Mengenal Lemak Trans, Bisa Bahayakan Kesehatan Jantung hingga Diabetes
Jum'at, 02 Februari 2024 - 08:33 WIB
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan sertifikat pertama kepada lima negara karena mengadopsi praktik menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri atau iTFA.
“Sebanyak 53 negara kini memiliki kebijakan praktik terbaik untuk mengatasi ITFA dalam pangan, yang secara signifikan meningkatkan lingkungan pangan bagi 3,7 miliar orang, atau 46% populasi dunia, dibandingkan dengan 6% pada lima tahun lalu, diharapkan dapat menyelamatkan sekitar 183.000 nyawa setiap tahunnya," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam sebuah pernyataan.
“Lemak trans belum diketahui manfaatnya bagi kesehatan, namun memiliki risiko kesehatan yang sangat besar,” kata Dr Tedros.
Pada 2018, WHO meluncurkan inisiatif untuk menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri dari pasokan pangan global pada 2023.
“Kami sangat senang bahwa banyak negara telah memperkenalkan kebijakan yang melarang atau membatasi lemak trans dalam makanan. Namun memperkenalkan suatu kebijakan adalah satu hal; menerapkannya adalah hal lain. Saya mengucapkan selamat kepada Denmark, Lithuania, Polandia, Arab Saudi dan Thailand, yang memimpin dunia dalam memantau dan menegakkan kebijakan lemak trans mereka. Kami mendesak negara-negara lain untuk mengikuti jejak mereka,” tuturnya.
Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang dapat diproduksi secara alami atau buatan melalui proses industri yang dikenal sebagai hidrogenasi.
Lemak trans alami ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa produk hewani, seperti daging dan susu. Namun, kekhawatiran utama muncul dari lemak trans yang diproduksi secara industri, yang terbentuk ketika hidrogen ditambahkan ke minyak nabati untuk menjadikannya lebih padat pada suhu kamar. Proses ini meningkatkan umur simpan dan stabilitas produk makanan, menjadikannya bahan umum dalam makanan olahan dan makanan yang dipanggang secara komersial.
“Sebanyak 53 negara kini memiliki kebijakan praktik terbaik untuk mengatasi ITFA dalam pangan, yang secara signifikan meningkatkan lingkungan pangan bagi 3,7 miliar orang, atau 46% populasi dunia, dibandingkan dengan 6% pada lima tahun lalu, diharapkan dapat menyelamatkan sekitar 183.000 nyawa setiap tahunnya," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam sebuah pernyataan.
“Lemak trans belum diketahui manfaatnya bagi kesehatan, namun memiliki risiko kesehatan yang sangat besar,” kata Dr Tedros.
Pada 2018, WHO meluncurkan inisiatif untuk menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri dari pasokan pangan global pada 2023.
“Kami sangat senang bahwa banyak negara telah memperkenalkan kebijakan yang melarang atau membatasi lemak trans dalam makanan. Namun memperkenalkan suatu kebijakan adalah satu hal; menerapkannya adalah hal lain. Saya mengucapkan selamat kepada Denmark, Lithuania, Polandia, Arab Saudi dan Thailand, yang memimpin dunia dalam memantau dan menegakkan kebijakan lemak trans mereka. Kami mendesak negara-negara lain untuk mengikuti jejak mereka,” tuturnya.
Apa itu lemak trans?
Lemak trans digunakan dalam produk makanan komersial karena dapat meningkatkan umur simpan.Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang dapat diproduksi secara alami atau buatan melalui proses industri yang dikenal sebagai hidrogenasi.
Lemak trans alami ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa produk hewani, seperti daging dan susu. Namun, kekhawatiran utama muncul dari lemak trans yang diproduksi secara industri, yang terbentuk ketika hidrogen ditambahkan ke minyak nabati untuk menjadikannya lebih padat pada suhu kamar. Proses ini meningkatkan umur simpan dan stabilitas produk makanan, menjadikannya bahan umum dalam makanan olahan dan makanan yang dipanggang secara komersial.
Efek lemak trans
1. Masalah Jantung
Salah satu dampak lemak trans yang paling banyak diketahui adalah pengaruhnya terhadap jantung.
tulis komentar anda