Football S Calling!
A
A
A
Bagi penggemar sepak bola, berkunjung ke negeri Ratu Elizabeth II tak akan lengkap tanpa mengunjungi stadion milik klub-klub ternama Liga Inggris. Juga mampir ke klub ikonik asal band legendaris, the Beatles, di Liverpool.
Sebagai penggemar sepak bola, berkunjung ke Inggris adalah surga buat saya. Setiap kali ada kesempatan mengunjungi negara ini, menonton pertandingan Liga Primer diusahakan masuk dalam agenda. Tiket masuk untuk menonton juga biasanya saya pesan jauh-jauh hari karena tiket cepat terjual habis.
Kalaupun tidak sempat menonton atau saat tidak ada jadwal pertandingan, mengikuti stadium tur bisa jadi pelipur lara, seperti pada kunjungan saya ke Inggris pada Januari lalu. Berangkat dengan salah satu maskapai dari Timur Tengah, jadwal take-offsaya pukul 00.40 WIB dan sampai di Manchester Airport sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat, pada hari yang sama (waktu Manchester lebih lambat tujuh jam dibanding Jakarta.
Pada musim panas perbedaan hanya enam jam). Dari bandara, saya memutuskan naik kereta menuju Manchester Piccadilly Station di tengah Kota Manchester, dengan ongkos hanya 3–5 poundsterling. Perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit. Dilanjutkan berjalan kaki sejauh 1 km menuju hotel tempat saya menginap, Radisson Edwardian.
Sebenarnya bisa juga naik taksi, tapi biayanya relatif mahal, mencapai 15–25 poundsterling. Hotel tempat saya menginap berada di tengah Kota Manchester, tak jauh dari area Piccadilly Garden. Piccadilly Garden adalah kawasan strategis, seperti alun-alun di Indonesia tempat berkumpulnya warga kota, terutama pada saat musim panas. Di sekitarnya juga banyak penginapan dengan berbagai kisaran harga, pusat belanja, juga restoran-restoran ternama.
Di sini, ada restoran bernama Rice yang kabarnya dimiliki orang Melayu, menyajikan makanan khas Melayu dengan porsi besar seharga 5–8 poundsterling. Jika rindu makanan lokal, bisa mampir ke restoran ini. Letaknya persis di gerbang Piccadilly Garden. Hari pertama di Manchester, saya langsung menunaikan niat saya, berkunjung ke Old Trafford, markas The Red Devils, Manchester United (MU).
Saya naik trem listrik dari Piccadilly Garden dan dalam waktu 15 menit sudah sampai di Old Trafford Station. Namun, untuk menuju stadion, butuh berjalan kaki kurang dari satu km. Setelah menukarkan tiket untuk pertandingan esok harinya, saya mengikuti stadium tourberdurasi kurang lebih 80 menit, pengunjung diwajibkan membayar tiket 18 poundsterling.
Dalam program inilah, kita bisa masuk ke ruang ganti para pemain, melihat jerseyRadamel Falcao, Angel di Maria, dan Robin van Persie. Kita juga bisa masuk ke bangku pemain cadangan saat pertandingan, sesuatu yang bahkan tidak bisa kita lakukan saat menonton pertandingan. Kita juga bisa menjajal seperti apa rasanya duduk di bangku pelatih Louis van Gaal. Tentu saja, berfoto-foto di sini juga diperbolehkan.
Selesai mengikuti tur, kita bisa masuk ke Megastore yang menjual merchandise klub. Di sini, kita bisa memesan jersey dengan nama kita sendiri. Hanya menunggu 1–2 menit, kaus sudah jadi. Harganya 40–50 poundsterling. Dalam sehari, stadium tourdilakukan 6–8 kali. Tur terakhir umumnya berakhir pada sore hari. Hari berikutnya, saya melanjutkan tur ke Etihad Stadium, kandang/rumah Manchester City.
