Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 8

Jum'at, 30 Juni 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 8
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
"Hemm, sialan benar. Dia dan lima orang lain melakukan pemerasan kepada beberapa orang pengungsi, malah mengganggu wanita. Yang lima kulukai, yang dua ini pemimpinnya, kubawa ke sini untuk kau adili."

"Jahanam!" Kam Si Ek menggerakkan kakinya menendang dan dua orang yang sial itu terlempar, kepala mereka membentur tembok, pecah dan tewas. Beginilah watak Kam Si Ek yang benci akan penyelewengan-penyelewengan. Akan tetapi kakak seperguruannya, wanita baju putih itu sudah meloncat pergi keluar untuk mencari pembunuh See-liong-sam-ci-moi. Kam Si Ek juga cepat lari ke luar setelah menyambar gendewa dan anak panahnya. Dalam ilmu silat boleh jadi dia kurang pandai, akan tetapi ilmu panahnya terkenal di seluruh Shansi, di samping ilmunya mengatur siasat perang dan ilmu menunggang kuda.

Ketika Kam Si Ek tiba di luar gedung, ia melihat para penjaga sudah ribut-ribut memandang ke atas. Ketika ia berdongak, ia melihat bahwa sucinya telah bertanding pedang dengan hebatnya melawan seorang gadis yang gerakannya lincah sekali. Bulan malam itu menerangi jagat, akan tetapi dari bawah ia tidak dapat melihat siapa adanya gadis yang bertanding melawan enci seperguruannya itu.

"Goblok!" terdengar wanita itu memaki, suaranya nyaring dan merdu, melengking menembus kesunyian malam. "Beginikah kalian membalas pertolongan orang?"

"Kau harus menyerah, tak boleh sembarangan membunuh orang di tempat kami," jawab sucinya dengan suaranya yang tegas.

Pada saat itu, entah mengapa, tiba-tiba sucinya kehilangan keseimbangan tubuhnya, terhuyung di atas genteng dan sesosok bayangan yang bergerak seperti terbang telah menyambar tubuh wanita itu.

Lu Sian kaget melihat lawannya wanita baju putih itu tiba-tiba menghentikan penyarangannya dan terhuyung, kemudian ia lebih kaget lagi ketika tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas dan tahu-tahu ia telah disambar orang dan dipanggul pergi! Ketika melihat bahwa yang memanggulnya adalah Kwee Seng, ia meronta-ronta, namun tidak berhasil melepaskan diri. Ingin ia menusukkan pedangnya pada punggung pemuda ini, namun totokan tadi membuat tubuhnya terlalu lemas.

Kam Si Ek sudah sejak tadi merasa berhutang budi kepada wanita yang ternyata telah menolongnya kalau tidak segera tertolong, rasanya ia takkan mampu menangkan See-liong-sam-ci-moi. Tadinya ia sudah hendak meloncat naik mencegah sucinya menyerang wanita itu, sekarang melihat seorang laki-laki muda berpakaian pelajar memondong wanita itu, ia menyangka bahwa tentulah pemuda itu, seorang jahat. Cepat ia memberi aba-aba untuk menyerang pemuda itu dengan anak panah, sedangkan ia sendiri pun lalu mementang gendawanya.

Akan tetapi pemuda itu hanya menengok sambil tersenyum. Wajah yang tampan itu tersinar bukan dan hatinya Kam Si Ek tercengang. Pemuda itu tampan bukan main dan senyumnya manis sekali! Tentu sebangsa jai-hwa-cat (penjahat cabul) yang hendak melarikan gadis dengan maksud kotor dan rendah!

"Lihat panah!" bentaknya dan sekali gendawanya menjepret, lima batang anak panah menyambar ke arah tubuh belakang Kwee Seng!

"Bagus!" Kwee Seng yang masih menengok itu tersenyum lebar dan memuji, karena kepandaian melepas panah itu benar-benar hebat. Lima anak panah itu menuju ke lima bagian jalan darah di punggung dan kakinya, dan dengan kecepatan yang luar biasa!

Cepat tangan kirinya mencabut kipasnya dan ia harus mengerahkan lwee-kangnya untuk mengebut dan meruntuhkan anak-anak panah itu. Akan tetapi kini para perajurit panah sudah pula ikut melepaskan anak panah, sedangkan Kam Si Ek dengan kecepatan luar biasa sudah pula menghujankan anak panahnya.

Terpaksa Kwee Seng kembali mengebut sambil mengerahkan sin-kang-nya, kemudian sekali berkelebat tubuhnya sudah meloncat jauh, kemudian berlari cepat setelah tubuhnya melayang turun dan sekali ia menggerakkan kakinya, ia telah meloncat ke atas tembok benteng. Hujan anak panah lagi dari kanan kiri, namun pelepasan anak panah oleh para perajurit itu tentu saja tidak begitu dihiraukan oleh Kwee Seng. Sekali kipasnya mengebut, angin kebutannya sudah membuat semua anak panah menyeleweng arahnya atau runtuh ke bawah. Kemudian ia meloncat keluar tembok dan lenyap! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0603 seconds (0.1#10.140)