Laku Bablas Selebritas Sepelekan Bahaya Virus Corona
Rabu, 22 Juli 2020 - 08:18 WIB
Sosiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto, mengatakan, sikap selebritas dan pemengaruh yang menyepelekan bahaya korona sangat mungkin akan memengaruhi penggemar untuk memiliki sikap yang sama dengan idola mereka. “Ada namanya sindrom bintang. Fans itu imitatif, suka meniru. Mereka yang adiksi terhadap idolanya tidak hanya meniru penampilan fisik, tapi juga percaya pada apa yang diomongkan idolanya,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Sikap selebritas yang menyepelekan bahaya korona bisa dipicu tiga hal. Pertama, minimnya literasi informasi terkait Covid-19. Akibat minimnya bahan bacaan, selebritas bersangkutan akhirnya memberi tafsir sendiri tentang korona. “Ini berbeda dengan selebritas yang punya pengetahuan cukup karena membaca, mereka lebih bijak dan realistis dalam menyikapi situasi,” kata Bagong.
Faktor kedua, sikap emosional selebritas di tengah situasi sulit akibat pandemi. Menurut Bagong, banyak artis yang harus kehilangan sumber pendapatan akibat sepinya job. Lalu kekecewaan tersebut diekspresikan tanpa sadar bahwa itu keliru dan berbahaya. (Baca juga: Selebriti Ajak Masyarakat Sebarkan Informasi komprehensif Tentang Covid-19)
Faktor ketiga, menurut Bagong, selebritas perlu meningkatkan popularitas. Hal yang sama juga berlaku pada influencer di media sosial yang ingin menambah jumlah followers.
Peran selebritas dinilai penting dalam memengaruhi publik di tengah situasi pandemi ini. Hal itu juga disadari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada Selasa (14/7/2020) Jokowi mengundang sejumlah artis Tanah Air ke Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan tertutup itu membahas berbagai hal, di antaranya Jokowi meminta agar selebritas menyosialisasikan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Selebritas yang hadir di antaranya Ari Lasso, Andre Taulany, Raffi Ahmad, Desta, dan Boy William. (Lihat videonya: Miris, Tak Punya HP Anak Pemulung Numpang Belajar di Rumah Tetangga)
Bagong menyebut Jokowi melakukan itu karena sadar bahwa butuh pendekatan persuasif untuk menyukseskan kampanye melawan virus korona di kalangan anak muda. Selama ini pemerintah lebih banyak berbicara bahaya korona dari aspek medisnya, misalnya yang disampaikan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Hal seperti ini dinilai tidak menarik minat kalangan milenial. Maka itu digunakanlah peran selebritas. “Anak muda butuh idiom. Makanya selebritas itu dijadikan model untuk mengampanyekan bahwa protokol kesehatan itu bagian lifestyle,” ujar Bagong. (Bakti M Munir)
Sikap selebritas yang menyepelekan bahaya korona bisa dipicu tiga hal. Pertama, minimnya literasi informasi terkait Covid-19. Akibat minimnya bahan bacaan, selebritas bersangkutan akhirnya memberi tafsir sendiri tentang korona. “Ini berbeda dengan selebritas yang punya pengetahuan cukup karena membaca, mereka lebih bijak dan realistis dalam menyikapi situasi,” kata Bagong.
Faktor kedua, sikap emosional selebritas di tengah situasi sulit akibat pandemi. Menurut Bagong, banyak artis yang harus kehilangan sumber pendapatan akibat sepinya job. Lalu kekecewaan tersebut diekspresikan tanpa sadar bahwa itu keliru dan berbahaya. (Baca juga: Selebriti Ajak Masyarakat Sebarkan Informasi komprehensif Tentang Covid-19)
Faktor ketiga, menurut Bagong, selebritas perlu meningkatkan popularitas. Hal yang sama juga berlaku pada influencer di media sosial yang ingin menambah jumlah followers.
Peran selebritas dinilai penting dalam memengaruhi publik di tengah situasi pandemi ini. Hal itu juga disadari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada Selasa (14/7/2020) Jokowi mengundang sejumlah artis Tanah Air ke Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan tertutup itu membahas berbagai hal, di antaranya Jokowi meminta agar selebritas menyosialisasikan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Selebritas yang hadir di antaranya Ari Lasso, Andre Taulany, Raffi Ahmad, Desta, dan Boy William. (Lihat videonya: Miris, Tak Punya HP Anak Pemulung Numpang Belajar di Rumah Tetangga)
Bagong menyebut Jokowi melakukan itu karena sadar bahwa butuh pendekatan persuasif untuk menyukseskan kampanye melawan virus korona di kalangan anak muda. Selama ini pemerintah lebih banyak berbicara bahaya korona dari aspek medisnya, misalnya yang disampaikan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Hal seperti ini dinilai tidak menarik minat kalangan milenial. Maka itu digunakanlah peran selebritas. “Anak muda butuh idiom. Makanya selebritas itu dijadikan model untuk mengampanyekan bahwa protokol kesehatan itu bagian lifestyle,” ujar Bagong. (Bakti M Munir)
(ysw)
tulis komentar anda