Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 4 Bagian 5

Senin, 26 Juni 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Ma Thai Kun menjura dalam-dalam lalu membalikkan tubuh dan lenyap di antara pohon-pohon. Kauw Bian menarik napas panjang dan mengusap dua titik air matanya dari pipi.

"Kau menangis, Sute?" Liu Gan bertanya heran.

Dengan suara serak Kauw Bian menjawab, masih membalikkan tubuh memandang ke arah perginya Ma Thai Kun. "Perbuatan manusia selalu mendatangkan kebaikan dan keburukan, Twa-suheng. Kalau kita mengingat yang buruk-buruk saja memang dapat menimbulkan benci. Akan tetapi saya teringat akan kebaikan-kebaikan Ma-suheng selama menjadi kakak seperguruan, dan bagaimana hati saya takkan sedih melihat dia pergi untuk selamanya?

Betapapun juga, beginilah agaknya yang paling baik. Dengan penuh duka adikmu ini melihat betapapun juga Ma-suheng pergi membawa serta dendam dan kebencian yang hebat, yang tentu akan membuatnya nekat dan melakukan hal-hal yang berbahaya. Akan tetapi karena Twa-suheng mengusirnya, berarti bahwa semua perbuatannya tiada sangkut-pautnya dengan Beng-kauw."

Mendengar kata-kata ini, berkerut kening Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. "Hemmm, agaknya benar lagi pendapatmu tentang baik buruk yang lekat pada perbuatan manusia. Kwee Seng kelihatan seorang yang pilihan, akan tetapi siapa tahu sewaktu-waktu sifat buruknya akan menonjol pula. Kauw Bian Sute, kau kembalilah dan bantulah Suhengmu Liu Mo menjaga Beng-kauw dan beri laporan kepada Sri Baginda bahwa aku akan merantau selama dua tiga bulan."

"Twa-suheng hendak membayangi perjalanan Kwee Seng dan Lu Sian? Itu baik sekali, Twa-suheng, karena perjalanan bersama antara seorang pria dan wanita, sungguh merupakan bahaya besar yang bahayanya lebih banyak mengancam si wanita daripada si pria."

"Sute, kau benar-benar berpemandangan tajam. Nah, aku pergi!" Pat-jiu Sin-ong Liu Gan berkelebat, angin menyambar dan ia sudah lenyap dari depan Kauw Bian. Pemuda yang berpakaian sederhana seperti pengembala ini menarik napas panjang saking kagumnya, kemudian ia pun melangkah pergi dari hutan itu. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0441 seconds (0.1#10.140)