Nasi Boranan Khas Lamongan Menggugah Selera
Sabtu, 18 Juli 2020 - 12:16 WIB
“Saya biasanya berjualan mulai sore sekitar pukul 17.00 hingga 24.00 WIB. Akibat wabah Virus Korona, akhirnya saya hanya berjualan sampai pukul 21.00 WIB,” katanya sembari melayani pengunjung.
Salah satu pengunjung warung nasi boranan Mbak Sus, Rizal Bashoni (39) mengatakan, dalam seminggu sekali dia makan nasi boranan. Dia biasanya mengajak anak serta istrinya. Harganya yang cukup terjangkau dan rasanya juga enak, membuat dia ketagihan untuk terus menikmati makanan ini. “Saya biasanya datang ke warung ini (nasi boranan) untuk makan malam,” katanya. (Baca juga: Lezatnya Docang, Makanan Khas Cirebon)
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan menunjukkan, ada sebanyak 200 lebih pedagang nasi boran beroperasi di Lamongan. Mereka secara turun temurun membuat dan menjajakan nasi boranan. Dalam berjualan, mereka lebih banyak memilih di pinggir jalan secara lesehan. Mengingat banyak warga yang menyukai nasi boranan dan makin populer, tak heran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan berencana mematenkan Sego Boranan menjadi salah satu ikon daerah ini.
Menurut cerita dari mulut ke mulur, nasi boranan sudah ada sejak 1944. Menu ini berasal dari Dusun Kaotan, Desa Sumberejo, Lamongan. Di tahun tersebut hanya ada satu penjual, kemudian pada 1945 mulai bermunculan pedagang yang menjual nasi boranan. Di Lamongan, saat ini terdapat satu desa yang hampir 80 persen warganya menjual nasi boranan, yakni Desa Sumberejo, Lamongan. Tak hanya itu, cara memasak nasi ini pun masih menggunakan kayu bakar. (Lukman Hakim)
Salah satu pengunjung warung nasi boranan Mbak Sus, Rizal Bashoni (39) mengatakan, dalam seminggu sekali dia makan nasi boranan. Dia biasanya mengajak anak serta istrinya. Harganya yang cukup terjangkau dan rasanya juga enak, membuat dia ketagihan untuk terus menikmati makanan ini. “Saya biasanya datang ke warung ini (nasi boranan) untuk makan malam,” katanya. (Baca juga: Lezatnya Docang, Makanan Khas Cirebon)
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan menunjukkan, ada sebanyak 200 lebih pedagang nasi boran beroperasi di Lamongan. Mereka secara turun temurun membuat dan menjajakan nasi boranan. Dalam berjualan, mereka lebih banyak memilih di pinggir jalan secara lesehan. Mengingat banyak warga yang menyukai nasi boranan dan makin populer, tak heran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan berencana mematenkan Sego Boranan menjadi salah satu ikon daerah ini.
Menurut cerita dari mulut ke mulur, nasi boranan sudah ada sejak 1944. Menu ini berasal dari Dusun Kaotan, Desa Sumberejo, Lamongan. Di tahun tersebut hanya ada satu penjual, kemudian pada 1945 mulai bermunculan pedagang yang menjual nasi boranan. Di Lamongan, saat ini terdapat satu desa yang hampir 80 persen warganya menjual nasi boranan, yakni Desa Sumberejo, Lamongan. Tak hanya itu, cara memasak nasi ini pun masih menggunakan kayu bakar. (Lukman Hakim)
(ysw)
tulis komentar anda