Raih Penghargaan Inovasi Obat

Senin, 23 Februari 2015 - 09:19 WIB
Raih Penghargaan Inovasi Obat
Raih Penghargaan Inovasi Obat
A A A
PERUSAHAAN farmasi nasional PT Dexa Medica mendapatkan penghargaan sebagai perusahaan dengan ”Peran Aktif Melakukan Inovasi Pengembangan Obat Dalam Negeri”.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan disaksikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Prof Dr dr Nila Farid Moeloek SpM(K) dan Kepala Badan POM Dr Ir Roy Alexander Sparringa M App Sc.

Kontribusi Dexa Medica dalam inovasi pengembangan obat dalam negeri, antara lain sebagai salah satu pionir pengembangan obat generik berlogo (OGB), dimana memproduksi OGB dengan teknologi farmasi yang tinggi sejak 1991. Juga sebagai pionir pengembangan obat berbasis bahan baku alam dalam bentuk bioactive fraction .

Terakhir, perusahaan pengembangan uji klinis obat-obatan. President Director PT Dexa Medica Ir Ferry Soetikno MSc MBA mengemukakan komitmennya mendukung program pemerintah dengan memproduksi OGB sejak 1991. ”Kami telah meresmikan fasilitas baru pabrik farmasi berteknologi tinggi beberapa tahun lalu di Palembang, untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memastikan mutu setiap produk sesuai standar CPOB,” katanya.

Sementara fasilitas produksi DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences) Dexa Medica di Cikarang, Jawa Barat, lanjut dia, mampu memproduksi bahan baku aktif obat herbal dalam bentuk bioactive fraction. Mantan Menkes dr Nafsiah Mboi SpA MPH yang menyerahkan izin industri ekstrak bahan alam (IEBA) dan meresmikan fasilitas produksi bioactive fraction DLBS Dexa Medica pada 20 Agustus 2013.

Obat-obatan produksi DLBS Dexa Medica yang telah dipasarkan, antara lain Inlacin (obat oral antidiabetes), Redacid (obat gangguan lambung, Gastroprotector), Vitafem Free Me (obat Premenstrual Syndrome-PMS), dan Phalecarps (obat kanker payudara).

Executive Director DLBS Dexa Medica Dr Raymond R Tjandrawinata MBA PhD FRSC menambahkan, DLBS memiliki komitmen dalam pencarian obat baru dengan sejumlah keunggulan, di antaranya menggunakan biodiversitas Indonesia, menggunakan prinsip farmakologi modern dengan pendekatan biomolekular untuk mencari obat-obat baru.

Ketiga, melakukan uji klinik untuk melengkapi medical-evidence sesuai prinsip good clinical practice (GCP) dan melakukan uji pada hewan coba secara etis, sesuai sertifikasi Association for Assessment and Accreditation of Laboratory Animal Care (AAALAC) International. Terakhir, sarat muatan intellectual property right (HaKI).

Rendra hanggara
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5847 seconds (0.1#10.140)