Melirik Tren Fashion 2025
Sabtu, 25 Juli 2020 - 10:08 WIB
JAKARTA - Ternyata dengan berkembangnya fashion ecommerce, berkembang juga pola para konsumen. Mereka tidak hanya membeli yang didikte tren dari para fashion savvy and fashion designers, mereka memilih dan dengan konsisten membeli apa yang mereka suka.
Dalam jangka panjang, tren seperti ini mungkin akan memicu adanya saturasi, tapi tidak menurut Highsnobiety. Ketika hadir kemewahan dan haute couture, maka akan ada perubahan yang signifikan.
“The luxury market sedang mengalami transformasi radikal. Pada 2026, Millennials dan Gen Z akan membuat pengeluaran lebih dari 60 persen, jumlah yang jauh lebih tinggi dari yang dikabarkan sebelumnya,” tulis The F Thing .
“Pergeseran generasi besar ini akan memiliki dampak luas pada perilaku, nilai-nilai, dan keinginan konsumen, dan sangat penting bagi merek untuk mulai merencanakan sekarang untuk realitas baru ini,” sambungnya.
Berdasarkan spesialis analisa pasar dan prospektif yaitu web Kantar, tren mode akan didominasi oleh 5 pemain top yaitu Uniqlo, Inditex, H&M, dan TJX (dan Old Navy). (Baca juga: Wajib Tahu, 5 Trik Makeup yang Bikin Anda Lebih Cantik ).
Pasar fashion ini secara global bisa meraih sales sebesar USD6,7 miliar, meningkat kurang lebih 5% dibanding tahun lalu. Sementara, fashion ecommerce diperkirakan meraih pertumbuhan lebih besar sebanyak 16% dibanding 2019, dengan total pendapatan sebanyak USD861 miliar.
“Penjualan online, yang mewakili 12% penjualan ritel global saat ini harus meningkat empat kali lebih cepat dari transaksi fisik dalam lima tahun. Pada 2021, garis pendapatan yang dihasilkan USD1 triliun akan dilewati. Jumlah ini akan mencapai USD1.600 miliar pada 2025,” sebutnya.
Yang menarik, angka ini didukung secara masif oleh pesatnya demand di negara Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara. Nggak terbatas hanya dari China, tapi market terbesar Asia saat ini juga termasuk India dan Indonesia. Alibaba dan Grab termasuk yang melihat potensi ini. Dengan cepatnya pertumbuhan konsumen, tren pun berubah.
“Jelas bahwa budaya saat ini bukanlah sesuatu yang dibuat dari batu, melainkan dinamika yang dibangun dari hari ke hari dalam percakapan terus-menerus antara orang, merek, pencipta, dan berbagai institusi. Merek yang mampu berpartisipasi dalam kredibilitas - merek yang menawarkan narasi otentik dan intervensi budaya yang jujur - adalah merek yang mampu membangun hubungan yang langgeng dengan konsumen generasi berikutnya. Sudah jelas bahwa merek-merek mewah dan fesyen yang sukses tidak hanya menyiarkan ke konsumen, tetapi juga ke budaya yang lebih luas di sekitarnya,” tutupnya.
Dalam jangka panjang, tren seperti ini mungkin akan memicu adanya saturasi, tapi tidak menurut Highsnobiety. Ketika hadir kemewahan dan haute couture, maka akan ada perubahan yang signifikan.
“The luxury market sedang mengalami transformasi radikal. Pada 2026, Millennials dan Gen Z akan membuat pengeluaran lebih dari 60 persen, jumlah yang jauh lebih tinggi dari yang dikabarkan sebelumnya,” tulis The F Thing .
“Pergeseran generasi besar ini akan memiliki dampak luas pada perilaku, nilai-nilai, dan keinginan konsumen, dan sangat penting bagi merek untuk mulai merencanakan sekarang untuk realitas baru ini,” sambungnya.
Berdasarkan spesialis analisa pasar dan prospektif yaitu web Kantar, tren mode akan didominasi oleh 5 pemain top yaitu Uniqlo, Inditex, H&M, dan TJX (dan Old Navy). (Baca juga: Wajib Tahu, 5 Trik Makeup yang Bikin Anda Lebih Cantik ).
Pasar fashion ini secara global bisa meraih sales sebesar USD6,7 miliar, meningkat kurang lebih 5% dibanding tahun lalu. Sementara, fashion ecommerce diperkirakan meraih pertumbuhan lebih besar sebanyak 16% dibanding 2019, dengan total pendapatan sebanyak USD861 miliar.
“Penjualan online, yang mewakili 12% penjualan ritel global saat ini harus meningkat empat kali lebih cepat dari transaksi fisik dalam lima tahun. Pada 2021, garis pendapatan yang dihasilkan USD1 triliun akan dilewati. Jumlah ini akan mencapai USD1.600 miliar pada 2025,” sebutnya.
Yang menarik, angka ini didukung secara masif oleh pesatnya demand di negara Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara. Nggak terbatas hanya dari China, tapi market terbesar Asia saat ini juga termasuk India dan Indonesia. Alibaba dan Grab termasuk yang melihat potensi ini. Dengan cepatnya pertumbuhan konsumen, tren pun berubah.
“Jelas bahwa budaya saat ini bukanlah sesuatu yang dibuat dari batu, melainkan dinamika yang dibangun dari hari ke hari dalam percakapan terus-menerus antara orang, merek, pencipta, dan berbagai institusi. Merek yang mampu berpartisipasi dalam kredibilitas - merek yang menawarkan narasi otentik dan intervensi budaya yang jujur - adalah merek yang mampu membangun hubungan yang langgeng dengan konsumen generasi berikutnya. Sudah jelas bahwa merek-merek mewah dan fesyen yang sukses tidak hanya menyiarkan ke konsumen, tetapi juga ke budaya yang lebih luas di sekitarnya,” tutupnya.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda