5 Fakta Menarik Ketupat, Ide Sunan Kalijaga saat Menyebar Islam di Jawa
Minggu, 07 April 2024 - 20:31 WIB
Tak cuma sajian khas Lebarannya aja yang beragam, setiap daerah di Tanah Air memiliki jenis ketupat yang berbeda-beda.
Di Tegal, ada yang namanya ketupat glabed, ketupat blegong, juga ketupat bongko. Masyarakat Minang juga memiliki ketupat versi kecil yang dikenal dengan nama katupek katan kapau.
Ada juga Kota Solo dengan ketupat cabuk rambak nya yang diiris tipis dan disiram campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut.
Betawi pun punya ketupat bebanci, yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah.
3. Diadopsi Sunan Kalijaga
Asal muasal ketupat sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di Indonesia! Zaman dulu, masyarakat Nusantara sering kali menggantung ketupat di tanduk kerbau untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka atas panen mereka.
Kebiasaan ini kemudian mulai berubah secara simbolis pada abad ke-15 sampai 16 ketika Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan Walisongo sedang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Sebagai cara untuk mengasimilasi budaya Islam dengan budaya lokal supaya lebih bisa diterima, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai lambang Idul Fitri bersamaan saat beliau memperkenalkan istilah ba’da di Pulau Jawa.
Ba’da tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ba’da Lebaran dan ba’da Kupat. Ba’da Lebaran merupakan prosesi Salat idulfitri yang dilanjutkan dengan tradisi saling mengunjungi tetangga dan keluarga untuk menjaga silaturahmi.
Sedangkan ba’da Kupat merupakan tradisi membuat ketupat dan membagikannya kepada tetangga dan keluarga seminggu setelah Idulfitri. Hal tersebut terbukti berhasil, karena tak lama setelah itu, Islam mulai diterima oleh masyarakat Jawa.
Di Tegal, ada yang namanya ketupat glabed, ketupat blegong, juga ketupat bongko. Masyarakat Minang juga memiliki ketupat versi kecil yang dikenal dengan nama katupek katan kapau.
Ada juga Kota Solo dengan ketupat cabuk rambak nya yang diiris tipis dan disiram campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut.
Betawi pun punya ketupat bebanci, yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah.
3. Diadopsi Sunan Kalijaga
Asal muasal ketupat sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di Indonesia! Zaman dulu, masyarakat Nusantara sering kali menggantung ketupat di tanduk kerbau untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka atas panen mereka.
Kebiasaan ini kemudian mulai berubah secara simbolis pada abad ke-15 sampai 16 ketika Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan Walisongo sedang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Sebagai cara untuk mengasimilasi budaya Islam dengan budaya lokal supaya lebih bisa diterima, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai lambang Idul Fitri bersamaan saat beliau memperkenalkan istilah ba’da di Pulau Jawa.
Ba’da tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ba’da Lebaran dan ba’da Kupat. Ba’da Lebaran merupakan prosesi Salat idulfitri yang dilanjutkan dengan tradisi saling mengunjungi tetangga dan keluarga untuk menjaga silaturahmi.
Sedangkan ba’da Kupat merupakan tradisi membuat ketupat dan membagikannya kepada tetangga dan keluarga seminggu setelah Idulfitri. Hal tersebut terbukti berhasil, karena tak lama setelah itu, Islam mulai diterima oleh masyarakat Jawa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda