Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 2 Bagian 3

Rabu, 14 Juni 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 2 Bagian 3
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Bening bersih gilang-gemilang

tiada ubahnya sepasang bintang

kerling tajam menggores jantung

kedip mesra membuat bingung

Bulu mata lentik berseri

bagai rumput panjang di pagi hari

sepasang alis hitam kecil melengkung

menggeliat-geliat malas kedua ujung!

"Kwee-kongcu..." kata pula Liu Sian melihat pemuda itu diam saja seperti patung, dalam hatinya geli bukan main.

"A..... oh......., Liu-siocia (Nona Liu), tidak patut saya menerima penghormatan ini...!" jawabnya gagap sambil cepat-cepat mengangkat kedua tangannya ke depan dada. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika ia merasa betapa angin pukulan menyambar dari arah kedua tangan gadis yang dirangkap di depan dada itu. Angin pukulan yang mengandung hawa panas dan yang tentu akan cukup membuat ia terjungkal dan terluka hebat.

Alangkah kecewanya hati Kwee Seng! Dara juwita ini, yang dalam sedetik telah membuat perasaannya morat-marit, yang kecantikannya memenuhi semua seleranya, menguasai seluruh cintanya, ternyata memiliki watak yang liar dan ganas! Sekilas teringat lagi ia akan pembunuhan tujuh orang pemuda tak berdosa dan seketika itu Kwee Seng merasa jantungnya sakit. Ia masih terpesona, masih kagum bukan main melihat dara jelita ini, namun kekaguman yang bercampur kekecewaan. Maka ia pun cepat mengarahkan tenaga ke arah ke dua tangannya yang membalas penghormatan.

"Aiiihhh...! Mengapa Kwee-kongcu demikian sungkan? Penghormatan kami sudah selayaknya!" kata Liu Lu Sian yng berseru untuk menutupi kekagetannya ketika angin pukulan yang keluar dari pengerahan sin-kang di kedua tangannya membalik seperti angin meniup benteng baja. Gadis ini sambil tersenyum manis menyambar guci arak pilihan dari tangan pelayan bersama sebuah cawan perak, lalu menuangkan arak ke dalam cawan itu.

Cawan sudah penuh, terlampau penuh akan tetapi anehnya, arak di dalam cawan tidak luber, tidak membanjir keluar. Permukaan arak melengkung ke atas berbentuk telur. Dengan tangan kanan memegang cawan yang terisi arak itu Liu Lu Sian berkata.

"Kehadiran Kwee-kongcu merupakan kehormatan besar, harap sudi menerima arak sebagai tanda terima kasih kami."

Kembali Kwee Seng tertegun. Dara juwita ini tidak saja cantik seperti bidadari, akan tetapi juga memiliki kepandaian hebat. Sin-kang yang diperlihatkan kali ini lebih halus, sehingga bagi orang biasa tentu merupakan perbuatan yang tak masuk akal, seperti sihir.

Akan tetapi makin kecewalah hati Kwee Seng karena ia menganggap bahwa gadis ini terlalu binal dan suka membuat malu orang lain. Kalau yang menerima arak sepenuh itu tidak memiliki sin-kang yang tinggi, apakah tidak akan mendatangkan malu karena araknya pasti akan tumpah semua begitu gadis ini melepaskan pegangannya?

"Siocia terlampau sungkan. Terlalu besar kehormatan ini bagi saya..." Kwee Seng menerima cawan sambil mengerahkan tenaganya sehingga ketika Lu Sian melepas cawan itu, arak yang terlalu penuh tetap melengkung di atas cawan tidak tumpah sedikitpun juga. Akan tetapi jantung Kwee Seng berdegup keras karena ketika ia menerima cawan tadi jari tangannya bersentuhan dengan kulit tangan yang halus sekali, sementara itu, hidungnya mencium bau harum semerbak yang luar biasa, bau harum bermacam bunga yang baru sekarang ia menciumnya karena tadi ia terlampau terpesona oleh kecantikan Lu Sian.

Ia tadi sudah berhati-hati sekali, sebagai seorang yang sopan, agar jari tangannya tidak menyentuh jari gadis itu, akan tetapi toh bersentuhan, maka ia tahu bahwa gadis itulah yang sengaja menyentuhkan tangannya! Berbarengan dengan datangnya degup jantung mengeras dan ganda harum yang memabokkan otak, timbul hasrat hati Kwee Seng untuk memamerkan kepandaiannya pula di depan gadis jelita yang berlagak ini. Ia segera menuangkan arak ke dalam mulutnya, mengangkat cawan tinggi ke atas mulut dan menuangkannya. Akan tetapi, sampai cawan itu membalik, araknya tetap tidak mau tumpah ke dalam mulut! Arak itu seakan-akan sudah membeku di dalam cawan!

"Ah, maaf... maaf... saya memang tidak biasa minum arak baik!" kata Kwee Seng sambil menurunkan lagi cawannya. Tiba-tiba ia membuka sedikit mulutnya dan dari cawan yang sudah berdiri lagi itu tiba-tiba meluncur arak seperti pancuran kecil menuju ke atas dan langsung memasuki cawan itu menjadi kering! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.1172 seconds (0.1#10.140)