Jaraknya sekitar 3 km dari hotel. Jika tak sanggup jalan, disarankan menggunakan taksi dengan ongkos sekitar 4–5 poundsterling. Stadium tourdi Manchester City kurang lebih juga sama dengan di Old Trafford. Setelah selesai dari Manchester City Stadium, sekitar pukul 14.00, dengan menggunakan trem listrik, saya kembali menuju Old Trafford untuk menyaksikan pertandingan bola antara Manchester United melawan Chelsea.
What a big match!Inilah hari di mana hampir semua warga kota memadati area Old Trafford dan sekitarnya. Jadi, persiapkan diri Anda untuk berdesakan, tapi tetap tertib kok. Dijamin akan menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup Anda.
Liverpool
Hari ketiga, saya meninggalkan Manchester dan melanjutkan perjalanan ke Liverpool dengan menggunakan kereta. Waktu tempuhnya hanya 40–50 menit, dengan ongkos 8–13 poundsterling. Saya memilih menginap di Hanover Street yang jaraknya hanya 500 meter dari Liverpool One, sebuah persimpangan besar tempat berdirinya shopping centre terbesar di Kota Liverpool.
Hari pertama di Liverpool, saya memilih puasa stadium tour. Sebagai gantinya, saya mengunjungi Albert Dock, tempat wisata terpopuler dan paling banyak dikunjungi di Liverpool. Setidaknya ada 4 juta turis yang datang ke tempat ini per tahunnya. Albert Dock juga masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Maritime Mercantile City.
Kompleks dermaga ini memang menjadi tempat pertama yang membuat bangunan dari nonkayu (besi, batu bata, batu) di Inggris. Di Albert Dock, kita bisa mengunjungi museum The Beatles Story, juga artmuseum. Banyak pengunjung muda di area ini. Adapun yang juga tak boleh ketinggalan saat berkunjung ke Liverpool adalah datang ke Cavern Club, sebuah klub bawah tanah yang paling bersejarah bagi The Beatles. Klubnya tidak menonjol. Letaknya ada di dalam gang di Mathew Street.
Namun, siapa pun yang melewatinya akan tertarik karena ada patung John Lennon di depan pintu klub. Masuk ke Cavern Club, bersiaplah mengalami petualangan yang mengasyikkan. Turunlah 3-4 lantai ke bawah, lalu temui sebuah ruangan kecil memanjang dari batu bata. Kapasitasnya hanya untuk 50-100 orang, dengan panggung kecil di ujung ruangan.
Namun di panggung itulah, hampir seluruh musisi hebat tingkat dunia, termasuk U2 pernah manggung di sana. Bahkan The Beatles pernah manggung di sini sebelum nama mereka menjadi fenomena dunia. Di panggung kecil inilah, setiap malam ada musisimusisi berbakat tampil. Saat saya datang ke klub ini, ada musisi yang hanya bermodalkan gitar, tampil begitu menakjubkan.
Hebatnya, untuk menyaksikan musisi berbakat ini, umumnya kita bisa menonton gratis. Cukup membayar minuman saja. Buat saya yang menggemari musik brit rock, Cavern Club benar-benar memanjakan jiwa dan raga. Puas memanjakan diri dengan nuansa musik Inggris, keesokan harinya saya melanjutkan stadium tourke markas Liverpool, Anfield.
Saya memilih naik bus kota dengan tiket one day passsenilai 3 poundsterling. Dalam waktu 10 menit, saya sudah sampai di stadion, lalu mengikuti tur seharga 15–20 poundsterling. Sama seperti di Old Trafford, ada juga toko merchandiseyang bisa dikunjungi. Bagi saya, desain merchandise Liverpool lebih stylishdibanding MU.
Jadi, tak rugi jika membeli merchandisedi sini, walau harganya memang lebih mahal. Nah, hanya berjarak 800 meter dari Anfield, ada stadion milik Everton FC bernama Goodison Park yang juga bisa dikunjungi. Karena dekat, sayang rasanya jika dilewatkan.
