Mengajarkan Anak Berpuasa, Apa yang Harus Diperhatikan?
Kamis, 30 April 2020 - 19:30 WIB
JAKARTA - Berpuasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Anak-anak yang belum mencapai usia pubertas merupakan pengecualian. Meski tidak diwajibkan berpuasa, anak perlu diperkenalkan dan belajar berpuasa sejak dini agar terbiasa. Lalu hal apa saja yang harus diperhatikan orang tua ketika mengajarkan buah hatinya berpuasa?
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K) mengatakan Berpuasa mengubah kondisi tubuh seorang anak. Setelah berpuasa 6 jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah.
Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi. “Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut,” kata dr Cut.
Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh.
“Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah,” papar dr Cut.
Menurutnya, para orang tua dapat mulai mengajari anak Anda berpuasa ketika ia berusia di atas 7 tahun. Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang.
“Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus. Suatu penelitian di Qatar menunjukkan performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa juga cukup baik,” terang dr Cut.
Disarankannya, mulailah mengajari anak berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu dan izinkan mereka tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas. (Baca juga: Tips Hindari Bau Mulut Selama Puasa ).
“Anda dapat memulai mengajak anak Anda berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan,” ungkapnya.
Selanjutnya Orang tua dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam.
Dr Cut menambahkan orang tua harus dapat memberikan makanan yang mengenyangkan pada saat sahur yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak.
“Hindari memberikan makanan yang mengandung gula sederhana, seperti makanan ringan yang manis. Anda dapat memberikan susu yang merupakan sumber zat gizi yang lengkap untuk anak pada saat sahur dan berbuka,” paparnya.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K) mengatakan Berpuasa mengubah kondisi tubuh seorang anak. Setelah berpuasa 6 jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah.
Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi. “Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut,” kata dr Cut.
Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh.
“Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah,” papar dr Cut.
Menurutnya, para orang tua dapat mulai mengajari anak Anda berpuasa ketika ia berusia di atas 7 tahun. Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang.
“Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus. Suatu penelitian di Qatar menunjukkan performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa juga cukup baik,” terang dr Cut.
Disarankannya, mulailah mengajari anak berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu dan izinkan mereka tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas. (Baca juga: Tips Hindari Bau Mulut Selama Puasa ).
“Anda dapat memulai mengajak anak Anda berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan,” ungkapnya.
Selanjutnya Orang tua dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam.
Dr Cut menambahkan orang tua harus dapat memberikan makanan yang mengenyangkan pada saat sahur yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak.
“Hindari memberikan makanan yang mengandung gula sederhana, seperti makanan ringan yang manis. Anda dapat memberikan susu yang merupakan sumber zat gizi yang lengkap untuk anak pada saat sahur dan berbuka,” paparnya.
(tdy)
tulis komentar anda