Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Hidup

Sabtu, 25 Juli 2020 - 13:42 WIB
"Kopi itu punya citarasa asam, floral, fruity, chocolate karena sudah menikmati berbagai macam kopi dari seluruh Indonesia dengan berbagai metode seduh kopi yang bermacam-macam," ungkapnya.

Arief yang saat ini berada di kampung halamannya akibat pandemi ini mulai membantu sang kakek di kebun kopi, perlahan mulai mengubah kebiasaan petani. Impiannya bulat menjadi petani kopi dan akan terus mengawasi bahkan hingga pengolahan pascapanen. (Baca juga: Teh dan Kopi Indonesia Makin Diminati Pasar Asean)

Menurut Arief jika penanaman kopi dilakukan dengan benar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Misalnya untuk robusta per Kg bisa Rp 40.000 dan Arabika Rp100.000. Arief bercerita petani di desanya biasa menjual ke tengkulak seharga Rp18.000 per Kg. Padahal penghasilan utaman para petani hanya dari bertani kopi sehingga banyak dari mereka hidup tidak layak.

"Dijual murah karena proses pengolahan pascapanen seperti petik merah, sortir, grading, cacat fisik kopinya tidak diperhatikan," ujarnya.

Arief pun sekarang giat mengedukasi keluarga juga sesama rekan petani agar memperbaiki proses budidaya kopi supaya hasil kopi berkualitas. Seperti memangkas ranting-ranting yang kurang menghasilkan, menggunakan pupuk organik, menjaga sanitasi lingkungan. Dan yang lebih penting pada proses pengolahan pascapanen seperti memperhatikan proses dry, wash, atau fermentation, kemudian melakukan petik merah, sortasi, grading, penyimpanan green beans dan proses roasting. (Lihat videonya: Usai Memesan Minuman, Seorang Pengunjung Warkop Tiba-tiba Meninggal)

Selain jadi petani, pemuda ini juga ingin membuka kedai kopi di Lampung. Berkat ilmu di sekolah kopi, dia sudah bisa meracik kopi sendiri dengan alat sederhana untuk teman-teman di kampus.

Saat ini, Arief sudah berjualan biji kopi roasted dan bubuk kopi jenis robusta dan arabika dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lampung, Sidikalang, Java Preanger, Gn Slamet. Dia mengemas kopi dalam kemasan 100 gram dan 250 gram serta cerita mengenai kopi tersebut dalam setiap kemasannya.

"Saya mencari ragam kopi dari banyak daerah dan biasanya ada cerita dibaliknya. Sehingga konsumen yang membeli tau sejarah darimana kopi berasal," tutupnya. (Ananda Nararya)
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More