Tur Bus di London
Hari kelima, saya melanjutkan perjalanan ke London dengan kereta. Dari Liverpool jaraknya 2,5 jam, dengan harga tiket 40–80 poundsterling, bergantung jam keberangkatan. Jika pergi pada jam sibuk, tiket kereta menjadi sangat mahal. Sebaliknya, pada jam sepi penumpang, tiket kereta dijual murah.
Sampai di London, ada cara termudah dan termurah untuk bisa mengunjungi tempat-tempat wisata populer, seperti Buckingham Palace, Big Ben, Trafalgar Square, dan London Eye. Caranya dengan menaiki bus Hop-On Hop-Off. Ada paket 24 jam, 48 jam, dan 72 jam yang bisa dipilih, bergantung keinginan dan ketersediaan waktu. Namun, saya menyarankan ambil yang 48 jam.
Jika mengambil paket ini, setidaknya ada lebih dari 70 tujuan wisata yang bisa dikunjungi, dengan harga 20–40 poundsterling. Naik bus Hop-On Hop-Off, kita akan diberi peta wisata. Jika sampai di satu tempat wisata, kita bisa turun. Namun, bus tetap jalan dan tidak menunggu. Kita bisa naik bus Hop-On Hop-Off yang datang berikutnya untuk mengantar ke tempat wisata selanjutnya.
Saya naik bus tersebut dari Baker Street, jalan yang populer sebagai tempat tinggal detektif fiksi Sherlock Holmes. Dari Baker Street, saya juga bisa melanjutkan perjalanan dengan kereta bawah tanah menuju Arsenal dan melakukan stadium tour. Bisa juga sekaligus melihat stadium markas Chelsea.
Mungkin banyak yang beranggapan bahwa berwisata ke Inggris akan merepotkan jika tidak menggunakan operator travel. Namun, dengan sistem transportasi yang begitu terpadu dan serbamudah, siapa saja sebenarnya bisa berkunjung ke negeri ini, mewujudkan mimpi melihat pesona sepak bola dan musik Inggris yang melegenda.
@herugunadi
TRAVELER
Sebagai penggemar sepak bola, berkunjung ke Inggris adalah surga buat saya. Setiap kali ada kesempatan mengunjungi negara ini, menonton pertandingan Liga Primer diusahakan masuk dalam agenda. Tiket masuk untuk menonton juga biasanya saya pesan jauh-jauh hari karena tiket cepat terjual habis.
Kalaupun tidak sempat menonton atau saat tidak ada jadwal pertandingan, mengikuti stadium tur bisa jadi pelipur lara, seperti pada kunjungan saya ke Inggris pada Januari lalu. Berangkat dengan salah satu maskapai dari Timur Tengah, jadwal take-offsaya pukul 00.40 WIB dan sampai di Manchester Airport sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat, pada hari yang sama (waktu Manchester lebih lambat tujuh jam dibanding Jakarta.
Pada musim panas perbedaan hanya enam jam). Dari bandara, saya memutuskan naik kereta menuju Manchester Piccadilly Station di tengah Kota Manchester, dengan ongkos hanya 3–5 poundsterling. Perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit. Dilanjutkan berjalan kaki sejauh 1 km menuju hotel tempat saya menginap, Radisson Edwardian.
Sebenarnya bisa juga naik taksi, tapi biayanya relatif mahal, mencapai 15–25 poundsterling. Hotel tempat saya menginap berada di tengah Kota Manchester, tak jauh dari area Piccadilly Garden. Piccadilly Garden adalah kawasan strategis, seperti alun-alun di Indonesia tempat berkumpulnya warga kota, terutama pada saat musim panas. Di sekitarnya juga banyak penginapan dengan berbagai kisaran harga, pusat belanja, juga restoran-restoran ternama.
Di sini, ada restoran bernama Rice yang kabarnya dimiliki orang Melayu, menyajikan makanan khas Melayu dengan porsi besar seharga 5–8 poundsterling. Jika rindu makanan lokal, bisa mampir ke restoran ini. Letaknya persis di gerbang Piccadilly Garden. Hari pertama di Manchester, saya langsung menunaikan niat saya, berkunjung ke Old Trafford, markas The Red Devils, Manchester United (MU).
Saya naik trem listrik dari Piccadilly Garden dan dalam waktu 15 menit sudah sampai di Old Trafford Station. Namun, untuk menuju stadion, butuh berjalan kaki kurang dari satu km. Setelah menukarkan tiket untuk pertandingan esok harinya, saya mengikuti stadium tourberdurasi kurang lebih 80 menit, pengunjung diwajibkan membayar tiket 18 poundsterling.
Dalam program inilah, kita bisa masuk ke ruang ganti para pemain, melihat jerseyRadamel Falcao, Angel di Maria, dan Robin van Persie. Kita juga bisa masuk ke bangku pemain cadangan saat pertandingan, sesuatu yang bahkan tidak bisa kita lakukan saat menonton pertandingan. Kita juga bisa menjajal seperti apa rasanya duduk di bangku pelatih Louis van Gaal. Tentu saja, berfoto-foto di sini juga diperbolehkan.
Selesai mengikuti tur, kita bisa masuk ke Megastore yang menjual merchandise klub. Di sini, kita bisa memesan jersey dengan nama kita sendiri. Hanya menunggu 1–2 menit, kaus sudah jadi. Harganya 40–50 poundsterling. Dalam sehari, stadium tourdilakukan 6–8 kali. Tur terakhir umumnya berakhir pada sore hari. Hari berikutnya, saya melanjutkan tur ke Etihad Stadium, kandang/rumah Manchester City.
Jaraknya sekitar 3 km dari hotel. Jika tak sanggup jalan, disarankan menggunakan taksi dengan ongkos sekitar 4–5 poundsterling. Stadium tourdi Manchester City kurang lebih juga sama dengan di Old Trafford. Setelah selesai dari Manchester City Stadium, sekitar pukul 14.00, dengan menggunakan trem listrik, saya kembali menuju Old Trafford untuk menyaksikan pertandingan bola antara Manchester United melawan Chelsea.
What a big match!Inilah hari di mana hampir semua warga kota memadati area Old Trafford dan sekitarnya. Jadi, persiapkan diri Anda untuk berdesakan, tapi tetap tertib kok. Dijamin akan menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup Anda.
Liverpool
Hari ketiga, saya meninggalkan Manchester dan melanjutkan perjalanan ke Liverpool dengan menggunakan kereta. Waktu tempuhnya hanya 40–50 menit, dengan ongkos 8–13 poundsterling. Saya memilih menginap di Hanover Street yang jaraknya hanya 500 meter dari Liverpool One, sebuah persimpangan besar tempat berdirinya shopping centre terbesar di Kota Liverpool.
Hari pertama di Liverpool, saya memilih puasa stadium tour. Sebagai gantinya, saya mengunjungi Albert Dock, tempat wisata terpopuler dan paling banyak dikunjungi di Liverpool. Setidaknya ada 4 juta turis yang datang ke tempat ini per tahunnya. Albert Dock juga masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Maritime Mercantile City.
Kompleks dermaga ini memang menjadi tempat pertama yang membuat bangunan dari nonkayu (besi, batu bata, batu) di Inggris. Di Albert Dock, kita bisa mengunjungi museum The Beatles Story, juga artmuseum. Banyak pengunjung muda di area ini. Adapun yang juga tak boleh ketinggalan saat berkunjung ke Liverpool adalah datang ke Cavern Club, sebuah klub bawah tanah yang paling bersejarah bagi The Beatles. Klubnya tidak menonjol. Letaknya ada di dalam gang di Mathew Street.
