Kasus Pertama, Flu Burung Sebabkan Kematian Beruang Kutub

Selasa, 09 Januari 2024 - 23:45 WIB
Untuk pertama kali flu burung telah membunuh beruang kutub di Utqiagvik, Alaska. Foto/Getty Images
JAKARTA - Untuk pertama kali flu burung telah membunuh beruang kutub di Utqiagvik, Alaska. Mamalia malang itu ditemukan mati karena terkena dampak paling parah akibat wabah yang saat ini melanda negara bagian Amerika Serikat tersebut.

Beruang kutub menjadi spesies baru yang mati karena flu burung setelah sebelumnya menjangkiti lumba-lumba, anjing laut, rubah, dan berang-berang di Inggris. Temuan ini menandai bahwa bahaya flu burung rupanya semakin meluas.

Sebagai informasi, virus flu burung atau dikenal dengan H5N1 selain menjangkit unggas, juga dapat menginfeksi manusia. Biasanya manusia yang terjangkit adalah mereka yang bekerja di bidang peternakan unggas.







"Ini adalah kasus beruang kutub pertama yang dilaporkan di mana pun,” kata Dr Bob Gerlach, dokter hewan di negara bagian Alaska, sebagaimana dikutip dari laman Metro, Selasa (9/1/2024).

Beruang adalah hewan pertama yang terdaftar dalam Undang-Undang Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act) AS yang mati akibat penyakit tersebut. Beruang kutub, juga dikenal sebagai ursus maritimus, juga digolongkan rentan terhadap kepunahan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.

Hewan-hewan ini sangat berisiko terkena perubahan iklim, karena pemanasan Arktik berarti berkurangnya es laut, yang mereka andalkan untuk berburu dan membesarkan anak.

Hewan tersebut juga memainkan peran penting sebagai predator utama di wilayah itu, menjaga rantai makanan tetap sehat dengan memakan predator lain seperti anjing laut yang jika dibiarkan akan berdampak besar pada jumlah ikan.

Namun, dengan berkurangnya es laut, beruang kutub juga beralih ke sumber makanan lain, dan juga diketahui suka mengais. Tampaknya itulah yang terjadi di sini. Beruang yang terinfeksi sebelumnya memakan bangkai burung yang terjangkit virus H5N1.

"Jika seekor burung mati karena hal ini, apalagi jika dipelihara di lingkungan yang dingin, virus dapat bertahan untuk sementara waktu di lingkungan tersebut," ungkap Dr Gerlach.

Pada wabah-wabah sebelumnya, virus ini sebagian besar menyerang unggas peliharaan, di mana unggas liar membantu menyebarkan penyakit ini. Sekarang virus telah menyebar ke hewan lain.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More