Penting dan Dibutuhkan Bayi, ASI Makin Tersia-siakan

Rabu, 29 Juli 2020 - 07:10 WIB
Foto/dok
JAKARTA - Dampak kurangnya asupan air susu ibu (ASI) tidak boleh dianggap enteng. Menurut data WHO, 53% penyebab kematian bayi akibat kurangnya nutrisi dimasa vital, yakni saat perkembangan otak di periode emas kehidupannya.

Siapa pun tahu air susi ibu (ASI) merupakan nutrisi yang teramat penting dan dibutuhkan untuk bayi. Tapi fakta tersebut ternyata tidak selaras dengan implementasi di lapangan. Kondisi tersebut terjadi karena ketidakpahaman ibu-ibu dan kegagalan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyosialisasikan manfaat ASI secara luas.

Kondisi ini bisa terlihat berdasarkan laporan Riskesdas sejak 2003-2018, seperti diungkap penelitian bertema ”Breastfeeding Knowledge, Attitude, and Practice among White-Collar and Blue-Collar Workers in Indonesia” yang dipublikasikan di jurnal internasional, JKMS, edisi 2019 lalu. (Baca: Berikan ASI untuk Tumbuh Kembang Optimal)



Dari data yang diperoleh, terungkap prevalensi ASI eksklusif Indonesia tidak membaik signifikan, hanya berkisar antara 32% hingga 38%. Padahal, target nasional yang ditetapkan 80%. Penelitian juga mengungkapkan, sebagian besar ibu pekerja di Indonesia masih memiliki pengetahuan dan perilaku kurang baik terhadap menyusui.

Dampak kurangnya asupan ASI untuk bayi juga tidak boleh dianggap enteng. Menurut data WHO, 53% penyebab kematian bayi berasal dari kurangnya nutrisi di masa vital, yakni saat perkembangan otak di periode emas kehidupannya. Artinya, kesadaran pentingnya ASI untuk balita perlu digugah kembali bersamaan dengan momen Pekan Menyusui Dunia (World Breastfeeding Week) yang jatuh mulai pekan ini atau 1 Agustus. Mendorong pemanfaatan ASI harus terus digelorakan demi mewujudkan generasi sehat untuk masa depan bangsa yang tangguh.

Anggota Komisi IX DPR Anggia Ermarini dan Netty Prasetiyani mengingatkan bahwa ASI menjadi pekerjaan rumah serius bagi pemerintah. Mereka mendorong pemerintah tidak henti menyosialisasikan pentingnya ASI dan melibatkan semua komponen masyarakat untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Sayangnya pihak Kementerian Kesehatan tidak memberi konfirmasi dengan alasan birokratis.

"Hal yang harus dilakukan pemerintah adalah bagaimana terus menyosialisasikan pentingnya ASI untuk bayi. Bicara soal gizi anak itu bukan selalu kasih PMT (pemberian makanan tambahan), makanan tambahan. ASI itu justru lebih punya peran," ujar Anggia, kepada Koran SINDO.

Ketua Umum PP Fatayat ini mengakui bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menggugah kesadaran pemanfaatan ASI untuk bayi. Karena itu, pemerintah perlu melibatkan ormas atau komunitas. Dia mencontohkan, Fatayat melakukan sosialisasi pemberian ASI yang dikemas dengan pendekatan keagamaan dan ideologi di Brebes, Jawa Tengah, dengan hasil sangat efektif.

"Kerja bareng dengan tokoh agama itu signifikan. Kita kasih informasi ke tokoh agama, ini loh landasannya begini, strategi yang kita pakai. Kalau tokoh agama kan orang yang punya ilmu, jadi kita tidak perlu ngajari, cuma kita kasih masalah, lalu sama-sama kita cari solusinya," tuturnya. (Baca juga: Sandra Dewi Beri Tips Makanan untuk Jaga Imunitas Tubuh di Masa Pandemi)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More