Pasien TB Alergi Obat? Dokter Jelaskan Ini yang Harus Dilakukan
Senin, 22 Januari 2024 - 11:11 WIB
JAKARTA - Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Seseorang yang menderita TB akan mengalami batuk kronik.
Salah satu cara penyembuhannya adalah, pasien harus rutin minum obat selama berbulan-bulan. Lantas, bagaimana kalau pasien tersebut alergi obat?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menjelaskan, obat TB yang biasa diberikan kepada pasien adalah Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, dan Pirasinamid. Biasanya obat tersebut akan memberi rekasi gatal dan kemerahan pada pasien.
“Bahkan kemerahannya meluas bukan hanya di tangan dan kaki, tapi juga di perut, di punggung, dan di banyak permukaan tubuh. Tidak hanya itu, pasien juga bisa merasa tidak nyaman bahkan sesak,” beber dr. Erlina, seperti dikutip dari X @erlinaburhan, Senin (22/1/2024).
Ketika pasien mengalami hal itu, dr. Erlina mengatakan, dokter harus menghentikan penggunaan obat tersebut. Kemudian dokter akan melakukan uji alergi kepada pasien.
“Dokter juga melakukan challenge seperti diobati alerginya, diberikan obat antiradang, maupun antialergi. Lalu ada percobaan memberikan obatnya satu per satu untuk tahu obat mana yang membuat alergi,” tuturnya.
Dokter Erlina menambahkan, biasanya pada saat memulai pengobatan, dokter memberikan dosis serendah mungkin. Jika tidak ada reaksi yang buruk, maka dosis akan dinaikkan secara bertahap sampai didapatkan dosis yang optimal.
“Jadi banyak cara ya untuk mengatasi alergi obat tuberkulosis. Bisa disetop sama sekali atau diberikan secara bersamaan dengan antialergi, antigatal, atau antiradang. Konsultasikan ke dokter Anda ya. Kalau dari pengalaman saya, alergi obat tuberkulosis dapat diobati,” pungkasnya.
Salah satu cara penyembuhannya adalah, pasien harus rutin minum obat selama berbulan-bulan. Lantas, bagaimana kalau pasien tersebut alergi obat?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menjelaskan, obat TB yang biasa diberikan kepada pasien adalah Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, dan Pirasinamid. Biasanya obat tersebut akan memberi rekasi gatal dan kemerahan pada pasien.
“Bahkan kemerahannya meluas bukan hanya di tangan dan kaki, tapi juga di perut, di punggung, dan di banyak permukaan tubuh. Tidak hanya itu, pasien juga bisa merasa tidak nyaman bahkan sesak,” beber dr. Erlina, seperti dikutip dari X @erlinaburhan, Senin (22/1/2024).
Ketika pasien mengalami hal itu, dr. Erlina mengatakan, dokter harus menghentikan penggunaan obat tersebut. Kemudian dokter akan melakukan uji alergi kepada pasien.
“Dokter juga melakukan challenge seperti diobati alerginya, diberikan obat antiradang, maupun antialergi. Lalu ada percobaan memberikan obatnya satu per satu untuk tahu obat mana yang membuat alergi,” tuturnya.
Dokter Erlina menambahkan, biasanya pada saat memulai pengobatan, dokter memberikan dosis serendah mungkin. Jika tidak ada reaksi yang buruk, maka dosis akan dinaikkan secara bertahap sampai didapatkan dosis yang optimal.
“Jadi banyak cara ya untuk mengatasi alergi obat tuberkulosis. Bisa disetop sama sekali atau diberikan secara bersamaan dengan antialergi, antigatal, atau antiradang. Konsultasikan ke dokter Anda ya. Kalau dari pengalaman saya, alergi obat tuberkulosis dapat diobati,” pungkasnya.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda