Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 20 Bagian 7

Rabu, 26 April 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Ketika dia memandang dan melihat bahwa yang muncul ini adalah gadis teman Sin Liong, gadis dari Pulau Es seperti yang diceritakan oleh The Kwat Lin, dia terkejut bukan main. Apalagi melihat Han Lojin, Ouw Sian Kok, dan Liu Bwee yang jelas membayangkan kelihaian.

"Panah roboh mereka!" Tiba-tiba berteriak sambil melompat jauh ke belakang untuk memberi kesempatan kepada dua belas orang pembantunya menyerang empat orang ini.

Dua belas orang itu adalah anak buah Kiam-mo Cai-li dari Rawa Bangkai yang telah dididik khusus mempergunakan anak panah berapi. Ketika mereka mendengar aba-aba ini dan mengenai wajah Swat Hong sebagai gadis yang pernah menyerbu Rawa Bangkai, cepat mereka membidikkan anak panah mereka, dan tampaklah sinar-sinar berapi menyambar kepada empat orang itu.

"Wir-wir-wir....!!"

Mengerikan sekali datangnya anak-anak panah yang ujungnya bernyala itu, dapat dibayangkan betapa mengerikan kalau anak panah yang bernyala itu mengenai tubuh! Namun, empat orang itu bukanlah orang-orang sembarangan. Dengan amat mudahnya Han Lojin dan Ouw Sian Kok mengebutkan ujung baju meruntuhkan semua anak panah yang menyambar ke arah mereka, sedangkan Liu Bwee dan Swat Hong juga sudah meruntuhkan semua anak panah yang menyambar ke arah mereka dengan pedang sehingga anak-anak panah itu patah-patah.

"Iblis betina!" Swat Hong meloncat maju, pedangnya diputar cepat dan dia sudah menerjang Kiam-mo Cai-li dengan dahsyat.

"Tranggg! Trik-trikkk!" Pedang payung di tangan Kiann-mo Cai-li sudah menangkis dan kuku-kuku jarinya yang panjang mengeluarkan suara berjentrik ketika dia mencengkeram Ke arah Swat Hong yang dapat dielakkan oleh dara ini.

"Kalian hadapi mereka. Wanita itu lihai dan berbahaya, aku harus menjaga Swat Hong," kata Han Lojin kepada Ouw Sian Kok dan Liu Bwee. Liu Bwee mengangguk dan hatinya lega karena dengan bantuan kakek suaminya itu, dia tidak mengkhawatirkan keselamatan puterinya. Maka bersama Ouw Sian Kok dia lalu mengamuk dan celakalah dua belas orang anak buah Rawa Bangkai itu karena mana mungkin mereka dapat melawan dua orang lihai dari Pulau Es dan Pulau Neraka ini? Biarpun mereka semua telah menggunakan pedang dan golok menyerang dan mengeroyok, namun seorang demi seorang roboh dan tidak dapat bangkit kembali.

Adapun pertandingan antara Swat Heng melawan Kiam-mo Cal-li amat seru dan menegangkan. Biarpun pada dasarnya Swat Hong memiliki ilmu silat tinggi yang lebih murni dan kuat, namun menghadapi seorang datuk kaum sesat teperti Kiam-mo Cai-li yang amat cerdik dan banyak pengalaman, beberapa kali hampir saja dia terkena cakaran kuku panjang beracun itu. Tiga macam senjata Kiam-mo Cai-li amat membingungkan Swat Hong.

Dengan gerakan pedang yang cepat, Swat Hong dapat membendung pedang payung dan kuku-kuku jari tangan kiri iblis betina itu, bahkan dia mulai mendesak dengan permainan pedangnya yang cepat dan mengandung tenaga dingin itu.

"Mampuslah!" Swat Hong membentak dan pedangnya menusuk.

"Tranggg...! Brettt..,!!" Pedangnya bertemu dengan pedang payung dan berhasil menembus dan merobek kain payung, akan tetapi pedangnya itu tercepit di antara batang-batang payung sehingga kedua pedang bertemu dan saling melekat.

"Hi-hi-hik, kaulah yang mampus!" Kiam-mo Cai-li berseru, tangan kirinya bergerak mencengkeram ke arah dada Swat Hong. Kalau sampai kena dicengkeram kuku-kuku beracun itu, dada Swat Hong tentu akan berbahaya sekali.

"Plak!" Swat Hong sudah siap dan tangan kirinya menangkap pergelangan tangan lawan dari bawah. Kini terjadilah adu tenaga karena kedua tangan mereka sudah tidak bebas lagi.

Pada saat itu, rambut panjang Kiam-mo Cai-li bergerak menyambar ketika dia menggerakkan kepalanya sambil tertawa. Bagaikan ular hidup saja, gumpalan rambut itu menyambar dengan totokan maut! Swat Hong terkejut bukan main, namun hatinya menjedi lega kembali melihat berkelebatnya bayangan kakek buyutnya.

"Plakkk!!!" Rambut itu disambar oleh tangan Han Lojin.

"Aihhh... lepaskan...!" Kiam-mo Cai-li menjerit karena betapapun dia berusaha menarik rambutnya, tetap saja tidak dapat terlepas dan bahkan semakin erat.

"Swat Hong, lepaskan dia, mundurlah!" Han Lojin berseru.

Swat Hong tidak berani membantah, lalu melepaskan pegangan tangannya dan menarik pedangnya melompat mundur.

"Kiam-mo Cai-li, aku hanya ingin bertanya kepadamu!" Han Lojin berkata, suaranya halus. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0462 seconds (0.1#10.140)