Indonesia Akhirnya Punya Dua Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir
Minggu, 04 Oktober 2020 - 02:02 WIB
JAKARTA - Indonesia secara resmi memiliki Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir, setelah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) untuk kali pertama mengukuhkannya. Dua apoteker yang dikukuhkan sebagai apoteker spesialis farmasi nuklir pertama di Indonesa tersebut yakni Apt. Nurhuda, M.Farm. dan Apt. Dra N Elly Rosilawati, MHKes, M.Farm.
(Baca juga: Begini Cara Cegah Penyebaran Covid-19 di Tempat Umum )
Nurhuda yang lahir di Tulungagung, 1 Oktober 1977 ini adalah apoteker lulusan Universitas Hamka tahun 2005 dan kemudian melanjutkan Magister Farmasi konsentrasi Radio Farmasi pada 2015. Saat ini bertugas di RS Kanker Dharmais lebih dari 5 tahun. Sedangkan Elly Rosilawati, apoteker kelahiran 4 Februari 1964 ini lulusan ITB pada 1988. Mendapatkan gelar MHKes di Universitas Katolik Soegijapranata tahun 2010 dan gelar M.Far dari Universitas Padjadjaran tahun 2014. Saat ini berdinas di RS Hasan Sadikin Bandung lebih dari 10 tahun.
Pengukuhan yang dihadiri Menteri Kesehatan RI, dr Terawan Agus Putranto tersebut dilakukan secara daring dan dilanjutkan dengan webinar bertema Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir yang diikuti lebih dari 1.500 peserta. Sementara pengukuhan dilakukan oleh Prof Dr apt Keri Lestari MSi, Ketua Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia (KIFI) yang merupakan organ IAI, disaksikan Apt. Drs Nurul Falah Eddy Pariang; Ketua Umum PP IAI, serta Prof Dr apt Ajeng Diantini, M.Si dari KIFI.
Dalam sambutannya, Menkes menyampaikan apresiasinya atas dikukuhkannya dua apoteker spesialis farmasi nuklir tersebut. "Ini akan menjadi awal yang baik untuk mendorong perubahan apoteker spesialis yang akan berkontribusi pada pembangunan kesehatan di Indonesia," kata Terawan melalui virtual conference Zoom.
Diakui, kedokteran nuklir di Indonesia terus berkembang pesat. Sejalan dengan itu, dibutuhkan apoteker yang dapat mendukung kerja kedokteran nuklir terutama untuk menyediakan sediaan-sediaan berbasis farmasi nuklir. "Selama ini, kebutuhan apoteker farmasi nuklir diisi oleh apoteker umum yang diberi pelatihan khusus," Menkes Terawan.
Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir ini merupakan apoteker yang kompetensinya khusus melakukan pelayanan kefarmasian di instalasi kedokteran nuklir di rumah sakit. Keberadaannya ini akan memperkuat pelayanan kesehatan di bidang kedokteran nuklir dalam koridor interprofessional collaboration (IPC) bersama dokter spesialis kedokteran nuklir.
"Secara khusus dalam pengembangan apoteker spesialis, perlu diperhatikan akseptabilitas dan dukungan dari rekan sejawat dokter spesialis yang akan menjadi mitra secara IPC. Ini perlu untuk menjamin para apoteker spesialis mendapatkan hak yang memadai," ujar Prof. Keri Lestari di acara webinar.
Prof. Keri menambahkan, kepentingan pengembangan profesi apoteker menjadi Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir ini mengadopsi sistem yang yang dikembangkan FIP (International Pharmaceutical Federation). "Ini dilakukan agar ketika pengembangan ini dilakukan di Indonesia, maka pengembangan ini bisa diakui secara global," kata dia.
Meski demikian, dia mengakui proses adopsi dan adaptasi dilakukan menyesuaikan dengan praktik kefarmasian di Indonesia. Dia juga menuturkan, selama ini kebutuhan apoteker spesialis farmasi nuklir diisi oleh apoteker umum. Tetapi dengan dikukuhkannya apoteker spesialis farmasi nuklir, maka kebutuhan apoteker spesialis farmasi nuklir dapat segera dipenuhi.
(Baca juga: Tingkatkan Imunitas dengan Nutrisi yang Tepat )
Sementara itu, Guru Besar Kedokteran Nuklir Unpad, Prof Dr Apt Hussein Kartamihardja Sp.KN (K). MHKEs FANMB, mengatakan, kedokteran nuklir sangat membutuhkan apoteker spesialis farmasi nuklir. Saat ini ada 12 rumah sakit di Indonesia yang memiliki spesialisasi kedokteran nuklir. "Setidaknya setiap rumah sakit yang mempunyai spesialisasi kedokteran nuklir membutuhkan dua orang apoteker spesialis farmasi nuklir," ucapnya.
