Tradisional Sekaligus Futuristik
A
A
A
Tahun lalu smartwatch sempat populer. Tapi, tidak benar-benar sukses karena teknologinya belum sempurna.
Sekarang, pasar smartwach diprediksi akan masuk babak baru. Seperti apa? Di Mobile World Congress (MWC) 2015, Huawei mengenalkan smartwatch pertamanya: Huawei Watch. Vendor yang di Indonesia dikenal lewat infrastruktur jaringan, modem, dan kini masuk ke segmen ponsel itu bersaing langsung dengan Moto 360, LG G Watch R, serta vendor lain yang mengusung teknologi Android Wear.
Android Wear adalah sistem operasi Android yang dirancang Google untuk perangkat wearable seperti smartwatch. Keunggulannya, selain antarmuka yang lebih luwes dan intuitif, juga bisa mengadopsi desain jam tangan yang bulat, tidak melulu persegi atau kotak. Huawei Watch didesain oleh Ben Norton yang sebelumnya bekerja di Fossil di Amerika dan Emporio Armani di Swiss. ”Visi saya adalah mendesain smartwatch yang desain maupun saat dikenakan tak berbeda dengan jam tangan tradisional,” kata Ben.
Sebaliknya, CEO divisi konsumen Huawei Richard Yu mengaku ingin merubah imej Huawei sendiri menjadi merek yang fashionable. ”Apple Watch bagus. Tapi, desain mereka tidak mirip jam tangan tradisional dan otentik. Itu yang membedakan kami dengan mereka. Banyak pengguna jam yang enggan meninggalkan tradisi lama,” katanya. Yu juga sedikit menyindir Samsung.
”Samsung termasuk pionir. Tapi desain smartwatch mereka jelek dan tidak ada yang mau membelinya,” katanya. Pendekatan Huawei yang mengedepankan nilai-nilai lama ini bisa jadi salah satu kunci sukses mereka di pasar smartwatch. Sebagian konsumen memang terbuka terhadap jam tangan canggih. Tapi, mereka juga tidak ingin memakai jam yang bentuknya terlalu aneh atau terlalu futuristik. Sayangnya, penetrasi OS Android Wear sendiri masih kecil.
Hanya 720.000 unit perangkat Android Wear yang dikapalkan (bukan terjual) pada 2014 atau 16 persen dari total 4,6 juta unit total pasar ”smart wearable band”. Kecilnya pasar itu salah satunya karena perangkat Android Wear baru menyapa pasar pada semester kedua 2014. Meski demikian, pasar smartwatch diprediksi benar-benar tinggal landas tahun ini.
Terutama ketika pasar tablet dan smartphone cenderung stagnan. Prediksi Consumer Electronics Association (CEA), pengapalan smartwatch di Amerika saja akan mencapai 10,8 juta unit pada 2015 atau 3,5 kali lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Penyebabnya, bukan cuma semakin banyak vendor yang mengadopsi platform Android Wear, tapi juga kehadiran Apple Watch pada April 2015 mendatang.
”Apple akan memposisikan smartwatch sebagai kategori produk yang harus dimiliki,” prediksi Rouven Hohendorff analis dari Trendone. Apple Watch sendiri menjanjikan sejumlah inovasi baru. Misalnya getaran ringan ketika ada panggilan masuk, sensor untuk mendeteksi detak jantung, hingga fungsi pembayaran lewat Apple Pay.
Ketika nanti Apple Watch dirilis, Rouven melanjutkan, pasar smartwatch akan semakin bernas. ”Kehebohan media dan promosi akan membuat pemilik Android sekalipun akan tertarik untuk membeli smartwatch,” katanya.
Danang arradian
Sekarang, pasar smartwach diprediksi akan masuk babak baru. Seperti apa? Di Mobile World Congress (MWC) 2015, Huawei mengenalkan smartwatch pertamanya: Huawei Watch. Vendor yang di Indonesia dikenal lewat infrastruktur jaringan, modem, dan kini masuk ke segmen ponsel itu bersaing langsung dengan Moto 360, LG G Watch R, serta vendor lain yang mengusung teknologi Android Wear.
Android Wear adalah sistem operasi Android yang dirancang Google untuk perangkat wearable seperti smartwatch. Keunggulannya, selain antarmuka yang lebih luwes dan intuitif, juga bisa mengadopsi desain jam tangan yang bulat, tidak melulu persegi atau kotak. Huawei Watch didesain oleh Ben Norton yang sebelumnya bekerja di Fossil di Amerika dan Emporio Armani di Swiss. ”Visi saya adalah mendesain smartwatch yang desain maupun saat dikenakan tak berbeda dengan jam tangan tradisional,” kata Ben.
Sebaliknya, CEO divisi konsumen Huawei Richard Yu mengaku ingin merubah imej Huawei sendiri menjadi merek yang fashionable. ”Apple Watch bagus. Tapi, desain mereka tidak mirip jam tangan tradisional dan otentik. Itu yang membedakan kami dengan mereka. Banyak pengguna jam yang enggan meninggalkan tradisi lama,” katanya. Yu juga sedikit menyindir Samsung.
”Samsung termasuk pionir. Tapi desain smartwatch mereka jelek dan tidak ada yang mau membelinya,” katanya. Pendekatan Huawei yang mengedepankan nilai-nilai lama ini bisa jadi salah satu kunci sukses mereka di pasar smartwatch. Sebagian konsumen memang terbuka terhadap jam tangan canggih. Tapi, mereka juga tidak ingin memakai jam yang bentuknya terlalu aneh atau terlalu futuristik. Sayangnya, penetrasi OS Android Wear sendiri masih kecil.
Hanya 720.000 unit perangkat Android Wear yang dikapalkan (bukan terjual) pada 2014 atau 16 persen dari total 4,6 juta unit total pasar ”smart wearable band”. Kecilnya pasar itu salah satunya karena perangkat Android Wear baru menyapa pasar pada semester kedua 2014. Meski demikian, pasar smartwatch diprediksi benar-benar tinggal landas tahun ini.
Terutama ketika pasar tablet dan smartphone cenderung stagnan. Prediksi Consumer Electronics Association (CEA), pengapalan smartwatch di Amerika saja akan mencapai 10,8 juta unit pada 2015 atau 3,5 kali lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Penyebabnya, bukan cuma semakin banyak vendor yang mengadopsi platform Android Wear, tapi juga kehadiran Apple Watch pada April 2015 mendatang.
”Apple akan memposisikan smartwatch sebagai kategori produk yang harus dimiliki,” prediksi Rouven Hohendorff analis dari Trendone. Apple Watch sendiri menjanjikan sejumlah inovasi baru. Misalnya getaran ringan ketika ada panggilan masuk, sensor untuk mendeteksi detak jantung, hingga fungsi pembayaran lewat Apple Pay.
Ketika nanti Apple Watch dirilis, Rouven melanjutkan, pasar smartwatch akan semakin bernas. ”Kehebohan media dan promosi akan membuat pemilik Android sekalipun akan tertarik untuk membeli smartwatch,” katanya.
Danang arradian
(ars)