Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Hidup
Sabtu, 25 Juli 2020 - 13:42 WIB
Barista juga harus komunikatif dengan pelanggan. Menurut Tuti barista sebaiknya harus bisa mengedukasi asal muasal kopi yang disajikan ke pelanggan. Sehingga tidak jarang barista akan mengambil langsung kopi dari petani agar tahu cerita kopi yang diraciknya.
Tuti bercerita, untuk mengetahui kenikmatan kopi dari rasa kopi tidak mudah apalagi soal wangi. Wangi kopi saat sedang tahap roasting baginya seolah dapat membiusnya. "Tidak pernah bosan, wangi kopi itu juga bermacam-macam dari setiap daerah ada saja wangi baru yang muncul," ucapnya penuh semangat.
Dua dekade menjalani hari-hari bersentuhan dengan kopi hingga dia megaku tidak sedikit pun bisa dia tinggalkan. Menurut Tuti, pada tahun 2010 dirinya pernah akan hengkang dari dunia kopi. Namun nyatanya hal itu hanya berlangsung dua hari saja. Tuti kembali dan mengejar jenis kopi terbaru lagi.
Tuti menjalani hari-harinya dengan mendedikasikan dirinya pada industri kopi di Tanah Air. Hal ini agar profesi barista lebih berkualitas karena semakin banyak dibutuhkan pasar di masa depan.
Cerita lain tetang kopi juga datang dari pemuda Lampung, bermana Arief Wardana (23). Dia lahir dari keluarga petani di salah satu provinsi penghasil kopi terbaik di Indonesia. (Baca juga: Mohon Tidak Panik, Kondisi Pasar Keuangan Sudah Membaik)
Kopi juga menjadi bagian hidupnya, berkat kopi, hidup keluarganya terbantu memenuhi segala kebutuhan pokok hingga membiayai kuliahnya di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setelah lulus nanti, Arief tak akan jauh-jauh lagi meninggalkan kampung halamannya. Dia akan kembali ke Liwa, Lampung Barat, dan akan memaksimalkan potensi kopi robusta di sana.
"Saya yakin masih bisa dikembangkan jika diolah dengan benar dan meyakinkan para petani akan hasil kopinya. Karena kebanyakan petani di Lampung cenderung membuka kebun kopi nya bersama lahan sayur-sayuran. Mereka berpikir jauh lebih menguntungkan jika ditanam sayur yang panennya bisa bulanan sekali, sementara kopi tahunan,” jelas mahasiswa semester akhir di jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.
Padahal lanjut dia, jika kebun kopi ditanam bersama sayur-mayur maka rasa kopi yang dihasilkan akan berkurang.
Setelah lulus meracik dan belajar kopi di sekolah kopi di kampusnya. Dari situ Arief menyadari kopi memiliki citarasa yang beragam dan semakin tertarik untuk mencicipi seluruh kopi dari berbagai daerah di Indonesia.
Tuti bercerita, untuk mengetahui kenikmatan kopi dari rasa kopi tidak mudah apalagi soal wangi. Wangi kopi saat sedang tahap roasting baginya seolah dapat membiusnya. "Tidak pernah bosan, wangi kopi itu juga bermacam-macam dari setiap daerah ada saja wangi baru yang muncul," ucapnya penuh semangat.
Dua dekade menjalani hari-hari bersentuhan dengan kopi hingga dia megaku tidak sedikit pun bisa dia tinggalkan. Menurut Tuti, pada tahun 2010 dirinya pernah akan hengkang dari dunia kopi. Namun nyatanya hal itu hanya berlangsung dua hari saja. Tuti kembali dan mengejar jenis kopi terbaru lagi.
Tuti menjalani hari-harinya dengan mendedikasikan dirinya pada industri kopi di Tanah Air. Hal ini agar profesi barista lebih berkualitas karena semakin banyak dibutuhkan pasar di masa depan.
Cerita lain tetang kopi juga datang dari pemuda Lampung, bermana Arief Wardana (23). Dia lahir dari keluarga petani di salah satu provinsi penghasil kopi terbaik di Indonesia. (Baca juga: Mohon Tidak Panik, Kondisi Pasar Keuangan Sudah Membaik)
Kopi juga menjadi bagian hidupnya, berkat kopi, hidup keluarganya terbantu memenuhi segala kebutuhan pokok hingga membiayai kuliahnya di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setelah lulus nanti, Arief tak akan jauh-jauh lagi meninggalkan kampung halamannya. Dia akan kembali ke Liwa, Lampung Barat, dan akan memaksimalkan potensi kopi robusta di sana.
"Saya yakin masih bisa dikembangkan jika diolah dengan benar dan meyakinkan para petani akan hasil kopinya. Karena kebanyakan petani di Lampung cenderung membuka kebun kopi nya bersama lahan sayur-sayuran. Mereka berpikir jauh lebih menguntungkan jika ditanam sayur yang panennya bisa bulanan sekali, sementara kopi tahunan,” jelas mahasiswa semester akhir di jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.
Padahal lanjut dia, jika kebun kopi ditanam bersama sayur-mayur maka rasa kopi yang dihasilkan akan berkurang.
Setelah lulus meracik dan belajar kopi di sekolah kopi di kampusnya. Dari situ Arief menyadari kopi memiliki citarasa yang beragam dan semakin tertarik untuk mencicipi seluruh kopi dari berbagai daerah di Indonesia.
tulis komentar anda