Pergulatan Batin Seorang Amir Hamzah
Jum'at, 01 Mei 2020 - 11:08 WIB
Lukman Sardi bermain sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution berperan sebagai Tengku Tahura. Dalam pentas kali ini, selain pemain yang merupakan pemain film, tergabung juga pemain teater yang sudah matang dan bermain dalam banyak lakon. Sri Qadariatin berperan sebagai Iliek Sundari dan Dessy Susanti berperan sebagai Tengku Kamaliah. Selain itu, pementasan ini juga didukung oleh tim artistik yang solid yaitu Iskandar Loedin sebagai Penata Artistik, Retno Damayanti sebagai Penata Kostum, Aktris Handradjasa sebagai Penata Rias dan Jaeko sebagai Penata Musik.
“Memerankan Amir Hamzah mendorong saya untuk mempelajari literasi sastra Indonesia lebih mendalam dan ternyata di balik puisi karya Amir Hamzah yang sarat dengan tema cinta dan agama, sering juga mencerminkan konflik batin yang mendalam," kata Lukman Sardi.
"Bagi saya, sosok Amir Hamzah memberikan pelajaran yang sangat berarti, bagaimana seseorang yang seumur hidupnya mempertahankan rasa cinta dan memaafkan di tengah hasrat membenci yang sangat kuat,” imbuh Lukman Sardie.
Nyanyi Sunyi Revolusi bercerita tentang Amir Hamzah dalam hubungannya dengan percintaan terhadap manusia dan negaranya. Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa, Ilik Sundari. Di tengah kemesraan mereka itulah Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya lalu ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat.
Paman Amir sekaligus raja kesultanan Langkat itu sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah.
Amir bisa saja menolak tapi Ia sadar betapa ia telah berhutang budi pada Sultan Mahmud. Amir dan Ilik akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.
Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa masing-masing tak saling mencintai. Kerinduan dan kehilangan Amir pada Ilik Sundari tetap kuat membekas.
Sementara diam-diam pula ternyata istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Ilik Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada puterinya, Teungku Tahura ia berniat mengajak Ilik Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Ilik Sundari, ia merelakannya.
Tapi sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang membawa rusuhan di seluruh Langkat. Atas hasutan segolongan laskar rakyat dengan agenda politik mereka, meletuskan kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah.
Begitu pula dengan nasib Amir. Ia diculik, ditahan dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal. Seperti perpisahan Amir dan Iliek Sundari, juga pernikahan Amir dan Tengku Puteri Kamaliah yang penuh kepentingan politik kolonial, demikian pula dengan kematiannya, yang diwarnai kekacauan dan kepentingan politik.
“Memerankan Amir Hamzah mendorong saya untuk mempelajari literasi sastra Indonesia lebih mendalam dan ternyata di balik puisi karya Amir Hamzah yang sarat dengan tema cinta dan agama, sering juga mencerminkan konflik batin yang mendalam," kata Lukman Sardi.
"Bagi saya, sosok Amir Hamzah memberikan pelajaran yang sangat berarti, bagaimana seseorang yang seumur hidupnya mempertahankan rasa cinta dan memaafkan di tengah hasrat membenci yang sangat kuat,” imbuh Lukman Sardie.
Nyanyi Sunyi Revolusi bercerita tentang Amir Hamzah dalam hubungannya dengan percintaan terhadap manusia dan negaranya. Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa, Ilik Sundari. Di tengah kemesraan mereka itulah Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya lalu ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat.
Paman Amir sekaligus raja kesultanan Langkat itu sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah.
Amir bisa saja menolak tapi Ia sadar betapa ia telah berhutang budi pada Sultan Mahmud. Amir dan Ilik akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.
Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa masing-masing tak saling mencintai. Kerinduan dan kehilangan Amir pada Ilik Sundari tetap kuat membekas.
Sementara diam-diam pula ternyata istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Ilik Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada puterinya, Teungku Tahura ia berniat mengajak Ilik Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Ilik Sundari, ia merelakannya.
Tapi sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang membawa rusuhan di seluruh Langkat. Atas hasutan segolongan laskar rakyat dengan agenda politik mereka, meletuskan kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah.
Begitu pula dengan nasib Amir. Ia diculik, ditahan dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal. Seperti perpisahan Amir dan Iliek Sundari, juga pernikahan Amir dan Tengku Puteri Kamaliah yang penuh kepentingan politik kolonial, demikian pula dengan kematiannya, yang diwarnai kekacauan dan kepentingan politik.
tulis komentar anda