Namun, siapa pun yang melewatinya akan tertarik karena ada patung John Lennon di depan pintu klub. Masuk ke Cavern Club, bersiaplah mengalami petualangan yang mengasyikkan. Turunlah 3-4 lantai ke bawah, lalu temui sebuah ruangan kecil memanjang dari batu bata. Kapasitasnya hanya untuk 50-100 orang, dengan panggung kecil di ujung ruangan.
Namun di panggung itulah, hampir seluruh musisi hebat tingkat dunia, termasuk U2 pernah manggung di sana. Bahkan The Beatles pernah manggung di sini sebelum nama mereka menjadi fenomena dunia. Di panggung kecil inilah, setiap malam ada musisimusisi berbakat tampil. Saat saya datang ke klub ini, ada musisi yang hanya bermodalkan gitar, tampil begitu menakjubkan.
Hebatnya, untuk menyaksikan musisi berbakat ini, umumnya kita bisa menonton gratis. Cukup membayar minuman saja. Buat saya yang menggemari musik brit rock, Cavern Club benar-benar memanjakan jiwa dan raga. Puas memanjakan diri dengan nuansa musik Inggris, keesokan harinya saya melanjutkan stadium tourke markas Liverpool, Anfield.
Saya memilih naik bus kota dengan tiket one day passsenilai 3 poundsterling. Dalam waktu 10 menit, saya sudah sampai di stadion, lalu mengikuti tur seharga 15–20 poundsterling. Sama seperti di Old Trafford, ada juga toko merchandiseyang bisa dikunjungi. Bagi saya, desain merchandise Liverpool lebih stylishdibanding MU.
Jadi, tak rugi jika membeli merchandisedi sini, walau harganya memang lebih mahal. Nah, hanya berjarak 800 meter dari Anfield, ada stadion milik Everton FC bernama Goodison Park yang juga bisa dikunjungi. Karena dekat, sayang rasanya jika dilewatkan.
Tur Bus di London
Hari kelima, saya melanjutkan perjalanan ke London dengan kereta. Dari Liverpool jaraknya 2,5 jam, dengan harga tiket 40–80 poundsterling, bergantung jam keberangkatan. Jika pergi pada jam sibuk, tiket kereta menjadi sangat mahal. Sebaliknya, pada jam sepi penumpang, tiket kereta dijual murah.
Sampai di London, ada cara termudah dan termurah untuk bisa mengunjungi tempat-tempat wisata populer, seperti Buckingham Palace, Big Ben, Trafalgar Square, dan London Eye. Caranya dengan menaiki bus Hop-On Hop-Off. Ada paket 24 jam, 48 jam, dan 72 jam yang bisa dipilih, bergantung keinginan dan ketersediaan waktu. Namun, saya menyarankan ambil yang 48 jam.
Jika mengambil paket ini, setidaknya ada lebih dari 70 tujuan wisata yang bisa dikunjungi, dengan harga 20–40 poundsterling. Naik bus Hop-On Hop-Off, kita akan diberi peta wisata. Jika sampai di satu tempat wisata, kita bisa turun. Namun, bus tetap jalan dan tidak menunggu. Kita bisa naik bus Hop-On Hop-Off yang datang berikutnya untuk mengantar ke tempat wisata selanjutnya.
Saya naik bus tersebut dari Baker Street, jalan yang populer sebagai tempat tinggal detektif fiksi Sherlock Holmes. Dari Baker Street, saya juga bisa melanjutkan perjalanan dengan kereta bawah tanah menuju Arsenal dan melakukan stadium tour. Bisa juga sekaligus melihat stadium markas Chelsea.
Mungkin banyak yang beranggapan bahwa berwisata ke Inggris akan merepotkan jika tidak menggunakan operator travel. Namun, dengan sistem transportasi yang begitu terpadu dan serbamudah, siapa saja sebenarnya bisa berkunjung ke negeri ini, mewujudkan mimpi melihat pesona sepak bola dan musik Inggris yang melegenda.
@herugunadi
TRAVELER
(ftr)