Tenaga Ahli Semakin Bersaing
A
A
A
Politeknik Citra Widya Edukasi kini membuka jurusan untuk tenaga ahli di bidang industri kelapa sawit. Direktur Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Stephanus Nugroho Kristono mengatakan, ”Kebutuhan tenaga ahli di bidang industri kelapa sawit akan tetap tinggi dan saat ini maupun pada masa mendatang banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang senantiasa membutuhkan tenaga terampil yang terdidik.
Apalagi kampus kami juga memperhatikan asas kesinambungan dalam setiap aspek mata kuliah dan praktiknya,” katanya dalam rilis yang diterima SINDO. Menurut Nugroho, penyiapan sumber daya manusia (SDM) perkelapasawitan yang berkualitas sejak dini menjadi jawaban Indonesia atas pemenuhan tenaga kerja pada era global saat ini. Bahkan, selama ini terbukti banyak perusahaan kelapa sawit di luar negeri yang juga mengambil tenaga kerja terampil dari Indonesia.
Apalagi, papar Nugroho, telah muncul kesadaran di antara mahasiswa maupun orang tua untuk mencari kampus yang lulusannya siap bekerja. Mereka memilih lebih baik kuliah di kampus yang setelah wisuda bisa langsung bekerja daripada di universitas yang setelah lulus, tapi belum tentu terserap di lapangan pekerjaan.
”Makin banyak anak muda saat ini yang memilih pendidikan vokasi karena bisa langsung bekerja di bidang perkebunan kelapa sawit. Apalagi di kebun juga cukup banyak fasilitas yang disediakan dan masa depannya cukup terjamin,” kata Nugroho.
Nugroho juga mengingatkan bahwa program pendidikan tersebut sejalan dengan target produksi CPO Indonesia menuju lebih dari 40 juta ton pada tahun 2020, upaya replanting perkebunan, dan regenerasi tenaga kerja serta persaingan antarnegara, khususnya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Di samping itu, selain aspek produksi, perkebunan kelapa sawit, sekarang ini juga senantiasa diharapkan untuk mengedepankan aspek kesinambungan (sustainability). Menurut Dirut Widya Corporation yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tjokro Putro Wibowo, cukup banyak perusahaan kelapa sawit yang memiliki kesulitan untuk menemukan tenaga kerja terampil yang memiliki kualifikasi khusus di bidang perkelapasawitan.
Dwi nur ratnaningsih
Apalagi kampus kami juga memperhatikan asas kesinambungan dalam setiap aspek mata kuliah dan praktiknya,” katanya dalam rilis yang diterima SINDO. Menurut Nugroho, penyiapan sumber daya manusia (SDM) perkelapasawitan yang berkualitas sejak dini menjadi jawaban Indonesia atas pemenuhan tenaga kerja pada era global saat ini. Bahkan, selama ini terbukti banyak perusahaan kelapa sawit di luar negeri yang juga mengambil tenaga kerja terampil dari Indonesia.
Apalagi, papar Nugroho, telah muncul kesadaran di antara mahasiswa maupun orang tua untuk mencari kampus yang lulusannya siap bekerja. Mereka memilih lebih baik kuliah di kampus yang setelah wisuda bisa langsung bekerja daripada di universitas yang setelah lulus, tapi belum tentu terserap di lapangan pekerjaan.
”Makin banyak anak muda saat ini yang memilih pendidikan vokasi karena bisa langsung bekerja di bidang perkebunan kelapa sawit. Apalagi di kebun juga cukup banyak fasilitas yang disediakan dan masa depannya cukup terjamin,” kata Nugroho.
Nugroho juga mengingatkan bahwa program pendidikan tersebut sejalan dengan target produksi CPO Indonesia menuju lebih dari 40 juta ton pada tahun 2020, upaya replanting perkebunan, dan regenerasi tenaga kerja serta persaingan antarnegara, khususnya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Di samping itu, selain aspek produksi, perkebunan kelapa sawit, sekarang ini juga senantiasa diharapkan untuk mengedepankan aspek kesinambungan (sustainability). Menurut Dirut Widya Corporation yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tjokro Putro Wibowo, cukup banyak perusahaan kelapa sawit yang memiliki kesulitan untuk menemukan tenaga kerja terampil yang memiliki kualifikasi khusus di bidang perkelapasawitan.
Dwi nur ratnaningsih
(bbg)