Mengenal Inflammatory Bowel Disease, Penyakit yang Kerap Terabaikan namun Bisa Akibatkan Komplikasi dan Kematian
Rabu, 22 Mei 2024 - 13:13 WIB
JAKARTA - Dalam rangka memperingati World Inflammatory Bowel Disease Day 2024, RS Abdi Waluyo Jakarta menggelar seminar bertajuk 'Kiat Mendeteksi dan Mengatasi Penyakit Radang Usus/IBD' dan juga FunWalk. Kegiatan ini bertujuan untuk turut menyuarakan pentingnya kepedulian terhadap IBD atau peradangan usus kronis yang dapat mengakibatkan komplikasi berat bahkan kematian penderitanya.
Untuk lebih memahami apa itu IBD, dalam artikel ini akan dijelaskan terkait penyakit tersebut. IBD sendiri merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. IBD termasuk penyakit inflamasi yang memiliki penyebab multifaktorial.
Pada dasarnya, IBD terbagi menjadi 3 tipe yaitu Ulcerative Colitis (UC), Crohn’s Disease (CD), dan Colitis Indeterminate (Unclassified). Pada UC, terjadi peradangan dan luka di sepanjang lapisan superfisial usus besar dan rectum, sehingga sering merasa nyeri di bagian kiri bawah perut.
Fun Walk RS Abdi Waluyo dalam rangka memperingati "World Inflammatory Bowel Disease Day 2024. Foto/Istimewa
Sedangkan pada CD, terjadi peradangan hingga lapisan saluran pencernaan yang lebih dalam, sehingga sering merasa nyeri di bagian kanan bawah perut namun pendarahan dari rektum cenderung lebih jarang.
Pada pasien dengan UC, mempunyai tendensi 6 kali lebih besar berisiko komplikasi menjadi kanker kolorektal dibanding dengan penyakit radang usus lainnya. Namun, hanya 5% kasus UC berat yang menjadi kanker kolorektal.
Chief Executive Officer RS Abdi Waluyo dr. Roswin R.D., MARS, mengatakan, pihaknya berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan meningkatkan kesadaran mereka terkait IBD di Indonesia, menyediakan akses bagi pengobatan IBD, serta bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana IBD.
"Ini saatnya kita bersatu untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit, tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh pasien yang hidup dengan penyakit radang usus, perlunya akses yang lebih baik untuk layanan IBD serta lebih banyak penelitian untuk menemukan pengobatan yang lebih baik dan pada akhirnya dapat menyembuhkannya. Hal ini karena IBD dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia,” kata dr. Roswin.
Untuk lebih memahami apa itu IBD, dalam artikel ini akan dijelaskan terkait penyakit tersebut. IBD sendiri merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. IBD termasuk penyakit inflamasi yang memiliki penyebab multifaktorial.
Pada dasarnya, IBD terbagi menjadi 3 tipe yaitu Ulcerative Colitis (UC), Crohn’s Disease (CD), dan Colitis Indeterminate (Unclassified). Pada UC, terjadi peradangan dan luka di sepanjang lapisan superfisial usus besar dan rectum, sehingga sering merasa nyeri di bagian kiri bawah perut.
Fun Walk RS Abdi Waluyo dalam rangka memperingati "World Inflammatory Bowel Disease Day 2024. Foto/Istimewa
Sedangkan pada CD, terjadi peradangan hingga lapisan saluran pencernaan yang lebih dalam, sehingga sering merasa nyeri di bagian kanan bawah perut namun pendarahan dari rektum cenderung lebih jarang.
Pada pasien dengan UC, mempunyai tendensi 6 kali lebih besar berisiko komplikasi menjadi kanker kolorektal dibanding dengan penyakit radang usus lainnya. Namun, hanya 5% kasus UC berat yang menjadi kanker kolorektal.
Chief Executive Officer RS Abdi Waluyo dr. Roswin R.D., MARS, mengatakan, pihaknya berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan meningkatkan kesadaran mereka terkait IBD di Indonesia, menyediakan akses bagi pengobatan IBD, serta bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana IBD.
"Ini saatnya kita bersatu untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit, tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh pasien yang hidup dengan penyakit radang usus, perlunya akses yang lebih baik untuk layanan IBD serta lebih banyak penelitian untuk menemukan pengobatan yang lebih baik dan pada akhirnya dapat menyembuhkannya. Hal ini karena IBD dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia,” kata dr. Roswin.
tulis komentar anda