Studi: Sinar UV Bunuh COVID-19 Tanpa Bahayakan Manusia
Senin, 21 September 2020 - 17:00 WIB
JAKARTA - Para peneliti telah menemukan bahwa penggunaan sinar ultraviolet C (UVC) dengan panjang gelombang 222 nanometer (disebut-sebut lebih aman digunakan di sekitar manusia) secara efektif membunuh COVID-19.
Penelitian lain yang melibatkan 222 nm UVC, juga dikenal sebagai Far-UVC, sejauh ini hanya melihat potensinya dalam memberantas virus corona musiman, yang secara struktural mirip dengan SARS-CoV-2 tetapi tidak pada virus penyebab COVID-19 itu sendiri. ( )
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Infection Control, percobaan in-vitro oleh para peneliti Universitas Hiroshima menunjukkan bahwa 99,7% kultur virus SARS-CoV-2 terbunuh setelah terpapar selama 30 detik pada radiasi UVC 222 nm.
“Studi ini menunjukkan kemanjuran iradiasi UVC 222 nm terhadap kontaminasi SARS-CoV-2 dalam percobaan in-vitro,” kata penulis studi Hiroki Kitagawa dari Universitas Hiroshima, seperti dilansir dari laman Times Now News, Senin (21/9).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan lampu UVC. Larutan yang mengandung virus disebarkan ke piring. Para peneliti membiarkannya mengering sebelum menempatkan lampu UVC 24 cm di atas permukaan pelat.
Menurut para peneliti, panjang gelombang 222 nm UVC tidak dapat menembus lapisan luar mata dan kulit manusia yang tidak hidup sehingga tak membahayakan sel-sel hidup di bawahnya. Nanometer setara dengan satu miliar meter.
Hal ini membuatnya menjadi alternatif yang lebih aman tetapi sama kuatnya dengan lampu antikuman UVC 254 nm yang lebih merusak, yang semakin banyak digunakan dalam mendisinfeksi fasilitas perawatan kesehatan.
Karena 254 nm UVC membahayakan jaringan manusia yang terpapar, ia hanya dapat digunakan untuk membersihkan ruangan kosong. ( )
Menurut penelitian ini, 222 nm UVC dapat menjadi sistem desinfeksi yang menjanjikan untuk ruang publik yang ditempati, termasuk rumah sakit di mana infeksi nosokomial mungkin terjadi.
Namun, para peneliti menyarankan evaluasi lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas penyinaran UVC 222 nm dalam membunuh virus SARS-CoV-2 di permukaan dunia nyata karena penelitian mereka hanya menyelidiki kemanjuran in-vitronya.
Penelitian lain yang melibatkan 222 nm UVC, juga dikenal sebagai Far-UVC, sejauh ini hanya melihat potensinya dalam memberantas virus corona musiman, yang secara struktural mirip dengan SARS-CoV-2 tetapi tidak pada virus penyebab COVID-19 itu sendiri. ( )
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Infection Control, percobaan in-vitro oleh para peneliti Universitas Hiroshima menunjukkan bahwa 99,7% kultur virus SARS-CoV-2 terbunuh setelah terpapar selama 30 detik pada radiasi UVC 222 nm.
“Studi ini menunjukkan kemanjuran iradiasi UVC 222 nm terhadap kontaminasi SARS-CoV-2 dalam percobaan in-vitro,” kata penulis studi Hiroki Kitagawa dari Universitas Hiroshima, seperti dilansir dari laman Times Now News, Senin (21/9).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan lampu UVC. Larutan yang mengandung virus disebarkan ke piring. Para peneliti membiarkannya mengering sebelum menempatkan lampu UVC 24 cm di atas permukaan pelat.
Menurut para peneliti, panjang gelombang 222 nm UVC tidak dapat menembus lapisan luar mata dan kulit manusia yang tidak hidup sehingga tak membahayakan sel-sel hidup di bawahnya. Nanometer setara dengan satu miliar meter.
Hal ini membuatnya menjadi alternatif yang lebih aman tetapi sama kuatnya dengan lampu antikuman UVC 254 nm yang lebih merusak, yang semakin banyak digunakan dalam mendisinfeksi fasilitas perawatan kesehatan.
Karena 254 nm UVC membahayakan jaringan manusia yang terpapar, ia hanya dapat digunakan untuk membersihkan ruangan kosong. ( )
Menurut penelitian ini, 222 nm UVC dapat menjadi sistem desinfeksi yang menjanjikan untuk ruang publik yang ditempati, termasuk rumah sakit di mana infeksi nosokomial mungkin terjadi.
Namun, para peneliti menyarankan evaluasi lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas penyinaran UVC 222 nm dalam membunuh virus SARS-CoV-2 di permukaan dunia nyata karena penelitian mereka hanya menyelidiki kemanjuran in-vitronya.
(tsa)
tulis komentar anda