Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 6 Bagian 2

Rabu, 05 Juli 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Di lain pihak, Bayisan kelihatan terkejut dan marah mendengar disebutnya nama ini. "Akhh, keparat! Jadi kau ini Kwee Seng, pelajar jembel tak tahu malu itu? Kau telah terlepas dari tangan maut Suhuku Ban-pi Lo-cia, sekarang kau tak mungkin terlepas dari tanganku!" setelah berkata demikian, Bayisan menyerang hebat dengan pedangnya.

Pedang itu digerakkan ke atas akan tetapi dari atas menyambar ke bawah dengan bacokan ke arah kepala, kemudian disusul gerakan menusuk dada. Hebat serangan ini, karena sekaligus dalam satu gerakan saja telah menjatuhkan dua serangan yaitu membacok kepala dan menusuk dada!

Akan tetapi Kwee Seng menggerakkan kedua kakinya dan tubuhnya mencelat ke belakang sejauh dua meter sambil meneguk araknya. Sekaligus dua serangan itu gagal sama sekali!

"Aih... aihhh... jadi kau ini murid Ban-pi Lo-cia? Pantas... pantas... Gurunya hidung belang, muridnya mata keranjang!"

Akan tetapi dengan gerakan kilat Bayisan sudah menerjang maju dan permainan pedangnya benar-benar hebat. Kiranya Bayisan bukanlah sembarang murid dari Ban-pi Lo-cia, agaknya sudah menerima gemblengan dan mewarisi ilmu silat bagian yang paling tinggi, di samping ilmu silat yang dipelajarinya dari orang-orang pandai di daerah utara dan barat. Pedang di tangannya berkelebatan berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan angin yang ditimbulkan mengeluarkan bunyi berdesingan mengerikan.

Diam-diam kwee seng kagum juga. Sayang sekali, pikirnya. Jarang ada orang muda dengan ilmu kepandaian sehebat ini, maka amatlah saying kepandaian begini baik jatuh pada diri seorang pemuda yang bermoral rendah. Orang dengan kepandaian seperti ini tentu akan dapt menjunjung tinggi nama besar suku bangsa Khitan yang memang terkenal sejak dulu sebagai suku bagsa yang kuat dan pengelana yang ulet. Menghadapi pedang Bayisan yang tak boleh dipandang ringan ini, terpaksa Kwee Seng mengeluarkan kipasnya dan dengan kipas di tangan kiri, barulah ia menghalau semua ancaman bahaya dari pedang itu.

Sebaliknya, Bayisan kaget sekali. Gurunya pernah bercerita bahwa di dunia kang-ouw muncul jago muda bernama Kwee Seng yang berjuluk Kim-mo-eng. Akan tetapi gurunya tidak bicara tentang kehebatan pemuda itu, maka sungguh kagetlah ia ketika melihat betapa pemuda itu hanya dengan kipas di tangan mampu menghadapi pedangnya, malah kini semua jalan pedangnya serasa buntu, lubang untuk menyerang tertutup sama sekali!

Celaka, pikirnya, andaikata ia dapat menangkan sastrawan muda itu, hal yang amat meragukan, tentu akan makan waktu lama sekali. Pertandingan melawan sastrawan ini tidak penting baginya, lebih penting lagi diri Lai Kui Lan yang ia tinggalkan dalam kamar hotel. Pengaruh totokannya tidak akan tahan lama, apalagi gadis itu memiliki ilmu kepandaian yang tidak rendah. Kalau ia terus melayani sastrawan ini dan Lai Kui Lan dapat membebaskan diri daripada totokan, tentu akan lterlepas dan lari. Kalau sudah lari kembali ke benteng, sukarlah untuk menangkapnya lagi. Ia akan menderita rugi dua kali, pertama, kehilangan calon korban yang begitu menggiurkan, ke dua, rencananya menarik Jenderal Kam Si Ek sebagai sekutu Khitan akan gagal sama sekali.

Berpikir demikian, pemuda Khitan yang cerdik ini lalu mengeluarkan seruan keras dan tinggi hampir merupakan suara lengking memekakkan telinga, kemudian pedangnya bergerak menusuk-nusuk seperti datangnya belasan batang anak panah. Kwee Seng terkejut. Lengking tadi hampir mencapai tingkat yang dapat membahayakan lawan. Kalau pemuda Khitan ini tekun berlatih dan menerima bimbingan orang pandai, tentu akan berhasil memiliki ilmu pekik semacam Saicu-ho-kang (Auman Singa) yang dapat melumpuhkan lawan hanya dengan pengerahan suara saja! Apalagi lengking itu disusul serangan pedang sehebat itu. Benar-benar pemuda Khitan ini mengagumkan dan berbahaya.

Kwee Seng cepat memutar kipasnya dan karena ia kuatir kipasnya akan rusak menghadapi hujan tusukan itu, ia mengalah dan meloncat ke belakang. Akan tetapi kesempatan itu dipergunakan oleh Bayisan untuk menggerakan tangan kirinya. Benda-benda hitam menyambar dan Kwee Seng mencium bau yang amat tidak enak ketika ia mengelak dan jarum-jarum hitam itu lewat di depan mukanya. Jarum-jarum beracun yang lebih jahat daripada jarum beracun milik Liu Lu Sian! Untuk menghilangkan bau tidak enak, ia meneguk araknya. Akan tetapi Bayisan meloncat pergi sambil berkata. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0650 seconds (0.1#10.140)