Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Hidup
loading...
A
A
A
KOPI bisa menjadi penghubung teman atau sahabat. Atas nama rasa, kopi punya cerita jika hitam tak selalu kotor dan pahit tak harus sedih.
Setiap orang tentu punya cara sendiri dalam menikmati secangkir kopi . Segelas kopi akan lebih terasa tergantung dari jenis kopi dan racikan seorang barista.
Profesi barista tak sekedar pembuat kopi yang berdiri di balik mesin espresso, tetapi mereka salah satu penentu secangkir kopi bisa memberikan kepuasan kepada pelanggannya atau tidak.
Kopi memang tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya karena di hadapan kopi semua penikmatnya sama. Tetapi rasa kopi akan menjadi lebih nikmat jika diracik oleh barista handal. Membuat kopi tidak semudah menuangkan air ke bubuk kopi . Ada ketelitian dan pemahaman serta pengalaman yang tak didapat dalam semalam. Barista harus paham tentang komposisi, rasa dan hal-hal yang menunjang nikmatnya secangkir kopi.
Dalam dunia barista nama Tuti Mochtar sudah melengenda. Saat kedai kopi belum menjadi trend seperti saat ini, Tuti sudah membuat kompetisi barista. Dia yakin profesi ini akan sangat dibutuhkan dimasa mendatang seiring trend ngopi yang berkembang. (Baca: Kemegahan Hagia Sophia Kembali terpancar dengan Salat Jumat Pertama)
Pada 2003, Tuti menggelar Indonesia Barista Competition yang diikuti hanya 24 barista. "Supaya kenal saja dulu apa itu barista, karena belum banyak kedai kopi, Starbucks saja baru buka. Satu kedai kopi ada yang mengirim empat baristanya," kenangnya.
Tak perlu ditanyakan lagi perbandingan dengan saat ini. Kini, jumlah barista yang ikut kompetisi bisa puluhan hingga ratusan. Dekat dengan profesi barista selama 22 tahun, dia melihat barista kini menjadi profesi yang menjanjikan.
Jika dapat meracik kopi yang pas, menurutnya bisa jadi akan ada investor yang melirik untuk mempercayainya menjadi pengelola kedai kopi. "Banyak yang sudah seperti itu sukses membangun kedai kopi sendiri. Makanya barista harus banyak belajar karena kopi terus berkembang. Tehnik meracik kopi juga sering ada yang baru setiap tahunnya. Barista minimal mengetahui kalau bisa mempelajari sampai ahli," jelasnya.
Jenis kopi baru juga selalu ada biasanya dari daerah baru yang selama ini belum ada. Tuti sama halnya dengan para pelaku di industri kopi pasti sering mencoba. Barista pun biasanya sering berkumpul untuk cupping bersama. Cupping merupakan kegiatan menganalisa aroma dan rasa dalam kopi. Jenis kopi baru akan disesuaikan dengan konsumen masing-masing. (Baca juga: Kopi Robusta Pangandaran Makin Dicari, Ini Rahasia Kenikmatannya)
Barista juga harus komunikatif dengan pelanggan. Menurut Tuti barista sebaiknya harus bisa mengedukasi asal muasal kopi yang disajikan ke pelanggan. Sehingga tidak jarang barista akan mengambil langsung kopi dari petani agar tahu cerita kopi yang diraciknya.
Setiap orang tentu punya cara sendiri dalam menikmati secangkir kopi . Segelas kopi akan lebih terasa tergantung dari jenis kopi dan racikan seorang barista.
Profesi barista tak sekedar pembuat kopi yang berdiri di balik mesin espresso, tetapi mereka salah satu penentu secangkir kopi bisa memberikan kepuasan kepada pelanggannya atau tidak.
Kopi memang tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya karena di hadapan kopi semua penikmatnya sama. Tetapi rasa kopi akan menjadi lebih nikmat jika diracik oleh barista handal. Membuat kopi tidak semudah menuangkan air ke bubuk kopi . Ada ketelitian dan pemahaman serta pengalaman yang tak didapat dalam semalam. Barista harus paham tentang komposisi, rasa dan hal-hal yang menunjang nikmatnya secangkir kopi.
Dalam dunia barista nama Tuti Mochtar sudah melengenda. Saat kedai kopi belum menjadi trend seperti saat ini, Tuti sudah membuat kompetisi barista. Dia yakin profesi ini akan sangat dibutuhkan dimasa mendatang seiring trend ngopi yang berkembang. (Baca: Kemegahan Hagia Sophia Kembali terpancar dengan Salat Jumat Pertama)
Pada 2003, Tuti menggelar Indonesia Barista Competition yang diikuti hanya 24 barista. "Supaya kenal saja dulu apa itu barista, karena belum banyak kedai kopi, Starbucks saja baru buka. Satu kedai kopi ada yang mengirim empat baristanya," kenangnya.
Tak perlu ditanyakan lagi perbandingan dengan saat ini. Kini, jumlah barista yang ikut kompetisi bisa puluhan hingga ratusan. Dekat dengan profesi barista selama 22 tahun, dia melihat barista kini menjadi profesi yang menjanjikan.
Jika dapat meracik kopi yang pas, menurutnya bisa jadi akan ada investor yang melirik untuk mempercayainya menjadi pengelola kedai kopi. "Banyak yang sudah seperti itu sukses membangun kedai kopi sendiri. Makanya barista harus banyak belajar karena kopi terus berkembang. Tehnik meracik kopi juga sering ada yang baru setiap tahunnya. Barista minimal mengetahui kalau bisa mempelajari sampai ahli," jelasnya.
Jenis kopi baru juga selalu ada biasanya dari daerah baru yang selama ini belum ada. Tuti sama halnya dengan para pelaku di industri kopi pasti sering mencoba. Barista pun biasanya sering berkumpul untuk cupping bersama. Cupping merupakan kegiatan menganalisa aroma dan rasa dalam kopi. Jenis kopi baru akan disesuaikan dengan konsumen masing-masing. (Baca juga: Kopi Robusta Pangandaran Makin Dicari, Ini Rahasia Kenikmatannya)
Barista juga harus komunikatif dengan pelanggan. Menurut Tuti barista sebaiknya harus bisa mengedukasi asal muasal kopi yang disajikan ke pelanggan. Sehingga tidak jarang barista akan mengambil langsung kopi dari petani agar tahu cerita kopi yang diraciknya.