Filosofi Masakan Imlek

Minggu, 01 Februari 2015 - 11:00 WIB
Filosofi Masakan Imlek
Filosofi Masakan Imlek
A A A
Bagi orang China, Tahun Baru Imlek adalah hari raya paling penting. Mereka berkumpul bersama keluarga pada malam pergantian tahun. Umumnya mereka bersantap malam di rumah.

Namun, ada pula yang merayakannya di restoran. Uniknya, beberapa santapan ini memiliki filosofi yang mengandung harapan-harapan yang positif. Dalam menyambut Tahun Baru China atau Imlek, restoran LAvant di Hotel Le Grandeur Mangga Dua menawarkan hidangan makan malam Set Menu 10 Course, di antaranya terdiri atas braised dry scallop soup with swim bladder and crab meat yang kental serta menjadi penghangat tubuh.

Ada pula sauteed sea cucumber with flower mushroom and sea moss in oyster sauce dengan tampilan menarik yang menggugah selera makan. Berbagai hidangan khas Imlek seperti yu sheng, bbq platter, peking duck, sharkfin soup serta kue keranjang pun tak lupa disajikan.

“Yu sheng yang merupakan makanan pembuka adalah salad yang terdiri atas 15 bahan makanan yang berwarnawarni. Setiap bahan makanan yu sheng juga memiliki filosofi yang berbedabeda. Beberapa bahan di antaranya ikan salmon mentah yang melambangkan kemakmuran, jeruk bali yang melambangkan keberuntungan,

wijen melambangkan bisnis yang bagus, serta saus plum melambangkan hubungan yang baik,” tutur Evi Rumondang, Public Relation & Communication Manager, di Le Grandeur, Mangga Dua Jakarta, beberapa waktu lalu. Nah yang unik, dalam penyajian yu sheng, saus dihidangkan terpisah dan dicampur sendiri dengan sumpit oleh orang yang memakannya.

Menurut tradisi, ketika diaduk dengan saus, ikan dan sayuran harus diangkat tinggi-tinggi di atas piring. Semakin tinggi yu sheng terangkat, maka semakin baik pula peruntungan pada tahun yang baru. Yu sheng diaduk bersama-sama oleh orang yang duduk satu meja sambil saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek dan mengucapkan harapan yang diinginkan.

Ada pula sharkfin soup yang memiliki tekstur lembut dengan rasa gurih. Sharkfin soup terdiri dari suwiran tipis daging sirip hiu serta potongan kecil daging kepiting yang kenyal seperti gelatin. Adapun bbq platter terdiri atas daging ayam bumbu kecap asin, sayap bebek berbumbu, daging bebek panggang, ubur-ubur, dan beef shank.

Rasa dari bbq platter pun bervariasi, yaitu asin, gurih, dan manis. Setiap daging diolah dengan tingkat kematangan yang pas sehingga menghasilkan tekstur daging yang lembut namun tetap liat. Adapun peking duck biasanya disajikan setelah dipanggang dengan kayu-kayu bakar khusus yang akan menentukan wangi atau tidak bebek yang dipanggang tadi. Cara membuat peking duck cukup rumit.

“Bebek harus berasal dari daerah peternakan khusus dengan berat ideal. Setelah dipotong, udara dipompakan di antara kulit dan daging bebek lalu dicelupkan dalam air mendidih. Untuk mendapatkan kulit yang renyah, bebek dicuci dengan larutan maltose (yang dibuat dari fermentasi barley ) dan digantung di udara terbuka yang dingin dan kering.

Larutan maltose membuat kulit bebek merah kecokelatan dan renyah. Perut bebek lalu diisi dengan berbagai macam rempah-rempah khas negeri tirai bambu, dijahit, lalu digantung selama 24 jam agar bumbunya meresap sebelum akhirnya dipanggang selama 3-4 jam.

Panas akan membuat cairan dalam perut bebek menguap dan mematangkan daging bebek sehingga tetap lembut. Sedangkan bagian kulitnya menjadi renyah dan kering,” tutur Chef Ken Hom seperti yang dikutip dari Dailymail.co.uk . Merayakan Imlek rasanya tak lengkap jika tidak menyajikan kue keranjang.

Kue berbentuk seperti dodol yang terbuat dari beras ketan dan gula ini dapat disajikan langsung. Kue keranjang juga dapat diolah terlebih dahulu dengan cara digoreng menggunakan tepung dan telur ayam, serta disajikan hangat-hangat. Beberapa tambahan makanan khas lain yang biasanya harus ada pada saat Imlek adalah ikan, jeruk mandarin, dan kue lapis legit.

Dwi nur ratnaningsih
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7131 seconds (0.1#10.140)