(Baca juga: Begini Cara Cegah Penyebaran Covid-19 di Tempat Umum )
Nurhuda yang lahir di Tulungagung, 1 Oktober 1977 ini adalah apoteker lulusan Universitas Hamka tahun 2005 dan kemudian melanjutkan Magister Farmasi konsentrasi Radio Farmasi pada 2015. Saat ini bertugas di RS Kanker Dharmais lebih dari 5 tahun. Sedangkan Elly Rosilawati, apoteker kelahiran 4 Februari 1964 ini lulusan ITB pada 1988. Mendapatkan gelar MHKes di Universitas Katolik Soegijapranata tahun 2010 dan gelar M.Far dari Universitas Padjadjaran tahun 2014. Saat ini berdinas di RS Hasan Sadikin Bandung lebih dari 10 tahun.
Pengukuhan yang dihadiri Menteri Kesehatan RI, dr Terawan Agus Putranto tersebut dilakukan secara daring dan dilanjutkan dengan webinar bertema Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir yang diikuti lebih dari 1.500 peserta. Sementara pengukuhan dilakukan oleh Prof Dr apt Keri Lestari MSi, Ketua Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia (KIFI) yang merupakan organ IAI, disaksikan Apt. Drs Nurul Falah Eddy Pariang; Ketua Umum PP IAI, serta Prof Dr apt Ajeng Diantini, M.Si dari KIFI.
Dalam sambutannya, Menkes menyampaikan apresiasinya atas dikukuhkannya dua apoteker spesialis farmasi nuklir tersebut. "Ini akan menjadi awal yang baik untuk mendorong perubahan apoteker spesialis yang akan berkontribusi pada pembangunan kesehatan di Indonesia," kata Terawan melalui virtual conference Zoom.
Diakui, kedokteran nuklir di Indonesia terus berkembang pesat. Sejalan dengan itu, dibutuhkan apoteker yang dapat mendukung kerja kedokteran nuklir terutama untuk menyediakan sediaan-sediaan berbasis farmasi nuklir. "Selama ini, kebutuhan apoteker farmasi nuklir diisi oleh apoteker umum yang diberi pelatihan khusus," Menkes Terawan.
Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir ini merupakan apoteker yang kompetensinya khusus melakukan pelayanan kefarmasian di instalasi kedokteran nuklir di rumah sakit. Keberadaannya ini akan memperkuat pelayanan kesehatan di bidang kedokteran nuklir dalam koridor interprofessional collaboration (IPC) bersama dokter spesialis kedokteran nuklir.
"Secara khusus dalam pengembangan apoteker spesialis, perlu diperhatikan akseptabilitas dan dukungan dari rekan sejawat dokter spesialis yang akan menjadi mitra secara IPC. Ini perlu untuk menjamin para apoteker spesialis mendapatkan hak yang memadai," ujar Prof. Keri Lestari di acara webinar.
Prof. Keri menambahkan, kepentingan pengembangan profesi apoteker menjadi Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir ini mengadopsi sistem yang yang dikembangkan FIP (International Pharmaceutical Federation). "Ini dilakukan agar ketika pengembangan ini dilakukan di Indonesia, maka pengembangan ini bisa diakui secara global," kata dia.
Meski demikian, dia mengakui proses adopsi dan adaptasi dilakukan menyesuaikan dengan praktik kefarmasian di Indonesia. Dia juga menuturkan, selama ini kebutuhan apoteker spesialis farmasi nuklir diisi oleh apoteker umum. Tetapi dengan dikukuhkannya apoteker spesialis farmasi nuklir, maka kebutuhan apoteker spesialis farmasi nuklir dapat segera dipenuhi.
(Baca juga: Tingkatkan Imunitas dengan Nutrisi yang Tepat )
Sementara itu, Guru Besar Kedokteran Nuklir Unpad, Prof Dr Apt Hussein Kartamihardja Sp.KN (K). MHKEs FANMB, mengatakan, kedokteran nuklir sangat membutuhkan apoteker spesialis farmasi nuklir. Saat ini ada 12 rumah sakit di Indonesia yang memiliki spesialisasi kedokteran nuklir. "Setidaknya setiap rumah sakit yang mempunyai spesialisasi kedokteran nuklir membutuhkan dua orang apoteker spesialis farmasi nuklir," ucapnya.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda