Konsumsi Kopi Jadi Tren Masyarakat Urban
Rabu, 05 Agustus 2020 - 15:45 WIB
JAKARTA - Budaya minum semakin melekat dan menjadi kebiasaan hampir setiap orang. Jika dulu kebiasaan ini hanya ada di kampung dan di desa, kini telah merambah perkotaan. Beberapa pusat ritel bahkan khusus memiliki gerai kopi untuk menarik pengunjung.
Di kawasan-kawasan baru yang memiliki fasilitas pusat perbelanjaan atau mal, gerai kopi selalu ada. Jumlahnya lebih dari tiga gerai dengan beragam brand. Sebut saja brand Kopi Kenangan yang sedang booming. Masyarakat urban pun kini banyak yang mendesain dapur atau ruangan di rumah untuk dijadikan tempat ngopi.
Desainer interior Hommy Living Susanti menilai, menghias area depan dapur agar mirip kafe bisa dengan menambahkan kanopi. "Kalau kanopi itu tidak perlu asli. Dengan kayu yang dicat juga sudah seperti kanopi," ujarnya. (Baca: Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Hidup)
Banyak pemilik kafe di mal menggunakan piring kecil atau cangkir untuk ditempel di dinding. Maka, pemilik rumah bisa mengikutinya di area dapur dan ruang makan. Jangan lupa hiasan dinding yang berupa tulisan menu atau gambar makanan dan buah.
Di pusat gaya hidup dan ritel Ibu Kota, sebut saja Gandaria City, Pacific Place Mall, Pondok Indah Mal, hingga Grand Indonesia Shopping Town, gerai kopi memang tak pernah sepi pengunjung. Di Jakarta, banyak kafe yang menyediakan kopi premium dengan harga yang bisa dibilang tidak murah. Harga itu memang sepadan dengan kualitas kopi yang disajikan, yang berasal dari daerah-daerah penghasil kopi dengan kualitas terbaik.
Salah satu daerah pemasok kopi dengan kualitas terbaik adalah daerah Tapanuli, Sumatera Utara. Selama ini daerah tersebut menjadi sentra kopi arabika. Kontur pegunungan di Tapanuli membuat kopi jenis ini tumbuh subur dan memiliki rasa yang khas. (Baca juga: Industri Rokok Dibunuh, Jutaan Pekerja Mau Ditaruh Dimana?)
Meski kopi arabika dari Tapanuli dihargai mahal di daerah lain, terutama di pusat gaya hidup dan ritel Jakarta. Namun, kondisi berbeda dialami oleh petani kopi yang ada di daerah ini. Banyak petani kopi yang justru mengalami kesulitan ekonomi.
Direktur Toba Pulp Lestari Jusuf Wibisono menjelaskan, Toba Pulp melakukan program pendampingan petani kopi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Tak sebatas pada pembangunan infrastruktur sanitasi dan infrastruktur air saja.
“Kami terus berkomitmen untuk melakukan pendampingan terhadap para petani kopi di sekitar Toba agar perekonomian mereka bisa terangkat dan lebih baik,” jelas Jusuf.
Program pendampingan terhadap petani kopi adalah salah satu program CSR yang dijalankan perseroan, di samping kegiatan lainnya, seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur publik. “Toba Pulp Lestari senantiasa memberikan nilai tambah bagi stakeholders, masyarakat, serta lingkungan sekitar wilayah operasional perusahaan,” kata Jusuf. (Lihat videonya: Menghindari Tabrakan Sebuah Mobil Tercebur ke Laut)
Salah seorang petani kopi Marojahan Simangunsong mengungkapkan, PT Toba Pulp Lestari Tbk mengajarkan budi daya kopi yang baik sesuai dengan good agricultural practice (GAP) dari Puslitkoka melalui pemangkasan, pemupukan, dan penyiangan secara rutin. (Anton C)
Di kawasan-kawasan baru yang memiliki fasilitas pusat perbelanjaan atau mal, gerai kopi selalu ada. Jumlahnya lebih dari tiga gerai dengan beragam brand. Sebut saja brand Kopi Kenangan yang sedang booming. Masyarakat urban pun kini banyak yang mendesain dapur atau ruangan di rumah untuk dijadikan tempat ngopi.
Desainer interior Hommy Living Susanti menilai, menghias area depan dapur agar mirip kafe bisa dengan menambahkan kanopi. "Kalau kanopi itu tidak perlu asli. Dengan kayu yang dicat juga sudah seperti kanopi," ujarnya. (Baca: Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Hidup)
Banyak pemilik kafe di mal menggunakan piring kecil atau cangkir untuk ditempel di dinding. Maka, pemilik rumah bisa mengikutinya di area dapur dan ruang makan. Jangan lupa hiasan dinding yang berupa tulisan menu atau gambar makanan dan buah.
Di pusat gaya hidup dan ritel Ibu Kota, sebut saja Gandaria City, Pacific Place Mall, Pondok Indah Mal, hingga Grand Indonesia Shopping Town, gerai kopi memang tak pernah sepi pengunjung. Di Jakarta, banyak kafe yang menyediakan kopi premium dengan harga yang bisa dibilang tidak murah. Harga itu memang sepadan dengan kualitas kopi yang disajikan, yang berasal dari daerah-daerah penghasil kopi dengan kualitas terbaik.
Salah satu daerah pemasok kopi dengan kualitas terbaik adalah daerah Tapanuli, Sumatera Utara. Selama ini daerah tersebut menjadi sentra kopi arabika. Kontur pegunungan di Tapanuli membuat kopi jenis ini tumbuh subur dan memiliki rasa yang khas. (Baca juga: Industri Rokok Dibunuh, Jutaan Pekerja Mau Ditaruh Dimana?)
Meski kopi arabika dari Tapanuli dihargai mahal di daerah lain, terutama di pusat gaya hidup dan ritel Jakarta. Namun, kondisi berbeda dialami oleh petani kopi yang ada di daerah ini. Banyak petani kopi yang justru mengalami kesulitan ekonomi.
Direktur Toba Pulp Lestari Jusuf Wibisono menjelaskan, Toba Pulp melakukan program pendampingan petani kopi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Tak sebatas pada pembangunan infrastruktur sanitasi dan infrastruktur air saja.
“Kami terus berkomitmen untuk melakukan pendampingan terhadap para petani kopi di sekitar Toba agar perekonomian mereka bisa terangkat dan lebih baik,” jelas Jusuf.
Program pendampingan terhadap petani kopi adalah salah satu program CSR yang dijalankan perseroan, di samping kegiatan lainnya, seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur publik. “Toba Pulp Lestari senantiasa memberikan nilai tambah bagi stakeholders, masyarakat, serta lingkungan sekitar wilayah operasional perusahaan,” kata Jusuf. (Lihat videonya: Menghindari Tabrakan Sebuah Mobil Tercebur ke Laut)
Salah seorang petani kopi Marojahan Simangunsong mengungkapkan, PT Toba Pulp Lestari Tbk mengajarkan budi daya kopi yang baik sesuai dengan good agricultural practice (GAP) dari Puslitkoka melalui pemangkasan, pemupukan, dan penyiangan secara rutin. (Anton C)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda