Memuji Anak Boleh, Asal Jangan Berlebihan

Selasa, 27 Januari 2015 - 09:51 WIB
Memuji Anak Boleh, Asal Jangan Berlebihan
Memuji Anak Boleh, Asal Jangan Berlebihan
A A A
Saat anak berprestasi, jangan ragu-ragu untuk memujinya. Karena ternyata pujian bisa membangun rasa percaya dirinya. Namun, jangan lantas berlebihan memujinya karena justru tak baik untuk perkembangannya.

Bagi anak, pujian merupakan bentuk perhatian orang tua kepada anak. Karena pada dasarnya, setiap anak membutuhkan perhatian. Ya, memberikan pujian dan penghargaan kepada anak memang baik. Meski begitu perlu diingat, sebaiknya tidak dilakukan berlebihan.

“Pujian merupakan sesuatu yang bagus untuk anak, bisa membuat anak termotivasi. Tetapi orang tua dalam memberikan pujian harus ada objeknya, jangan hanya mengatakan bahwa anak pintar, ya tapi pintarnya karena apa. Misalnya puji dia pintar karena sudah bisa menangkap bola atau puji dia karena pintar menggambar,” kata psikolog Rini Hildayani SPsi MSi.

Pujian berlebihan bukannya membangun kepercayaan diri, tetapi malah dapat berdampak buruk bagi perkembangan si anak. Sebut saja anak akan merasa dirinya tidak memiliki kualitas yang negatif. Bukan tidak mungkin jika suatu saat mengalami kegagalan, anak akan merasa sangat sedih atau down. Bukan hanya itu, demi melihat temannya lebih unggul, si anak juga makin merasa terpuruk.

Dalam hal ini, Rini menekankan pentingnya bagi orang tua untuk memberikan pujian secara spesifik, serta jika anak sudah melakukan sebuah pencapaian baru. Misalnya ketika si anak sudah dapat mengancingkan baju sendiri atau ketika sudah dapat memakai sepatu sendiri. Nah, untuk pencapaian baru ini, pujian barulah cocok dilontarkan. Sementara, untuk berikutnya, tidak harus memberikan pujian setiap ia melakukan hal yang sama.

Cukup dengan anggukan atau senyum saja. “Ketika ia mencapai hal yang lain, baru dipuji lagi,” saran dosen Universitas Indonesia tersebut. Senada dengan apa yang dipaparkan Rini, sebuah penelitian mengungkapkan, terlalu memuji anak dapat merusak kepercayaan anak. Dikutip dari Dailymail, psikolog terkemuka Inggris, Stephen Grosz mengatakan, pujian kosong bisa menyebabkan anakanak tidak bahagia karena anakanak merasa tidak bisa hidup tanpa harapan palsu.

Sebaliknya, ia menyarankan orang tua dan guru mengurangi memberikan pujian dan mengutarakan frase dengan mengucapkan selamat kepada anakanak agar “berusaha lebih keras lagi”. Grosz, yang telah praktik sebagai psikoanalis, mengatakan, pujian kosong sama buruknya dengan kritik yang tidak dipikirkan. “Itu mengungkapkan ketidakpedulian terhadap perasaan dan pikiran anak,” tuturnya. Grosz mengutip penelitian yang menunjukkan kalau anak-anak yang sering dipuji kemungkinan akan tampil buruk di sekolah.

Sri noviarni
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7431 seconds (0.1#10.140)