Diwariskan dari Generasi ke Generasi, Tenun Sasak Penuh dengan Makna
Sabtu, 06 Mei 2023 - 23:04 WIB
JAKARTA - Indonesia dikenal kaya akan budaya dan kesenian tradisional. Salah satu kekayaan nusantara adalah wastra atau kain tradisional yang sangat beragam danpenuh dengan filosofi.
Berbagai wastra mempunyai proses pembuatan serta fungsi yang dibuat sesuai dengan adat istiadat daerah setempat. Tenun Sasak merupakan salah satu kain tradisional milik masyarakat pulau Lombok yang cukup populer.
Suku Sasak dikenal sebagai suku asli di Pulau Lombok. Beberapa desa di pulau ini masih mempertahankan tradisi adatnya, di mana para wanita ladzim membuat sendiri pakaiannya dengan menenun sendiri kain yang digunakan sebagai bahan.
Seperti dikutip dari laman Kemdikbud, kain tersebut tak hanya digunakan untuk pakaian sehari-hari tetapi juga dalam upacara adat dan keagamaan. Oleh karenanya, keahlian menenun diwariskan dari generasi ke generasi suku Sasak sejak dini.
Bahkan, perempuan Suku Sasak harus mampu menenun sebagai syarat agar bisa menikah. Tak hanya sebagai salah satu syarat untuk menjalani kehidupan baru, tetapi kain dengan motif tertentu yang memiliki simbol kasih sayang dan penuntun hidup.
Hal tersebut digambarkan dari tradisi di mana seorang yang baru lahir akan dibuatkan kain tenun khusus yang dinamakan Tenun Umbaq. Motifnya berupa garis-garis dengan rumbai dan diikat dengan kepeng (uang) yang bolong pada bagian tengahnya.
Fungsi dari kain ini bisanya digunakan untuk menggendong anak, sebagai simbol kasih sayang orang tua pada anaknya. Saat anak telah beranjak dewasa, maka kain akan disimpan hingga akhir usianya sebagai penuntun hidup.
Proses pembuatan kain tenun suku Sasak masih sangat alami. Selain menggunakan alat tenun tradisional yang hanya berukuran 1x1 meter, yang pastinya memakan waktu cukup lama, para wanita Sasak memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan satu buah kain.
Itu tak lepas dari proses pembuatan motif yang terbilang rumit. Keunikan lainnya ditemukan pada proses pewarnaan. Di mana bahan-bahan yang digunakan berasal dari pewarna alami seperti kunyit, getah pohon, daun sirih, daun pandan, dan warna ungu yang terdapat dari kulit buah manggis.
Untuk jenis kain tenun Sasak terbagi menjadi dua, yakni kain tenun Songket dan kain tenun ikat dimana keduanya memiliki motif, warna, yang berbeda.
Berbagai wastra mempunyai proses pembuatan serta fungsi yang dibuat sesuai dengan adat istiadat daerah setempat. Tenun Sasak merupakan salah satu kain tradisional milik masyarakat pulau Lombok yang cukup populer.
Suku Sasak dikenal sebagai suku asli di Pulau Lombok. Beberapa desa di pulau ini masih mempertahankan tradisi adatnya, di mana para wanita ladzim membuat sendiri pakaiannya dengan menenun sendiri kain yang digunakan sebagai bahan.
Seperti dikutip dari laman Kemdikbud, kain tersebut tak hanya digunakan untuk pakaian sehari-hari tetapi juga dalam upacara adat dan keagamaan. Oleh karenanya, keahlian menenun diwariskan dari generasi ke generasi suku Sasak sejak dini.
Bahkan, perempuan Suku Sasak harus mampu menenun sebagai syarat agar bisa menikah. Tak hanya sebagai salah satu syarat untuk menjalani kehidupan baru, tetapi kain dengan motif tertentu yang memiliki simbol kasih sayang dan penuntun hidup.
Hal tersebut digambarkan dari tradisi di mana seorang yang baru lahir akan dibuatkan kain tenun khusus yang dinamakan Tenun Umbaq. Motifnya berupa garis-garis dengan rumbai dan diikat dengan kepeng (uang) yang bolong pada bagian tengahnya.
Fungsi dari kain ini bisanya digunakan untuk menggendong anak, sebagai simbol kasih sayang orang tua pada anaknya. Saat anak telah beranjak dewasa, maka kain akan disimpan hingga akhir usianya sebagai penuntun hidup.
Proses pembuatan kain tenun suku Sasak masih sangat alami. Selain menggunakan alat tenun tradisional yang hanya berukuran 1x1 meter, yang pastinya memakan waktu cukup lama, para wanita Sasak memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan satu buah kain.
Itu tak lepas dari proses pembuatan motif yang terbilang rumit. Keunikan lainnya ditemukan pada proses pewarnaan. Di mana bahan-bahan yang digunakan berasal dari pewarna alami seperti kunyit, getah pohon, daun sirih, daun pandan, dan warna ungu yang terdapat dari kulit buah manggis.
Baca Juga
Untuk jenis kain tenun Sasak terbagi menjadi dua, yakni kain tenun Songket dan kain tenun ikat dimana keduanya memiliki motif, warna, yang berbeda.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda