Dua Pasang Hati

Senin, 27 April 2015 - 09:04 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Lara tidak mendapati beberapa perubahan pada fisik Keenan. Tubuhnya masih setegap dan sekokoh dulu, lengan-lengannya menonjolkan urat kecil di sekitarnya.

Mungkin, keseringan operasi C-section kali ya? Hanya saja rahang cowok itu dipenuhi dengan janggut-janggut halus dan kumis tipis di atas bibirnya. Berbeda dengan sembilan tahun lalu, ketika ia masih kuliah dulu, mulus dan nggak berjenggot. Walaupun usia Keenan sudah menginjak 30 tahun, tapi penampilan cowok itu masih tetap terjaga, bahkan ada yang menyanjung bahwa cowok itu terlihat semakin oke, ketika usianya menginjak tiga puluh tahun ke atas nanti. Bagaimana bisa? Semua orang kan pasti akan bertambah tua.

Biarpun banyak yang berkata seperti itu, namanya fisik nggak akan pernah bohong. Lara mampu melihat jelas ada kerutankerutan yang mulai tergambar di dahi dan pelipisnya. You deserve to be called ‘Om’, gumam Lara dalam hati.

“Sampe rumah, istirahat total ya, Ra. Besok jangan kerja dulu,” kata cowok itu seraya membanting setir ke kiri, tepat sebelah rumah Lara. Cowok itu memicingkan matanya dan mencondongkan tubuhnya dekat tubuh Lara. Kedua wajah mereka beradu sangat dekat, Lara sengaja membuang wajahnya, ketika bahu cowok itu berhenti dengan radius cukup dekat dengan wajah Lara. “Sana turun. Kan udah bisa jalan sendiri,” sindirnya tanpa tersenyum. Lara mendengus marah, “Kalo emang lo nggak niat anter gue, nggak perlu sampe ke sini repot-repot.”

“Udahlah, lo emang nggak tahu terima kasih. Udah gue dimuntahin, gue anterin pula. Masih aja ngomel. Pantes aja sampe sekarang nggak punya pacar,” cowok itu berucap sinis. Mata Lara mendelik tajam ke arahnya. “Apa bedanya dengan lo? Dokter kandungan sukses tapi masih aja belum kawin. Malu sama umur. Makanya, jangan main cewek terus.” Cowok itu terhenyak. Pikirannya terbang mengingat masa lalunya dengan Lara dan Feli, mantan kekasihnya yang sekaligus teman dekat Lara.

Kala itu harus ia akui, Feli memang jauh lebih menarik secara fisik maupun prestasi. Rambutnya memang pendek sebahu, namun kulitnya putih bersih karena darah Tionghoa yang mengalir di tubuhnya. Badannya cukup tinggi, dan kepribadiannya manis. Dia tidak seperti Lara yang hanya bisa berhura-hura, namun prestasinya buruk. Gadis berwajah Oriental itu sangat pandai dalam memasak juga menjahit, tutur katanya halus dan lembut, pokoknya masuk dalam tipe ideal Keenan, deh.

Sayangnya hubungan yang terbina kurang lebih empat setengah tahun itu harus kandas di tengah jalan, karena Feli tidak sanggup menjalani hubungan jarak jauh dengannya. Padahal, Keenan begitu mencintai wanita itu, dan berharap mereka naik ke pelaminan. Gadis itu memutuskan tali percintaan mereka begitu saja. Hati Keenan kembali rapuh jika mengingat semua kejadian itu, meskipun terbilang cukup lama hubungan mereka berakhir, jika Feli kembali ke Jakarta dan mengajaknya balikan, ia dengan senang hati bersedia.

Sejak hubungan mereka kandas, Keenan sempat kehilangan arah beberapa tahun, ia tak berani memulai hubungan dan fokus pada kuliahnya hingga ia lulus menjadi dokter umum. Hingga dua tahun kemudian, Keenan berhubungan dengan Gladys, sesama koas di rumah sakit tempat mereka praktik. Namun lagi-lagi, hubungan itu tak berlangsung lama, karena Gladys lebih memilih bersama dengan pria yang dijodohkan ibunya. Setelahnya, Keenan mencoba membangun hatinya kembali dengan Diandra, adik kelasnya ketika SMA.

Hubungan mereka tak berlangsung lama, kurang lebih enam bulan Diandra memutuskan hubungan mereka, dikarenakan wanita yang berprofesi sebagai model itu merasa diabaikan oleh dokter kandungan tampan itu. Bayangkan, di kala Diandra sangat merindukannya, cowok itu malah memilih menghabiskan waktunya di rumah sakit. Tidak ada waktu bagi mereka untuk saling bertemu. (bersambung)

OLEH:
VANIA M. BERNADETTE
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7874 seconds (0.1#10.140)