Jadi Ajang Reuni Sastra, Ini Kenangan Mahasiswa Sapardi Angkatan '84
Minggu, 19 Juli 2020 - 16:30 WIB
TANGERANG SELATAN - Suasana duka tampak menggantung di langit rumah almarhum Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Kompleks Dosen UI, Jalan Ir. H. Djuanda, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Tidak hanya bagi keluarga dan saudara, tapi juga keluarga besar Universitas Indonesia (UI) tempatnya mengajar dulu.
Kepergian Sapardi menyambung tali silaturahmi para alumni sastra UI yang sempat diajarnya. Begitu pun dengan teman-temannya sesama penulis dan sastrawan, semua tampak bersama lagi. (
)
Yanusa Nugroho, salah seorang mahasiswa Sapardi tahun 1984, adalah salah satunya. Sejak mendapat kabar duka kepergian almarhum tadi pagi, dirinya langsung ngacir ke rumah duka yang sangat dikenalnya.
"Selain memang sebagai penyair, dia luar biasa. Dia banyak membimbing dan menumbuhkan semangat orang-orang untuk bersastra," katanya kepada SINDOnews saat ditemui di rumah duka pada Minggu (19/7).
Dalam memorinya, Sapardi dikenal sebagai sosok yang sangat intens terhadap dunia sastra. Dia juga orang yang sangat pandai bermain musik, terutama gitar blues.
"Saya dulu tiap malam minggu pasti ke rumah beliau. Lumayan dapat kuliah tambahan, ngobrol semalam suntuk soal sejarah sastra Indonesia, Inggris, hingga musik. Itu sebabnya banyak yang kehilangan," sambung Yanusa.
Lebih lanjut Yanusa mengaku, sangat kaget saat mendengar kabar Sapardi meninggal dunia . Pasalnya, baru minggu lalu dirinya berkomunikasi dan melakukan video call dengan Sapardi melalui telepon genggam.
"Saya terakhir komunikasi minggu lalu di RS Eka. Saat itu kondisinya lemah, tapi semangat hidupnya sangat luar biasa. Makanya kaget juga pagi dapat kabar begitu," ungkapnya. ( )
Yanusa pun mengaku, sempat terlibat kerja kreatif bersama dengan dosennya itu. Pekerjaan tersebut yakni Pekan Apresiasi Sastra 88, cikal bakal Musikalisasi Puisi. Saat itu, dirinya menjabat sekretaris Sapardi.
Seperti diberitakan, Sapardi meninggal dunia tadi pagi sekira jam 09.17 WIB di Eka Hospital BSD pada usia 80 tahun. Sapardi meninggal karena mengalami penurunan fungsi organ.
Kepergian Sapardi menyambung tali silaturahmi para alumni sastra UI yang sempat diajarnya. Begitu pun dengan teman-temannya sesama penulis dan sastrawan, semua tampak bersama lagi. (
Baca Juga
Yanusa Nugroho, salah seorang mahasiswa Sapardi tahun 1984, adalah salah satunya. Sejak mendapat kabar duka kepergian almarhum tadi pagi, dirinya langsung ngacir ke rumah duka yang sangat dikenalnya.
"Selain memang sebagai penyair, dia luar biasa. Dia banyak membimbing dan menumbuhkan semangat orang-orang untuk bersastra," katanya kepada SINDOnews saat ditemui di rumah duka pada Minggu (19/7).
Dalam memorinya, Sapardi dikenal sebagai sosok yang sangat intens terhadap dunia sastra. Dia juga orang yang sangat pandai bermain musik, terutama gitar blues.
"Saya dulu tiap malam minggu pasti ke rumah beliau. Lumayan dapat kuliah tambahan, ngobrol semalam suntuk soal sejarah sastra Indonesia, Inggris, hingga musik. Itu sebabnya banyak yang kehilangan," sambung Yanusa.
Lebih lanjut Yanusa mengaku, sangat kaget saat mendengar kabar Sapardi meninggal dunia . Pasalnya, baru minggu lalu dirinya berkomunikasi dan melakukan video call dengan Sapardi melalui telepon genggam.
"Saya terakhir komunikasi minggu lalu di RS Eka. Saat itu kondisinya lemah, tapi semangat hidupnya sangat luar biasa. Makanya kaget juga pagi dapat kabar begitu," ungkapnya. ( )
Yanusa pun mengaku, sempat terlibat kerja kreatif bersama dengan dosennya itu. Pekerjaan tersebut yakni Pekan Apresiasi Sastra 88, cikal bakal Musikalisasi Puisi. Saat itu, dirinya menjabat sekretaris Sapardi.
Seperti diberitakan, Sapardi meninggal dunia tadi pagi sekira jam 09.17 WIB di Eka Hospital BSD pada usia 80 tahun. Sapardi meninggal karena mengalami penurunan fungsi organ.
(tsa)
tulis komentar anda