Gejala Epilepsi pada Anak & Penanganannya

Kamis, 12 Februari 2015 - 09:32 WIB
Gejala Epilepsi pada...
Gejala Epilepsi pada Anak & Penanganannya
A A A
Selama ini epilepsi identik dengan gejala kejang-kejang seluruh badan dengan mulut yang mengeluarkan busa. Melamun secara tidak sadar dalam sesaat juga salah satu gejala epilepsi.

Padahal, manifestasi klinis epilepsi pada anak dapat bersifat aktif, seperti kaku seluruh tubuh, ekstremitas bergerak-gerak ritmik beraturan, atau anak tampak mengecap-ngecapkan mulutnya “Serangan dapat pula bersifat negatif, seperti anak tiba-tiba lemas atau aktivitas anak tersebut berhenti lalu bengong,” kata neurolog anak RSCM DR Dr Irawan Mangunatmadja SpA (K).

Menurut Dr Irawan, bila ada gerakan anak yang tidak seperti biasanya dan berulang, harus dicurigai bahwa si anak mengalami serangan epilepsi. Serangan epilepsi pada umumnya berupa gerakan seluruh tubuh sisi kiri-kanan, seperti kaku, klojotan, atau lemas. Menurut dia, tidak benar bahwa anak yang mengalami serangan epilepsi mulutnya harus berbusa, apalagi ada anggapan bahwa air liur pasien epilepsi dapat menularkan penyakit epilepsi.

Lebih lanjut Dr Irawan mengatakan, epilepsi pada anak akan sulit diobati jika ada faktor risiko, seperti bila usia awal serangan kurang dari 1 tahun, adanya keterlambatan perkembangan, adanya kelainan neurologis seperti kelumpuhan, bentuk kejang lebih dari 1 macam, atau serangan yang tidak berhenti.

“Pertolongan pertama pada anak yang kejang, yaitu longgarkan baju, lalu miringkan, jangan dibiarkan telentang karena akan muntah,” kata Dr Irawan. Dia pun menganjurkan agar memasukkan obat anti-epilepsi dan menemani pasien sampai dia sadar kembali. “Pasien epilepsi harus diobati selama 2 tahun dari kejang terakhir, tawarkan obat anti-epilepsi (OAE) sesuai indikasi dan kemampuan orang tua,” kata Dr Irawan.

Tentang OAE, dia menjelaskan, tujuan pemberian OAE adalah agar serangan epilepsi berhenti sehingga diharapkan orang tua mengikuti anjuran dokter untuk memberikan OAE selama 2 tahun kepada anak agar terbebas dari kejang. “Orang tua juga perlu mengetahui efek samping OAE yang diminum anak dan apa yang harus dilakukan bila timbul efek samping tersebut,” katanya.

Namun, penting untuk diingat penggantian OAE tanpa alasan yang kuat sebaiknya tidak dilakukan. Sebab, dalam banyak penelitian ditemukan, hal ini malah mengakibatkan kekambuhan serangan.

Iman firmansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)