Keroncong di Tangan Anak Muda

Senin, 02 Februari 2015 - 09:57 WIB
Keroncong di Tangan Anak Muda
Keroncong di Tangan Anak Muda
A A A
SEKOLAH Pilar Indonesia akan menggelar Festival Keroncong Muda Indonesia 2015 pada 14 Maret mendatang. Sebuah bukti kepedulian generasi muda pada musik keroncong.

Musik keroncong selama ini dikenal dengan musiknya orang tua, namun tidak demikian di Sekolah Pilar Indonesia. Para murid mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA tidak asing untuk mendengar bahkan menyanyikan lagu keroncong. Bahkan pada 14 Maret mendatang sekolah yang terletak di Cibubur, Jakarta Timur, ini akan mengadakan Festival Keroncong Muda Indonesia 2015 .

Bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (DPP HAMKRI), festival ini akan mengundang anak-anak muda untuk ikut serta dalam lomba orkes keroncong. Festival keroncong pertama kalinya untuk generasi muda ini mengusung tema “Potret Keroncong Muda: Sebuah Potret Kecintaan, Penilaian, dan Keterlibatan Generasi Muda Terhadap Seni Keroncong Indonesia.”

“Kami ingin terus mengenalkan musik keroncong, bukan hanya untuk sekolah kami, juga untuk generasi muda Indonesia. Kenapa keroncong? Karena lagu keroncong rata-rata merupakan lagu perjuangan. Liriknya membakar semangat para pejuang. Ini bisa menyadarkan para anak muda untuk tahu bahwa kemerdekaan yang kita dapat itu bukan hasil pemberian, butuh perjuangan yang keras. Mereka harus tahu itu,” ujar Windoto, pendiri sekolah Pilar Indonesia.

Peserta yang mengikuti festival ini haruslah sebuah grup keroncong yang terdiri atas pemain musik dan penyanyi yang berusia maksimal berusia 20 tahun. Mereka nantinya diminta untuk membawakan dua lagu, yang terdiri atas satu lagu wajib yakni lagu-lagu asli keroncong dan satu lagi musik keroncong kreasi. Musik kreasi ini merupakan yang diambil dari genre lain yang bisa dibuat keroncong dengan berbagai alat musik.

Sementara musik keroncong asli dibawakan dengan alat musik, seperti cuk cak, biola, dan selo khas keroncong. “Musik kreasi ini tentu yang paling diminati anak muda karena seluruh genre musik bisa dibuat menjadi keroncong. Namun, tetap kami juga tidak ingin mereka melupakan musik asli keroncong dan lagu-lagu yang menjadi legenda. Agar mereka semakin paham dengan lagu keroncong makna dan musiknya yang sangat indah,” tambah Windoto.

Siapa pun yang ingin mengikuti festival ini bisa mendaftarkan langsung grup keroncongnya yang bisa mewakili sekolah ataupun umum dengan datang langsung ke sekolah Pilar Indonesia atau dapat membuka website di http://www.sekolahpilar- indonesia.sch.id untuk mengetahui informasi yang lebih banyak. Hadiah yang ditawarkan juga sangat menggiurkan, yakni uang tunai untuk pembinaan sebesar Rp15 juta untuk juara pertama, Rp10 juta untuk juara kedua, dan juara ketiga mendapatkan Rp5 juta.

Windoto yang mendirikan sekolah Pilar Indonesia pada 2004 ini memang memiliki impian besar untuk generasi muda Indonesia yang bukan hanya pintar, tapi memiliki kebudayaan. Sekolah ini juga menggunakan kurikulum internasional, tapi masih tetap diajar oleh guru-guru asal Indonesia.

“Kurikulum internasional gunanya agar kita dapat menyiapkan anak-anak untuk bisa bersaing dengan orang-orang dari luar Indonesia. Untuk mencintai kebudayaan Indonesia, setiap hari sebelum masuk kelas murid-murid kami menyanyikan satu lagu daerah sehingga setiap harinya semua akan mendengar kekayaan Indonesia berupa lagu daerah,” ungkapnya.

Bukan hanya dengan musik para murid Sekolah Pilar Indonesia mencintai budaya Indonesia, juga seluruh produk budaya Indonesia pada pekan budaya setiap semester. Mulai makanan, busana, tarian, dan kebudayaan lainnya yang dipamerkan sehingga para murid bisa lebih tahu dan tentu akan melestarikan kebudayaan bangsa ini. ?ananda nararya
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5910 seconds (0.1#10.140)