Siswa Disabilitas di Gunungkidul Ini Jadi Korban Bullying, Alami Patah Jari hingga Harus Operasi
Kamis, 22 Februari 2024 - 20:35 WIB
JAKARTA – Ran (13) siswa penyandang disabilitas SMP Negeri di Kecamatan Wonosari Gunungkidul terpaksa harus menjalani perawatan di RSUD Wonosari setelah menjadi korban perundungan di sekolah.
Orang tua Ran, Wasido mengatakan, putranya itu harus menjalani operasi pemasangan pen di jari tangannya yang patah.
"Tadi harusnya operasi. Sudah masuk ruang operasi tapi karena batuk maka ndak jadi," kata Wasido.
Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengobservasi anak tersebut sehingga jadwal untuk operasi jari anaknya belum bisa dipastikan. Wasido masih menunggu keputusan dokter yang menangani anaknya tersebut.
Wasido mengatakan sejak lahir, bocah yang duduk di bangku kelas VII SMP ini memang berbeda dengan teman-temannya karena terlahir disabilitas, tangannya hanya satu. Perbedaan inilah yang membuat Ran sering kali mendapatkan perlakukan tidak pantas dari teman-temannya.
Pada Rabu lalu, Ran kembali mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Informasi yang dia dapat, Ran kembali mendapatkan perundungan oleh temannya.
"Anak saya kan cacat sejak lahir (tidak memiliki tangan kiri), terus diejek-ejek temennya itu. Mungkin Gak terima atau gimana hingga terjadi perlawanan dan berkelahi itu," papar Wasido.
Dalam perkelahian tersebut, Ran mengalami cidera pada salah satu jarinya. Karena mengalami kesakitan hebat, siswa ini kemudian dibawa ke rumah sakit oleh gurunya. Kemudian diminta untuk opname dan melakukan operasi untuk pemasangan pen.
Wasido menjelaskan, biasanya anaknya tersebut tidak melakukan perlawanab. Dan dirinya sudah berpesan agar anaknya tidak melakukan perlawanan ketika mendapat perlakuan perundungan dari teman yang lain.
Orang tua Ran, Wasido mengatakan, putranya itu harus menjalani operasi pemasangan pen di jari tangannya yang patah.
"Tadi harusnya operasi. Sudah masuk ruang operasi tapi karena batuk maka ndak jadi," kata Wasido.
Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengobservasi anak tersebut sehingga jadwal untuk operasi jari anaknya belum bisa dipastikan. Wasido masih menunggu keputusan dokter yang menangani anaknya tersebut.
Wasido mengatakan sejak lahir, bocah yang duduk di bangku kelas VII SMP ini memang berbeda dengan teman-temannya karena terlahir disabilitas, tangannya hanya satu. Perbedaan inilah yang membuat Ran sering kali mendapatkan perlakukan tidak pantas dari teman-temannya.
Pada Rabu lalu, Ran kembali mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Informasi yang dia dapat, Ran kembali mendapatkan perundungan oleh temannya.
"Anak saya kan cacat sejak lahir (tidak memiliki tangan kiri), terus diejek-ejek temennya itu. Mungkin Gak terima atau gimana hingga terjadi perlawanan dan berkelahi itu," papar Wasido.
Dalam perkelahian tersebut, Ran mengalami cidera pada salah satu jarinya. Karena mengalami kesakitan hebat, siswa ini kemudian dibawa ke rumah sakit oleh gurunya. Kemudian diminta untuk opname dan melakukan operasi untuk pemasangan pen.
Wasido menjelaskan, biasanya anaknya tersebut tidak melakukan perlawanab. Dan dirinya sudah berpesan agar anaknya tidak melakukan perlawanan ketika mendapat perlakuan perundungan dari teman yang lain.
tulis komentar anda