakan apa pun ke konsultan terlebih mengenai perceraian Anda, tetapi tetap pada batasnya. Jangan sepenuhnya mengandalkan dan menjadi bergantung pada konsultan Anda. Terkadang anak-anak ingin dianggap seolah-olah mereka mengerti. Neuman mengatakan, setelah perceraian, perasaan anak mungkin akan kacau.

“Dengarkan mereka. Jangan buat mereka berpikir terlalu keras dalam menghadapi perceraian Anda. Dan mungkin ini sulit, cobalah untuk tidak mengkritik mantan pasangan Anda karena Anda harus sadari dia juga orang tua dari anak Anda. Anak Anda juga butuh sosok dia,” kata Neuman. Jika mantan pasangan Anda sudah memiliki pacar baru, jangan mencoba menceritakannya kepada anak-anak. Biarkan mereka tahu sendiri melalui mulut mantan pasangan Anda.

Jika anak bercerita pada Anda baik itu sedih ataupun marah mengenai pacar baru orang tuanya, cukup dengarkan saja keluhan si anak, tidak perlu beri banyak tanggapan dan solusi karena tanggapan Anda akan secara tidak langsung menjelaskan ke anak mengenai perasaan Anda yang sesungguhnya yang mungkin saja marah, benci atau sedih. Tentu hal ini akan melukai anak Anda.

Anda bisa meminta anak untuk menuliskan perasaan mereka sesungguhnya terhadap perceraian Anda di sebuah kertas. Dan baca tulisan tersebut bersama dengan mantan pasangan Anda agar kalian sama-sama paham apa yang dibutuhkan anak dan yang harus dilakukan agar anak tetap merasa nyaman dengan Anda dan mantan pasangan Anda juga. Hal ini dapat dilakukan jika si anak bersedia.

Tetap utamakan perasaan anak Anda. Pahami mereka dengan sebaik mungkin agar cinta di antara Anda dan anak tetap terjaga. Jangan biarkan anak Anda pergi mengunjungi mantan pasangan Anda seperti sedang mengunjungi om atau tante mereka pada akhir pekan. “Jangan buat anak menjadi merasa memiliki dua kehidupan, kehidupan dengan Anda dan kehidupan dengan mantan pasangan Anda,” ujar Neuman.

Jangan batasi mereka jika ingin bertemu dengan orang tuanya yang merupakan mantan pasangan Anda. Biarkan mereka pergi menikmati harinya bersama mantan pasangan Anda. Dukung kepergian mereka dengan kalimat “selamat bersenang-senang” sehingga anak tak merasa ada beban saat bersama dengan mantan pasangan Anda.

Minta maaflah jika Anda merasa telah melakukan hal yang membuat Anak sedih. Sesungguhnya anak-anak sangatlah pemaaf, maka mereka tak boleh dilibatkan dalam perceraian Anda. Minta maaf jika pertengkaran Anda dengan pasangan Anda diketahui olehnya. Neuman mengatakan setidaknya sampai mereka mencapai masa remaja di mana amarah mereka lebih sulit dikendalikan. Jika Anda membuat kesalahan, segera minta maaf. Jelaskan alasan Anda melakukan kesalahan tersebut dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi.

Iman/Meta
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7080 seconds (0.1#10.140)